• L3
  • Email :
  • Search :

29 Oktober 2025

Septic Tank Komunal di Jakarta

Septic Tank Komunal di Jakarta

Gede H Cahyana

Dosen Teknik Lingkungan Universitas Kebangsaan RI

Buang air besar sembarang (BABS) masih dilakukan oleh 850 kepala keluarga di DKI Jakarta. Oleh sebab itu, pemerintah Jakarta akan membangun septic tank komunal. Apakah septic tank komunal berbeda dengan septic tank pribadi? Bagaimana ragam cara (teknologi) pembuangan tinja? Faktor apa saja yang berpengaruh pada produksi biogas dari septic tank?

Cara Pembuangan

Sudah ribuan tahun manusia membuang hajat (feses, tinja) dengan caranya masing-masing. Mulai dari cara yang paling sederhana hingga teknologi yang saniter.

Cara pertama disebut trench latrine, yaitu menggali lubang sedalam 30 – 40 cm di permukaan tanah. Tanah galian digunakan kembali untuk mengurug feses. Cara ini masih ada di perdesaan. Juga dilakukan oleh suku nomaden. Cara kedua disebut bored hole latrine, yaitu membuat lubang kecil di tanah berukuran 50 – 60 cm sedalam 1 – 1,5 m. Di bagian atas dibuatkan pijakan dan penutup. Cara ini bersifat sementara, biasanya dibuat di daerah bencana.

Cara ketiga disebut bucket latrine atau pail closet. Feses diwadahi ember kemudian dibuang ke lokasi tertentu atau dijual. Cara ini diterapkan di Edo, Jepang dan sudah dibahas di Majalah Air Minum Edisi Agustus 2025. Praktik ini sekarang digunakan untuk orang sakit. Cara keempat disebut kakus gantung (overhung latrine). Banyak digunakan di perdesaan. Kakus berada di atas kolam, selokan, sungai, atau rawa.

Cara kelima disebut pit privy atau cubluk berdiameter 80 – 120 cm dan kedalaman 2,5 – 5 m. Penggunaan cubluk dihentikan apabila ketinggian lumpurnya 50 cm di bawah permukaan tanah. Cubluk kemudian diurug dengan tanah galian cubluk baru di sebelahnya. Setelah 10 – 12 bulan lumpur bisa digunakan untuk pupuk dan lubangnya digunakan lagi.

Cara keenam disebut aqua privy atau cubluk berair dengan kedalaman 1 – 2,5 m. Dibuat dengan diameter 80 – 120 cm di daerah yang dangkal muka air tanahnya. Cubluk ini selalu terendam air sehingga proses pembusukannya seperti pembuangan feses di sungai.

Cara ketujuh disebut goose-trine, yaitu kloset leher angsa. Dibuat genangan air sebagai perangkap (water seal) yang berfungsi mencegah bau busuk ke luar dan mencegah serangga masuk ke dalam cubluk. Letak cubluk bisa di bawah kloset, bisa juga beberapa meter di sebelahnya. Cara ini banyak dibuat oleh pengembang perumahan.

Cara kedelapan disebut septic tank. Di dalam septic tank terjadi dua proses, yaitu sedimentasi dan pembusukan. Dua fenomena ini bisa terjadi di dalam satu ruang seperti cara ketujuh tersebut. Cara satu ruang lumrah digunakan di Indonesia. Apabila lahannya cukup sebaiknya digunakan dua ruang. Bisa dilengkapi dengan ruang kaporit. Dengan demikian, septic tank yang higienis dan saniter memiliki tiga ruang: sedimentasi, degradasi (digestion) dan disinfeksi.

Septic Tank.

Merujuk pada artikel di MAM Edisi 111, Desember 2004, Septic Tank: Cikal IPAL Anaerob Modern, sejarah pengolahan air limbah anaerob dimulai pada tahun 1860 oleh Louis H. Mouras di Prancis. Pada tahun 1870 dibuat modifikasinya yang disebut Fosse Mouras tank. Namun istilah septic tank dimunculkan oleh Donald Cameron sebagai pemilik hak paten di Inggris pada tahun 1895. Hak patennya di Amerika Serikat diperoleh tahun 1899.

