Teknik Lingkungan dan Ilmu Lingkungan
Oleh Gede H. Cahyana
Oktober adalah bulan kelahiran Teknik Lingkungan di Indonesia
kalau diacu pada embrio yang bernama Teknik Penyehatan (TP) di Institut
Teknologi Bandung (ITB). Pada masa itu, TP menjadi “bagian” dari Departemen
Teknik Sipil.
Istilahnya departemen, bukan jurusan, bukan program studi seperti
sekarang. Bidang yang ditekuni oleh mahasiswa TP berkisar di sektor sanitasi
sesuai dengan nama departemen ini, yaitu Sanitary
Engineering. Berbagai buku-ajar (textbook)
selalu saja mencantumkan frase sanitary engineering
seperti Unit Operation for Sanitary
Engineering, Unit Process for Sanitary Engineering, Municipal and Rural
Sanitation yang ditulis oleh Salvato untuk Sanitary Engineering.
Frase Teknik Penyehatan pun serta merta meluas digunakan oleh
pemerintah Orde Baru, bahkan beberapa kantor masih menggunakan istilah ini sampai
sekarang. Pada dekade 1970-an, di seluruh Indonesia dimapankan nama Bagian
Teknik Penyehatan di Departemen Pekerjaan Umum, di Kantor Wilayah Dinas Pekerjaan Umum provinsi sampai ke kabupaten dan kota madya (dulu ada istilah
kota administratif dan kota madya; sekarang istilahnya kota). Maklumlah, pada
dasawarsa itu, produsen sarjana atau insinyur Teknik Penyehatan hanya berasal
dari ITB sehingga Departemen Pekerjaan Umum pun diisi oleh alumni TP ITB. Tak
mengherankan, mayoritas desain IPAM di BPAM atau PDAM pada dekade 1970 s.d 1980
didominasi oleh alumni ITB, lebih khusus lagi adalah dosen-dosen ITB, mulai
dari Sabang sampai Merauke, Sangihe hingga Rote.
Namun demikian, eksistensi istilah Sanitary Engineering di Amerika Serikat mulai memudar justru ketika
pemerintah Indonesia (Orde Baru) sedang sibuk-sibuknya melaksanakan Pelita
(Pembangunan Lima Tahun) di sektor Teknik Penyehatan, Dept. Pekerjaan Umum. American Society of Civil Engineers (ASCE) pada 1977 mengeluarkan istilah Environmental
Engineering yang dilengkapi dengan definisinya yang cukup panjang. Di
Bandung, dimotori oleh dosen dan alumni TP ITB pada waktu itu, yaitu tahun 1977
didirikan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan Indonesia (IATPI). Artinya, ketika
asosiasi insinyur sipil di Amerika Serikat merilis definisi untuk Teknik
Lingkungan, di Indonesia baru dibentuk asosiasi bidang teknik penyehatan. Istilah
Teknik Lingkungan di Indonesia resmi muncul pada tahun 1984 setelah Departemen
Teknik Penyehatan ITB diubah menjadi Jurusan Teknik Lingkungan ITB.
Namun sejumlah nama, plank,
etiket, label di banyak barang inventaris, termasuk kop kertas surat masih
berlabel Teknik Penyehatan. Ini berlangsung hingga akhir dekade 1980-an atau
1990. Perlu waktu kurang lebih lima tahun untuk memapankan istilah Teknik
Lingkungan di ITB. Barangkali ini berkaitan dengan ketersediaan dana untuk
biaya pengecatan ulang label di kursi, meja, lemari, dll. Di pusat juga, yaitu
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjend. Pendidikan Tinggi, masih setia mencantumkan
kata Teknik Penyehatan pada formulir dan brosur PMDK (Penelusuran Minat Dan
Kemampuan) dan di berkas (buku panduan) Sipenmaru (Sistem Penerimaan Mahasiswa
Baru). Oleh sebab itu, saya sempat bertanya-tanya ketika nama saya muncul di
Jurusan Teknik Lingkungan, di urutan terakhir, yaitu nomor 12 dengan NRP.
1851312, bukan di Teknik Penyehatan seperti yang tercantum dalam berkas PMDK
yang saya hitamkan lingkarannya (buletannya).
Dengan kata lain, saya dan teman-teman seangkatan, tanpa disadari alias gak tahu apa-apa, adalah produk konversi
dari TP ke TL.
Nomenklatur itu selanjutnya diikuti oleh Jurusan Teknik
Lingkungan ITS di Surabaya, STTL (Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan) dan Universitas
Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta, Teknik Lingkungan di Institut Teknologi
Adityawarman (Universitas Kebangsaan), Universitas Pasundan, dan Institut
Teknologi Nasional (Itenas). Selepas medio 1990-an ditandai juga dengan
kehadiran jurusan Teknik Lingkungan atau masih menjadi bagian dari Jurusan
Teknik Sipil seperti di Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro dan
lain-lain. Bak jamur di musim hujan, jurusan TL akhirnya meluas hingga ke
Sumatera dan Kalimantan. Oleh sebab itu, pada tahun 1996 digelarlah lokakarya di ITB untuk “dengar-pendapat” dari berbagai jurusan TL di Indonesia, dihadiri
oleh alumni TP/TL, dosen, BAN PT serta konsorsium MIPA dan teknologi.
Ilmu Lingkungan
Ternyata, dunia ini betul-betul jauh lebih luas daripada daun
kelor. Tak lama berselang setelah pemapanan Teknik Lingkungan di ITB dan di
Indonesia umumnya, muncullah jurusan Ilmu Lingkungan (Environmental Science). Jurusan ini bukan bagian dari biologi atau
ekologi seperti yang ada di Universitas Padjadjaran misalnya. Jika dikelompokkan,
jurusan Ilmu Lingkungan masuk ke dalam sains tersendiri, berdiri sendiri,
sejajar dengan biologi, fisika, kimia, geologi. Dari dulu sampai sekarang, di
ITB ada MK Pengetahuan Lingkunganyang dinyatakan sebagai “anak” dari MK Biologi, yang disebut ekologi (ecology). Salah satu buku yang dijadikan
rujukan mata kuliah ini ialah Ilmu Lingkungan, tulisan R. E. Soeriaatmadja, guru besar di Prodi Biologi ITB dan mantan Asmen LH.
Dengan jelas disebutkan dalam buku ini bahwa ilmu lingkungan bercikal dari
ekologi dan ekologi adalah bagian dari biologi.Satu contoh topik bahasannya adalah ekosistem akuatik. Karena basisnya adalah biologi (ekologi) maka porsi subjek seperti air minum, air limbah, persampahan, dll hampir tidak dibahas di buku ini secara khusus.
Tak bisa dimungkiri, makna lingkungan memang luas, seluas
eksistensi lingkungan itu, baik lingkungan alami mupun lingkungan buatan. Tentu
berat sekali dan menjadi dangkal kalau seorang mahasiswa harus mempelajari
semua materi lingkungan dalam arti luas di sebuah jurusan. Apalagi kalau
dievaluasi mata pelajaran di SD, SMP, MTs, MA, SMA yang bernama Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), akan makin tumpang tindih dan sengkarut saja bidang lingkungan
ini. Semua guru, seperti guru biologi, kimia, geografi, bahkan PPKn pun ada
yang mengajar PLH. Sebab, hanya dengan membaca sejam dua jam saja, guru sudah
bisa menjelaskan materi lingkungan dalam makna umum (general) sehingga mata pelajaran ini dipandang sebelah mata alias
dianggap gampang. Padahal hakikatnya, pelajaran inilah yang justru sangat
mempengaruhi kesehatan jasmani, ruhani (mental) dan sosial manusia. Terapan
pelajaran PLH ini sangat vital bagi eksistensi manusia tetapi manusia tidak
menyadarinya. Dianggapnya, pelajaran ini sekadar hafalan, masuk telinga kiri,
ke luar telinga kanan.
Kembali ke ilmu lingkungan. Perdefinisi, ilmu atau sains (science) dapat dibagi menjadi dua, yaitu
ilmu sosial dan ilmu alam. Ilmu sosial mempelajari interaksi manusia dalam
kehidupan negara, keluarga, suku, ras, agama, komunitas, kelompok, kantor, dll.
Ilmu alam fokus ke materi tentang dunia (Bumi) seperti fisika, biologi, kimia,
geologi, dan ilmu lingkungan. Tampaklah bahwa ilmu lingkungan menjadi bagian
yang setara dengan biologi dll, bukan cabang atau bagian dari biologi
(ekologi). Menurut istilah, ilmu adalah pengetahuan yang disistemkan, memiliki
hukum, asas, aksioma, postulat, kaidah, dst., dapat diuji dengan pengumpulan
data lewat observasi atau eksperimen. Dengan kata lain, ilmu berbeda dengan
pengetahuan (knowledge). Bahkan, ilmu
ini pun meliputi ilmu yang kasat mata (scientific)
dan ilmu gaib. Hanya saja, ilmu gaib tidak dianggap ilmu oleh kalangan sekuler
di Eropa, Amerika, Australia, dll. Bagi ilmuwan sekuler, segala entitas ilmu
harus dapat dibuktikan dengan riset lewat metodologi yang dibakukan untuk ilmu an sich.
Ilmu lingkungan (Environmental
Science) mempelajari semua bidang yang ada di dalam ilmu alam seperti
biologi, kimia, fisika, geologi. Adapun biologi fokus ke bidang biologi, kimia
fokus ke kimia, fisika juga ke fisika dengan cabang-cabangnya atau subdisiplin
seperti mikrobiologi, kimia organik, fisika nuklir, dll. Singkatnya, bekal
keilmuan seorang sarjana ilmu lingkungan meliputi semua subjek ilmu alam (natural science) dan matematika. Historisnya, mahasiswa (alumni) ilmu lingkungan mempelajari lingkungan alami seperti atmosfer, tanah (land), air, dll. Tapi lingkup ilmu ini terus meluas hingga ke lingkungan binaan manusia (built environment).
Lantas, bagaimana dengan sarjana Teknik Lingkungan?
Berdasarkan istilah, teknik, rekayasa atau engineering
adalah profesi yang menerapkan ilmu (sains) dan matematika untuk memanfaatkan
massa dan energi demi kepentingan manusia di bidang struktur, mesin, produk,
sistem, proses, dll. Oleh sebab itu, seperti ditulis di atas, ASCE memberikan
definisi Teknik Lingkungan sbb: profesi yang menerapkan ilmu (pemikiran) untuk
memberikan solusi bagi masalah sanitasi lingkungan seperti air minum yang aman,
pengelolaan air limbah, drainase, persampahan, kebisingan, polusi udara,
kesehatan masyarakat, pencemaran industri, serta dampak sosial yang terjadi
akibat solusi di atas.
Ada kata-kata mutiara: “Scientists discover things and
engineers make them work”. Pada masa sekarang, kata-kata hikmah itu
bisa dievaluasi lagi, bisa dinyatakan betul dan masih berlaku, bisa juga sudah
tak relevan lagi. Zaman dulu, memang, ilmuwan (filosof) sebagai penemu lalu
insinyur yang menerapkan temuan itu dalam bentuk benda, barang, atau projek.
Tetapi sekarang, tak sedikit insinyur yang menemukan sesuatu lalu diterapkan di
lapangan. Lihat saja bidang teknologi pengolahan air minum dan air limbah, juga
pembuatan jalan tol, betapa insinyur bisa menemukan teknologi yang memudahkan
hidup manusia. Di bidang kendaraan juga begitu, temuan terus dibuat oleh
insinyur (engineer) di pabrik-pabrik.
Dari sudut pandang pendidikan, ilmu lingkungan adalah fondasi
(dasar) dari teknik lingkungan. Ilmu lingkungan memberikan teori dasar keilmuan
yang digunakan oleh teknik lingkungan untuk membuat solusi bagi masalah
lingkungan. Kalau merujuk pada keserumpunan ilmu, maka ilmu lingkungan dan
teknik lingkungan berkategori serumpun. Bahkan lebih dekat daripada serumpun
itu, yaitu kedua bidang kajian ini masuk ke dalam batang ilmu dan teknologi
(sainstek) yang sama atau kongruen, sama dan sebangun.
