• L3
  • Email :
  • Search :

12 Mei 2024

Halal Haram Musik

Halal Haram Musik

Terjadi polemik tentang musik, apakah halal ataukah haram. Ini berawal dari ceramah Ustadz Adi Hidayat di Masjid Al Azhar, Bekasi, Jawa Barat. Dalam bahasannya, UAH berkata bahwa Asysyu'ara bisa dimaknai musik. Para penyair pada zaman Nabi Muhammad SAW dan pada zaman sebelum beliau adalah juga pemusik, yaitu di dalam setiap syi'ir pasti ada musik di dalamnya. Hanya saja, kosakata musik belum ada pada masa itu. UAH memberikan penjelasan terperinci dengan rujukan literatur di kanal resminya di akun Youtube: Adi Hidayat Official. 

Sejak dulu sampai sekarang, menurut tuturan sejumlah ustadz, ada perbedaan pendapat perihal musik. Ada sejumlah ustadz yang membolehkan musik tetapi dengan "syarat", yaitu mengajak, menyebabkan yang mendengarnya menjadi makin dekat dengan Allah SWT, makin rajin ibadah mahdhah dan ghair mahdhah. Makin berakhlak dan beradab. Bisa disebut beberapa adalah Prof. Dr. KH Miftah Faridl, Buya Yahya, Dr. KH Saiful Islam Mubarak, Ustadz Dr. Abdul Somad, Lc., M.A, dll. 

Perihal musik ini, di blog ini saya tulis singkat saja. Khalayak boleh setuju, boleh juga tidak. Saya agak menyukai gitar. Sejak SMP. Sekadar jrang jreng jrang jreng saja. Sesekali nyayi tetapi fals. Hanya untuk diri sendiri. Atau nyanyi dan metik gitar di rumah, di sekitar istri dan anak-anak. Saya suka lagu Mother How Are You Today. Senang lagu More Than I Can Say-nya Leo Sayer. Suka Thom Pace: Maybe-nya itu. Suka Queen: Bohemian Rhapsody misalnya, Scorpions, Beatles, ABBA apalagi. Matt Monro juga. Bimbo, Ebiet G. Ade, Rhoma Irama, Nike Ardila: Bintang Kehidupan, Juga Kembar Group, Rano Karno, Uci Bing Slamet, juga film Untukmu Indonesiaku Guruh Soekarno Putra.

Juga senang mendengarkan musik klasik. Suka mendengarkan Beethoven, terutama Symphony No 9. Suka Mozart. Penikmat film "The Sound of Music", -nya Maria dan Kapten von Trapp. Pertama kali nonton ini tahun 1989, semoga betul, di RCTI oke. Sejak 1993 menjadi pendengar Radio Mara, terutama AKD: Album Kemarin Dulu. Tetapi berhenti setelah AKD tiada. Suka Mara itu karena ada acara talk show-nya Mang Udin, dibantu oleh Bi Faufo, dan Mang Syawal, dilanjut oleh Mang Beni. Juga acara Cakrawala Islam-nya oleh Ustadz Saefuddin ASM, Ustadz Saiful Islam, dll. Video Ustadz Saiful tentang musik ada di bagian bawah tulisan ini. 

Juga sesekali menjadi pendengar jazz radio KLCBS. Tetapi lebih banyak tune in di Radio Mara dan Radio MQ. Senang mendengar Jagalah Hati-nya Aa Gym. Juga Palestina Tercinta-nya Shoutul Harokah. Termasuk Maher Zain. Nasida Ria juga suka, terutama lagu Kota Santri. Santri-santri PMD Gontor juga sering pentas dalam Drama Arena, Panggung Gembira. Saya juga suka tembangnya Mus Mulyadi, Sundari Sukotjo, dan Waldjinah. Selalu terharu setiap tiba di stasiun KROYA, bukan Korea. Lagu ini sungguh menyentuh ....  Ini sebabnya, di link ini.

Tetapi...., seiring dengan bulan berganti tahun, sudah mulai berkurang mendengarkan musik dan lagu secara khusus. Hanya selintas selewat saja, ketika makan di warung nasi, atau rumah makan, atau toko-toko yang memutar lagu-lagu. Juga waktu nyetir saja, terutama ketika tune in ke kanal radio tertentu yang memutar musik dan lagu di sela-sela informasi lalu-lintas seperti PR FM Bandung atau Elshinta News and Talk. 

Pada masa pandemi Covid-19, mulai tune-in radio Rodja Bandung. Rodja radio ini menjadi bagian dari stasiun radio yang di-save. Setiap pagi, memulai siarannya, Rodja memutar lagu Indonesia Raya. Juga rutin me-relay berita dari PRSSNI. Pada saat ke luar kota, apabila siaran radio tidak tertangkap sama sekali, maka flash disk dipasang dan sejumlah play list diputar. Biar melek, menghindari ngantuk. *


Ada video lain, yaitu dari Ustadz Amin S. Muchtar, anggota Dewan Hisbah PP. Persatuan Islam (Persis). Ini link URL-nya, silakan diklik.


ReadMore »

8 Mei 2024

Sepatu Bata Akhirnya Tutup

Sepatu Bata Akhirnya Tutup

Waktu itu dekade 1970-an, tepatnya setelah medio 1970-an. Saya di SD waktu itu. SDN 10 Tabanan. Sebagai murid SD tentu ingin juga memakai sepatu. Merek yang dikenal waktu itu adalah Bata. Tokonya hanya ada satu. Atau mungkin juga ada di toko lain tetapi saya tidak tahu. Tokonya bernama KAWAN. Toko KAWAN. Huruf kapital semua. Bapak selalu mengantar anak-anaknya, yaitu saya dan saudara2, ke toko itu. Bapak akrab dengan pemilik toko. Sering ngobrol. Mungkin sudah saling kenal. Bapak adalah polisi yang pada waktu itu tinggal di asrama polisi Tabanan Bali. Baru tahun 1980/1981 pindah ke rumah di Br. Malkangin (Br. Pande). 

KAWAN adalah satu di antara beberapa toko sepatu di Jalan Gajah Mada. Berdepan-depan dengan toko-toko lainnya, termasuk kantor koperasi polisi yang waktu itu disebut Primkopak (Primer Koperasi Angkatan Kepolisian) dan berdepan-depan juga dengan Gadarata (Gabungan Dagang Rakjat Tabanan). Bangunan ini sekarang sudah diganti oleh toko-toko lain. Gajah Mada adalah pusat kota Tabanan. Pasar tradisional, dulu tentu saja belum ada mini mart, selalu ramai setiap hari. Hanya satu ini saja pasar di Tabanan, waktu itu. Di Jalan Gajah Mada juga ada gedung bioskop yang bernama Kridha Theatre. Di seberangnya, agak ke Selatan sedikit, ada bioskop Bali Theatre. Sekarang sudah berubah menjadi vihara. 

Pada dekade 1990-an, tahun pastinya saya lupa, toko KAWAN menambah toko baru, yaitu di dekat pasar Tabanan, di dekat Kridha Theatre yang gedung baru. Bukan gedung sebelumnya. Gedung lama ini sudah berubah menjadi toko otomotif, termasuk rumah kediaman seorang teman di sisi Timur gedung bioskop lama. Di sebelah Timurnya lagi adalah kediaman dokter Gelgel. Kemudian toko KAWAN ini pindah ke sisi Timur pasar dan  masih ada sampai sekarang. Jadi ada dua lokasi toko KAWAN pada saat ini, setahu saya, yang menjual sepatu Bata. Tentu saja ada juga sepatu merek-merek lainnya. 

Peristiwa penutupan pabrik sepatu Bata di Purwakarta ini menjadi berita yang menyedihkan bagi saya karena merek sepatu ini sudah demikian lekat di dalam hati saya. Ini sebabnya, saya tulis di dalam blogspot ini, sebagai unggahan kenangan masa lalu di Tabanan Bali. Dalam pikiran saya waktu itu, ingat sepatu adalah ingat toko KAWAN. Ingat juga merek Bata. Memang pada masa SMP itu, waktu kelas dua, sudah mulai ada kewajiban murid memakai sepatu seragam, yaitu hitam dengann alas sol putih: sepatu Warrior disebutnya waktu itu. 

Bahkan dulu itu, pada waktu SD itu, mungkin sampai SMP, saya mengira bahwa sepatu merek Bata itu dibuat oleh pegawai Toko KAWAN. Artinya, Toko KAWAN-lah yang memproduksi sepatu itu. Karena selalu terdengar suara ketok-ketok kesibukan pegawai toko mengolah sepatu di bagian belakang toko. Ternyata bukan. Bahkan ternyata merek Bata ini pun adalah merek asing. Begitu yang saya baca di berita online dan lihat-dengar di televisi. Pendirinya adalah Tomas Bata, Anna, Antonin Bata pada 21 September 1894 di Zlin, Republik Ceko. Sungguh ini pun baru saja saya ketahui.

Semoga mantan tenaga kerja di pabrik Bata tersebut mendapatkan pengganti pekerjaan sebagai jalan dan lahan untuk memperoleh penghasilan untuk diri dan keluarganya.*

ReadMore »