Inilah Bule “Pencipta” Kota Bandung
Sudah 210 tahun usia Kota Bandung. Siapa "pencipta" daerah yang disebut Bandung itu? Tentu orang-orang yang pertama hidup di daerah pegunungan itu. Penduduk aslinya. Bukan orang bule. Tetapi yang dianggap “pencipta” (ditulis dalam tanda kutip) justru orang Eropa. Tiga bule tukang kebun. Tapi kebunnya seluas gunung yang ada di sekeliling Bandung.
Tiga bule itu adalah Pieter Engelhard, Andries de Wilde, Franz Wilhelm Junghuhn. Pieter Engelhard adalah pemilik kebun kopi di seputaran Jalan Setiabudhi, Geger Kalong, Ledeng. Yang menanam kopi tentu bukan Pieter Engelhard, tetapi orang asli Bandung. Pribumi Priangan. Kopi dibibitkan, ditanam tahun 1789 dan berhasil panen raya dengan kualitas premium waktu itu sehingga dinikmati oleh kalangan atas pejabat di Hindia Belanda, Batavia hingga ke Eropa tentu saja. Itu terjadi 18 tahun setelah penanaman awal, yaitu pada tahun 1807.
Panen yang luar biasa itu mengakibatkan booming kopi di Priangan. Semua lereng gunung di seputar cekungan Bandung seperti Gunung Malabar, Mandalawangi, Patuha, Galunggung , Tangkubanparahu dijadikan kebun kopi. Banyak petani pemilik sawah berubah menjadi pekebun kopi. Kopi Engelhard ini disebut kopi enak dengan julukan Javakoffie. Udara dingin berbalut kabut dan hutan hijau di sekitarnya menjadikan minum kopi sebagai penikmat “surgawi”.
Andries de Wilde adalah dokter bedah. Andries de Wilde ini adalah orang dekat Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels. Andries de Wilde juga berteman dengan Thomas Stamford Raffles. Raffles inilah yang menetapkan de Wilde sebagai Asisten Residen di Bandoeng pada 10 Agustus 1812. Kemudian Raffles mengangkatnya menjadi Pengawas Penanaman Kopi atau Koffie Opziener di Tarogong Garut. Kedudukannya makin kuat sebagai Koffie Opziener, lantas Andries de Wilde menukar-guling tanahnya di Bogor dan Sukabumi dengan tanah di Bandung.
Permohonannya itu disetujui oleh pemerintah Belanda sehingga dia menjadi pemilik tanah paling luas yang pernah ada di Bandung raya. Tanahnya membentang dari Cimahi di barat hingga Cibeusi di timur. Sebagai pengusaha kopi superkaya tentu dengan mudah mendapatkan mojang cantik. Mojang geulis ini lantas diberi rumah dan tanah di daerah Dago.Tetapi itulah tanah jajahan. Perubahan penguasa ikut mengubah kebijakan. Pada masa Gubernur Jenderal Van der Capellen, tanahnya digugat dan diambil alih dan menjadi aset pemerintah Hindia Belanda.
Ini bule ketiga. Namanya Franz Wilhelm Junghuhn. Dia bukan orang Belanda. Dia lahir di Jerman. Bukan kopi yang ditanamnya tetapi kina. Dia raja kebun kina. Selain Junghuhn ada juga bule lain yang pekebun kina seperti Blume, orang bule yang dinyatakan sebagai pembawa kina ke Pulau Jawa, lalu Korthals, Reinwardt, Fritze. Tetapi mereka kurang sukses sebagai penanam kina di Bandung. Lantas atas titah Gubernur Jenderal Pahud, Junghuhn disuruh mengambil bibit kina varietas unggul di Amerika Selatan.
Junghuhn mengutus dr. Hasskari ke Amerika Selatan pada 12 Desember 1854. Bibit ini berhasil tumbuh dan ditanam luas sehingga Bandung dikenal sebagai penghasil bubuk kina terbaik dan terkenal di seluruh dunia. Sekitar 90% bubuk kina dunia hingga sebelum Perang Dunia ke-2 dipasok dari Bandung. Keren eeuy Bandung baheula. Junghuhn juga diketahui sebagai petualang. Pengembara. Pecinta alam. Naturalis. Dia penikmat hawa surga yang dihembuskan lewat lereng Gunung Tangkubanparahu.
Itulah tiga bule yang menjadi cikal bakal pekebun di Priangan sehingga mereka disebut sebagai pelopor Preangerplanters.
Setelah kopi dan kina, maka Bandung pun dikenal dengan kebun teh. Muncul pekebun superkaya dari tanaman teh. Mereka disebut Theeplanters atau julukan kerennya adalah Pangeran Kerajaan Teh di Priangan: de theejonkers van de Preanger. Raja-raja teh itu antara lain dari keluarga Van der Huchts, de Kerkhovens, Van Motmans, de Bosscha. Pekebun Priangan ini banyak tinggal di pegunungan di tatar Bandung dan bergaul dengan penduduk setempat, juga menikah dengan “neng geulis, kumaha damang?” Orang bule ini belajar adat istiadat budaya Sunda. Ada orang Belanda yang namanya Karel Frederik Holle, sangat fasih berbahasa Sunda. Holle ini pernah menjabat sebagai kuasa perkebunan teh di Cikajang Garut.
Keluarga bule lain yang ikut membangun Bandung adalah Kerkhoven dan Bosscha. Mereka sebagai donatur kampus Technische Hoogeschool atau ITB dan peneropong bintang Bosscha. Tentu ada lagi bule lain, seperti ditulis oleh Haryoto Kunto, alm. di buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.
Bagaimana dengan anjuran "jangan ke Bandoeng tanpa istri?", tentang Braga Festival, Ex Undis Sol, motto salah kota Bandung, Parijs van Java, Parit atau Venezia van Java, peniup Seruling Hamerun, dan lain-lain... Semuanya ditulis di dalam satu folder: Bandung Jawa Barat di link di bawah ini.
Selamat merayakan HUT ke-210 Kota Bandung.
De Bloem der Indische Bergsteden (Bunganya kota pegunungan di Hindia Belanda).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar