• L3
  • Email :
  • Search :

25 Maret 2019

Garis Menang, Menang Tanpo Ngasorake

Garis Menang, Menang Tanpo Ngasorake

Apa indikator bahwa bangsa Indonesia menang? Adakah garis kemenangan? Bagi Prabowo, garis kemenangan tercapai ketika mimpi orang Indonesia, Indonesian dream menjadi nyata. Ada faktanya. Misal, anak petani banyak menjadi dosen dan profesor, anak nelayan bisa menjadi pengusaha ikan yang kaya, anak pedagang kaki lima bisa menjadi pemilik mall dan restoran, anak buruh bisa menjadi jenderal, dst.
Garis kemenangan bangsa Indonesia adalah ketika ekonomi tumbuh pesat, pendidikan tingkat prasekolah, sekolah dasar dan menengah, dan pendidikan tinggi bisa ditempuh oleh semua anak dan remaja Indonesia, sesuai dengan kemampuan fisik dan psikisnya, kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosinya (EQ). Juga kecerdasan spiritualnya (SQ).

Namun kemenangan yang diperoleh itu harus tanpa ngasorake. Tanpa merendahkan. Sikap batin ini pastilah sulit, tetapi harus coba dilaksanakan. Seperti musiman, kasus HAM selalu saja menjadi senjata bagi orang yang berbeda haluan politik dengan Pak Prabowo. Tahun 2014 diungkit-ungkit, lalu dibiarkan sepi senyap selama 4,5 tahun, dan diungkap lagi saat ini, selama masa kampanye 2019. Bahkan anehnya, yang mengungkit-ungkit itu pun rekam jejak di bidang HAM juga dipertanyakan, tidak jelas, bahkan cenderung terlibat.

Pertanyaan menyudutkan itu tidak dibalas dengan pertanyaan lain yang serupa, tidak ikut menyerang, tidak memojokkan lawan. Tidak sindir mereka, tidak sinis kepada mereka, bahkan sebaliknya, dipuji dan dihormati pendapat mereka. Pak Prabowo menghormati lawan secara sportif. Bahkan, apabila lawan politik yang menang dalam kontestasi, Pak Prabowo tetap menghormati dan mendukungnya walaupun berat. Yang ini sudah dilaksanakan, bahkan tanpa menyerang ke arah pribadi lawan ketika debat.

Menang bagi Pak Prabowo adalah menang dengan elegan, menang dengan jiwa besar, tetapi lawan tetap bisa menegakkan kepala tanpa dinistakan.

(Diadaptasi dari buku Indonesia Menang)
ReadMore »

13 Maret 2019

Hari Air Dunia 2019 dan Prabowo’s FEW

Hari Air Dunia 2019 dan Prabowo’s FEW

Dalam debat Capres, Pak Prabowo selalu mengutip akronim FEW. F = Food, E = Energy, W = Water. Pangan, energi dan air. Harus swasembada. Wajib mandiri. Air minum misalnya, sangat mahal untuk ukuran orang Indonesia. Itu sebabnya, pemutusan kerjasama pengelolaan air minum DKI Jakarta oleh Gubernur Anies Baswedan menjadi bagian dari spirit dan cita-cita FEW Pak Prabowo. 
Begitu tingginya manfaat air, maka PBB selalu memperingati World Water Day, Hari Air Dunia setiap tanggal 22 Maret. Tahun ini temanya adalah “Leaving No One Behind”. Semua orang harus menikmati kemudahan dan kemurahan air, tanpa kecuali. Rakyat miskin harus diproteksi dan dibantu untuk memenuhi kebutuhan airnya, terutama air minum.

Tentu ironis atau paradoks terjadi di Indonesia. Konstitusi memuliakan air sebagai milik rakyat Indonesia, yaitu UUD 1945 pasal 33 ayat 2, “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Kalimat tersebut bermakna bahwa negara bertanggung jawab dalam menjamin dan menyediakan air untuk semua WNI. Leaving No One Behind, begitu kata tema HAD 2019. 

Maka, UU No.7 tahun 2004 adalah kecelakaan konstitusi karena bertentangan dengan hukum tertinggi negara RI. Juga Peraturan Pemerintah No. 16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Tetapi akhirnya, Mahkamah Konstitusi (MK) membatalkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tersebut karena tidak memenuhi enam prinsip dasar pembatasan pengelolaan sumber daya air pada Februari 2013. 

Namun demikian, nilai positif dari peraturan tersebut adalah munculnya kegiatan air minum di berbagai kementerian dan dinas terkait sehingga sudah mampu membantu luasan layanan air minum untuk masyarakat terutama yang di bawah garis kemiskinan. Yang perlu diperbaiki adalah efisiensi atau efektivitas penggunaan anggaran di APBN, APBD agar tidak bocor atau meminimalkan kebocorannya. 

Opsi solusi bidang air, juga pangan dan energi ditulis di dalam buku Paradoks Indonesia dan Indonesia Menang. Bidang air, misalnya, kondisi pasokan dan pengolahan air ini dijadikan acuan oleh Pak Prabowo untuk memperbaiki tataatur air dalam lingkup ruang dan waktu sehingga harmonis dengan pasal sosioekologis, yaitu pasal 33 UUD 1945. 


Itu sebabnya, Pak Prabowo, apabila dipercaya oleh mayoritas WNI untuk memimpin NKRI, berketetapan untuk memisahkan Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Kehutanan, Kementerian PU dengan Kementerian Perumahan Rakyat. Khusus air, bisa juga dibentuk Kementerian Air Minum dan Air Limbah untuk fokus pada swasembada air. 

“Segala sesuatu yang hidup itu dijadikan dari air.” ***
--------------------------------------------------------------
ReadMore »

9 Maret 2019

Prabowo, Pendidikan, dan Pekerjaan

Prabowo, Pendidikan, dan Pekerjaan
Oleh Gede H. Cahyana

Sejak 1991 ketika masih menjadi perwira menengah di TNI AD hingga sekarang, Prabowo adalah pengurus dan kemudian menjadi ketua YPK. Dewan Pembina (Penyantun) waktu awal itu adalah Prof. Soemitro, Pak Hashim, Prof. Zuhal, dan Farid Prawiranegara (anak Presiden/Ketua Pemerintahan Darurat RI (PDRI) Mr. Sjafruddin Prawiranegara). 


Prabowo dikenal sebagai sosok peduli pada petani, nelayan, buruh, olahraga, dan pendidikan. Keluarganya terdidik, bahkan sejak abad ke-18. Prabowo mewarisi kecerdasan kakek dan ayahnya, fasih berbahasa asing. Ia lahap membaca buku, terutama buku tokoh-tokoh dunia, buku sejarah, humaniora. Ia cinta bangsa, negara bangsa. Yayasan yang didirikan ayahnya pun bernama Yayasan Pendidikan Kebangsaan.

Bagaimana perhatiannya pada pekerjaan? Bersama Pak Hashim, seperti yang dikatakannya pada Studium Generale Renaisans Indonesia yang digelar di Universitas Kebangsaan RI pada Jumat, 8 Maret 2019, Pak Prabowo peduli pada pengembangan generasi muda. Cita-citanya ialah memberikan kesempatan kepada anak muda, muda-mudi, generasi milenial untuk belajar dan bekerja di bidang masing-masing. Beasiswa disediakan dan pekerjaan difokuskan untuk pemuda pemudi Indonesia, bukan orang China.

Bersama Bang Sandiaga, Pak Prabowo memiliki road map (peta jalan dan arah pengembangan) tenaga kerja konvensional seperti yang sudah dilaksanakan dalam bisnisnya dan akan mengembangkan prioritas industri 4.0 untuk generasi milenial. Apalagi didukung oleh Bang Sandiaga yang dikenal sebagai pemuda baik sejak remaja, orang yang semua gajinya ketika menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta disedekahkan untuk anak bangsa dan punya garis keturunan yang jelas dan baik.

Bang Sandi berprinsip: “Bekerja adalah ibadah.” Banyak-banyaklah ibadah dengan cara bekerja dalam hal penciptaan jenis-jenis pekerjaan untuk generasi muda. Bang Sandi dan Pak Prabowo ingin menghormati kaum milenial dengan penciptaan lapangan kerja, bukan dengan memberikan kartu bagi para pengangguran. Sebab, bekerja adalah ibadah. ***
ReadMore »