Selanjutnya timbul kontroversi hak paten oleh banyak pencipta modifikasi septic tank. Modifikasi ini berlangsung hingga sekarang tetapi tanpa konflik. Banyak orang membuat septic tank atas informasi dari mulut ke mulut. Tanpa perhitungan, tanpa rumus matematika. Bentuk dan ukuran dibuat berdasarkan kelaziman saja. Tidak mempertimbangkan proses fisika, biologi, dan kimia. Tidak memikirkan dampak zat kimia terhadap mikroba pengolah limbah. Zat kimia tertentu dapat menggagalkan produksi biogas.

Septic tank komunal tidak sekadar memperbesar ukuran septic tank pribadi. Perlu pertimbangan debit rata-rata air limbah, faktor puncak, frekuensi penyedotan lumpur (septage) dan proses biokimia. Crites dan Tchobanoglous (1998) merekomendasikan volume 1.500 – 2.000 gallon untuk tiga – empat kamar (3 – 5 orang) per rumah agar penyisihan BOD, TSS, oil-grease bisa maksimal dan meminimumkan frekuensi penyedotan lumpur.

Untuk septic tank komunal di lokasi padat penduduk (slum area), Crites dan Tchobanoglous mengutip rumus Bounds (1996). Persamaan empiris ini memberikan relasi antara debit rata-rata (Qav, gal/cap.day) dan faktor puncak (FP) seperti ditulis di Tabel 1. Faktor puncak berfungsi sebagai faktor keamanan (safety factor) desain dengan nilai 1,5. Dengan angka tersebut maka volume tangki yang diperlukan bervariasi antara 3,3 – 6,8 kali debit rata-rata (Qav) dan penyedotan lumpurnya setiap 2 – 5 tahun. Konversi dari satuan gallon ke satuan metrik adalah 1 gallon = 3,785 liter. Setelah diperoleh volumenya maka kebutuhan lahannya bisa dihitung.

Ketersediaan lahan berpengaruh pada ukuran dan jumlah septic tank yang dibangun. Apabila lahannya sempit sehingga tidak mungkin membangun satu unit besar maka bisa dibangun beberapa unit kecil dengan total volume yang sama. Bisa juga dibangun di bawah jalan di permukiman padat atau di bawah lapangan voli, basket atau lahan parkir. Lahan adalah masalah utama dalam pembangunan fasilitas umum di DKI Jakarta.

Tabel 1. Persamaan Volume Minimum Septic Tank Komunal

Interval Penyedotan, tahun

Volume, gallon

3

2,8Qav x PF

4

3,2Qav x PF

5

3,65Qav x PF

6

4,0Qav x PF

Sumber: Crites dan Tchobanoglous, 1998

Produksi Biogas

Biogas bisa dimanfaatkan apabila pasokan zat organiknya cukup dan kontinyu. Zat organik berasal dari tinja dan dinyatakan dengan angka BOD. Bappenas menyebutkan bahwa tinja orang Indonesia 125 – 250 gram/orang/hari. Angka lain dirilis oleh Kim Barrett dari Universitas California, yaitu 400 – 500 gram/orang/hari, terdiri atas 70% padat dan 30% air. Zat organik adalah sumber biogas dengan variasi komposisi CHON, CHONS, CHONSP atau C18H19O9N. Dari rumus kimia ini bisa dihitung potensi volume dan nilai kalor biogasnya.

Pembentukan biogas dipengaruhi oleh pH dan temperatur. Optimum pH antara 6,5 – 7,5 dan temperatur antara 20 – 45 derajat Celcius. Faktor penting lainnya adalah konsentrasi nutrien (unsur N dan P) dan kehadiran zat toksik seperti pembersih lantai (karbol, dll). Mikroba pembentuk biogas perlu diberi asupan mineral runut (trace mineral) seperti Fe, Co, Mn, Mo secara periodik. Menurut ahli proses anaerob R. E. Speece, mineral runut tersebut adalah cocktail injection (mineral salwa) yang ampuh dalam proses pengolahan. Fluktuasi debit dan BOD sebaiknya tidak melebihi 50% rata-rata untuk mencegah beban kejut (shock loading).

Keberhasilan septic tank komunal bergantung pada ketepatan desain, BOD, nutrien, mineral runut, pH, temperatur, zat kimia toksik. Produksi biogas dipengaruhi oleh konsorsium empat kelompok bakteri, yaitu hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis, dan metanogenesis. Kegagalan produksi biogas mayoritas terjadi karena kegagalan tahap metanogenesis yang diampu oleh archae methanothrix dan methanosarcina. *

ReadMore »

27 Oktober 2025

Aqua, Gubernur Jawa Barat, dan Sumber Air

Aqua, Gubernur Jawa Barat, dan Sumber Air

Berita kunjungan Gubernur Jawa Barat ke sumber air baku milik perusahaan air minum kemasan (Amik) bermerek Aqua banyak mendapatkan tanggapan. Masyarakat memberikan komentar dari beragama sudut pandang. Cenderung menuduh perusahaan Amik tersebut berbuat tidak benar berkaitan dengan klaimnya sebagai air pegunungan. Untuk meredakan suasana, pihak perusahaan yang diwakili oleh team ahlinya lantas bertemu Gubernur Dedi Mulyadi, merujuk pada video yang beredar.

                                            Sumber foto: Radar Bogor

Sumber Air

Ada tiga sumber air yang bisa dan biasa digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari. Kesatu, air hujan. Kedua, air tanah. Ketiga, air permukaan. Dari penjelasan team Aqua-Danone dapat diketahui bahwa ada tiga sumber air yang digunakan, yaitu air dari mata air sebagai sumber awal, kemudian air dari sumur sedalam 30 m dan dari air di kedalaman 100 m. Semuanya masuk ke dalam kelompok air tanah (ground water).

Gubernur Dedi Mulyadi bertanya, sumber air yang manakah yang paling tinggi (atau terbaik) kualitasnya? Team Aqua tidak menjelaskan secara gamblang to the point. Seharusnya bisa dijawab dengan mudah karena kualitas air baku dari ketiga sumber tersebut pasti sudah ada. Bahkan kualitas sumber air tersebut selayaknya dipantau atau dicek atau dianalisis di laboratorium berakreditasi secara rutin setiap enam bulan. Biayanya murah apalagi bagi perusahaan besar seperti Aqua. Karakteristik fisika, kimia, biologi (bakteriologi) sudah hal lumrah di dalam kualitas air baku. Semua konstituen di dalam tiga kelompok karakteristik tersebut bisa diuji di laboratorium bahkan bisa digunakan test kit yang banyak dijual.

Mengacu pada teknologi pengolahan air minum, sesungguhnya semua sumber air yang disebutkan oleh team Aqua di depan Gubernur Dedi Mulyadi bisa digunakan sebagai sumber air minum kemasan. Semuanya adalah air tanah. Hanya satu syaratnya, yaitu teknologi yang digunakan harus mampu menyisihkan semua konstituen yang melebihi baku mutu air minum. Sebaiknya Pak Gubernur juga mengunjungi Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM)-nya, mengecek jenis unit operasi dan unit proses yang digunakan dan konstituen apa saja yang disisihkan di dalam setiap unit operasi dan proses tersebut.

Perlu ditanyakan juga perihal operasi dan pemeliharaan (O-M) setiap unit operasi dan prosesnya, seperti jenis-jenis filter yang digunakan, ada berapa jenis filternya, setiap jenis ada berapa kali filtrasi, berapa lama waktu pencuciannya, apakah selalu diganti dengan media baru filter misalnya. Sebab, semua material filter memiliki waktu operasi (life time) tertentu (terbatas). Ada saatnya sebuah filter perlu dicuci atau bahkan dibuang, diganti dengan yang baru. Teknologi membran misalnya, apakah menggunakan reverse osmosis atau hanya mikrofiltrasi? Bisa juga ultrafiltrasi atau nanofiltrasi. Perbedaan bahan membran akan menghasilkan air yang berbeda juga kualitasnya.

Pengolahan Air

Semua air di planet Bumi ini bisa dijadikan air minum. Maka, air hujan, bahkan bisa langsung diminum dengan syarat sebagai berikut. Hujan deras yang sudah jatuh sekitar sepuluh menit dapat ditampung airnya, harus langsung ditampung dari langit, tidak yang jatuh di atap rumah (gedung). Apabila mikroplastik tidak mencapai ketinggian awan hujan maka air hujan tersebut sudah layak diminum. Polutan udara seperti mikroplastik, debu, partikulat, gas CO2, SOx. NOx akan ikut jatuh bersama air hujan.

Demikian juga air tanah, baik dari mata air artesis (spring) maupun air sumur bor dari akifer tertekan (confined aquifer). Apabila daerah tangsap (tangkap dan resap) di gunung, bukit atau pegunungan & perbukitan dalam kondisi baik, berhutan lebat tanpa ada ladang dan sawah maka airnya akan berkualitas baik. Tetapi akan buruk kualitas air bakunya apabila sudah ada aktivitas atau budidaya seperti pertanian, perkebunan, peternakan. Terlebih lagi sudah ada permukiman, akan bertambah buruk kualitas airnya. Ini sebabnya, pemerintah harus melindungi, tidak boleh alih fungsi lahan hutan di perbukitan, pegunungan karena lokasi tersebut adalah sumber air penduduk.

Merujuk pada pertemuan antara Gubernur Dedi Mulyadi dan team Aqua maka dapat disimpulkan bahwa iklan yang disebarkan ke masyarakat oleh Aqua tidak sama 100% dengan kondisi sumber air yang mereka iklankan. Aqua sebaiknya mengubah kalimat yang diterakan di kemasan airnya. Mungkin hal serupa terjadi juga pada air minum kemasan (Amik) dari merek-merek lainnya. Ada ratusan merek air minum kemasan, khususnya kemasan kecil (cup, isinya 200 – 300 ml). Belum lagi air minum kemasan ulang (Amiku) atau yang biasa disebut depot air isi ulang. Depot air minum isi ulang jauh lebih banyak bermasalah, berkaitan dengan teknologi yang digunakan dan O-M yang berpengaruh pada kualitas air olahannya. Sepatutnya semua depot memeriksakan kualitas air baku dan air olahannya setiap enam bulan sekali.

Sungguh, kunjungan Gubernur Dedi Mulyadi patut diapresiasi. Namun yang lebih penting lagi adalah tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh semua perusahaan Amik dan juga Amiku agar air yang diminum oleh masyarakat tidak menimbulkan dampak buruk pada kesehatannya. Tanpa tindak lanjut, hanya sebatas sidak dan pertemuan klarifikasi saja, tanpa perbaikan, maka momentum itu menjadi sia-sia tanpa manfaat. Hanya sekadar berita yang ramai saja.

Air Limbah

Air limbah pun sesungguhnya bisa diolah menjadi air minum. Hanya saja, ada aspek fikih dan aspek perasaan manusia yang menolak penggunaan air limbah sebagai air minum. Namun patut diketahui bahwa air sungai yang digunakan sebagai air baku oleh PDAM (BUMD AM) ada yang sudah bercampur dengan air limbah. Penduduk Bandung yang membuang air limbah kakus ke sungai akan mengalir menuju waduk Saguling, lalu ke Cirata, kemudian ke Jatiluhur. Begitu juga air limbah penduduk di tepi semua sungai yang lain, akan mengalir menuju Jatiluhur. Air waduk ini sekitar 18.000 liter per detik dialirkan ke selokan, yaitu Kalimalang menuju pengolahan air milik PAM Jaya, Jakarta.

Air PDAM (BUMD AM) dapat dijadikan air seperti merek Aqua tersebut dengan cara pengolahan menggunakan teknologi membran. Hanya saja, tidak semua orang mau minum air olahan yang seperti ini. Padahal kualitasnya sama dengan air minum yang berasal dari air hujan yang langsung ditampung dari angkasa, sama juga dengan air minum olahan merek Aqua yang airnya berasal dari sumur bor 100 m atau dari mata air artesis (spring). Newater di Singapura adalah IPAM yang mengolah campuran air tawar - air limbah yang diolah menjadi air minum. Kalau mereka bisa, tentu orang Indonesia juga, sepatutnyalah, bisa.

Informasi tentang pengolahan air lainnya tersedia di folder folder di blog spot Gede H. Cahyana.*

ReadMore »