Di lapangan kerja, dua jenis sarjana ini saling menunjang, saling membutuhkan. Misalkan, dalam desain instalasi pengolah air limbah seperti constructed wetland, sarjana teknik lingkungan bertugas mendesain bak, fenomena hidrolika, slope (kemiringan) pipa-pipa, sementara itu sarjana ilmu lingkungan menentukan jenis tanaman yang cocok untuk mengolah air limbah yang akan dimasukkan ke dalam bak itu. Dalam penetapan media tumbuh tanaman, yaitu berupa kerikil, pasir, atau kayu, kedua jenis sarjana ini bisa saling hitung dan memberikan masukan. Namun faktanya, seperti yang terjadi selama ini, seorang sarjana teknik lingkungan bisa melaksanakan semua tugas desain tersebut secara mandiri. (ghc)
---------------------------------------------------------------
Definisi Teknik Lingkungan
Mata kuliah Pengantar Teknik Lingkungan (PTL) ini
adalah mata kuliah program studi yang pertama dipelajari oleh mahasiswa Teknik
Lingkungan. Sesuai dengan namanya, mata kuliah ini memberikan pengenalan
tentang rumpun ilmu teknik penyehatan - lingkungan. Termasuk aspek sejarah
eksistensi Prodi Teknik Lingkungan di Indonesia, dimulai dari ITB, ITA (atau UK,
UKRI sekarang), ITS, dst. Aspek sejarah tersebut menentukan peran dan
kompetensi sarjana teknik lingkungan pada saat ini dan tecermin pada
kurikulumnya, yaitu mata-kuliah apa saja yang dipelajari hingga lulus menjadi
sarjana teknik.
Konten mata kuliah ini meliputi semua potensi
keahlian yang akan dimiliki oleh sarjana teknik lingkungan. Semua materi
kuliahnya menjadi pengenalan untuk mata kuliah di semester selanjutnya. Di
antaranya bidang air minum, air limbah, persampahan, pengelolaan pencemaran
udara, kebisingan, analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), UKL-UPL,
kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan kerja, dst. Termasuk di dalamnya
adalah mata kuliah bidang teknik sipil seperti mekanika teknik, mekanika tanah
dan pondasi juga turut dipelajari. Begitu juga perpetaan dan menggambar teknik.
Sebab-musabab adanya ilmu kimia, biologi, ekologi, hidrologi, hidrogeologi,
perpetaan atau ilmu ukur tanah, ilmu ke-Teknik-Sipil-an, sampai ke biostatistik
(atau statistik), matematika rekayasa, tidak terlepas dari aspek sejarahnya.
Aspek ini dibahas pada perkuliahan pertama.
Tersedia
beberapa definisi tentang Teknik Lingkungan. Satu di antaranya dituliskan
berikut ini.
Environmental
engineering has been defined as the branch of engineering that is concerned
with protecting the environment from the potentially deleterious effects of
human activity, protecting human populations from the effects of adverse
environmental factors and improving environmental quality for human health and
well-being.
Definisi
ini ditulis di buku Environmental Engineering, terbit pertama tahun 1985,
ditulis oleh Peavy, Howard S., Rowe, Donald R., Tchobanoglous, George. Diterbitkan
oleh McGraw-Hill-Inc, ISBN. 0-07-049134-8. Library of Congress Cataloging in
Publication Data 628.
Definisi
tersebut merujuk pada “Guidelines for Environmental Engineering Visitors on
ECVD Accreditation Teams,” Engineers Council for Professional Development,
United Engineering Center, 345 East 47th St., New York, October 1977.
Definisi
tersebut menyakan bahwa manusia bisa memberikan dampak kepada lingkungan dan
lingkungan juga bisa meberikan dampak buruk kepada manusia. Kemampuan manusia
memahami karakteristik lingkungan (alam) dan memahami interaksi manusia dengan
lingkungan (alam) tersebut menjadi keharusan bagi sarjana Teknik Lingkungan. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar