• L3
  • Email :
  • Search :

29 November 2012

Ex Undis Sol, Motto Salah Kota Bandung

Ex Undis Sol, Motto Salah Kota Bandung
Oleh Gede H. Cahyana

Inilah sejarah salah kaprah motto Kota Bandung yang berlangsung nyaris setengah abad (1906 s.d 1952). Setelah diresmikan menjadi Gemeente van Bandoeng tahun 1906, pemerintah Hindia Belanda lantas membuat simbol dan motto untuk kota pegunungan ini.  Ternyata motto yang ditulis di bagian bawah (pita) lambang kota itu tidak sesuai dengan makna yang dimaksud oleh Walikota Bandung waktu itu, Meneer B. Coops dan “Dewan Kota” (Gemeente Raad van Bandoeng). Mereka bermaksud menggagas tema untuk lambang dan motto kota berupa jejak geologis tatar Bandung. Jejak geologis dari kejadian alam itu berupa kemunculan lahan (tanah) dataran tinggi Bandung yang kukuh dari bawah gelombang “Situ Hiang” (4.000 s.d 3.000 tahun yang lalu) atau gelombang lautan pada zaman Miosen (25 s.d 14 juta tahun yang lalu).

Atas dasar sejarah purbakala itulah lantas di pita lambang kota ditulis kata-kata EX UNDIS SOL, dengan huruf kapital semua. Dalam bahasa Belanda artinya: Uit de golven de zon (mentari muncul di atas gelombang). Tentu saja istilah ini dipertanyakan oleh sejumlah kalangan, satu di antaranya ialah Meneer J. E. Jasper. Ia menulis artikel di koran “Java Bode” untuk menyambut peringatan Jubileum Gemeente Bandoeng (1906 – 1931). Motto ini juga pernah dikoreksi oleh Prof. Dr. Godee Molsbergen yang bekerja di Arsip Negara di Batavia, tetapi Burgemeester Gemeente van Bandoeng tidak mau menggubrisnya lantaran malu dan gengsi.

Seperti ditulis di atas, makna sesungguhnya yang ingin diangkat adalah jejak sejarah tatar Bandung, yaitu “Lahan (tanah) kukuh muncul dari gelombang”. Haryoto Kunto, kuncen Bandung pada masanya menulis bahwa “Lahan kukuh” adalah tanah padat yang dalam bahasa Latin disebut “solum”. Ex artinya muncul, asal, atau ke luar, dan “undis” artinya gelombang. Dengan demikian, motto itu seharusnya berbunyi: EX UNDIS SOLUM, bukan EX UNDIS SOL. Sol artinya matahari, solar dalam bahasa Inggris. Masih menurut Kunto, lantaran keliru kata SOL inilah Bandung akhirnya berubah menjadi makin panas karena matahari sangat terik menikam ketika siang. Tentu ini hanyalah "guyonan" karena sebetulnya ada berbagai sebab yang mengakibatkan Bandung di gunung ini menjadi panas membakar. 

Setelah kita merdeka, muncullah surat dari Kementerian Dalam Negeri tanggal 30 Mei 1950 No. Pr. 10/7/16 tentang petunjuk lambang, simbol, motto daerah otonom. Berdasarkan surat ini lantas dibentuk panitia perumus dan pembuat rencana lambang dan bendera Kota Bandung. Selama sembilan bulan mereka bekerja, dihasilkanlah sebuah lambang dengan motto; Gemah Ripah Wibawa Mukti yang kemudian disahkan dengan Peraturan Daerah Kota Bandung no. 53 tahun 1953. Motto ini berlaku sampai sekarang.

Sudah panjang usia Kota Bandung, semoga pejabatnya mampu mewujudkan motto itu untuk warganya. Semoga Gemah Ripah, makin makmur, aparatur kota makin Wibawa, bersih dan bebas KKN, sehingga warganya menjadi Mukti, yaitu sejahtera lahir batin. Kalau John Lennon punya P.S. I Love You, maka aku pun punya: Bandung, I love you!


2 komentar:

  1. waduh sampe lama gitu ya keliru dengan motto Bandung *tapi itu masa lalu ayeuna mah urang nanjeurkeun bandung nu 'gemah ripah wibawa mukti' we lah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju pisan abdi mah, nu penting, ayeuna kumaha, and better future.

      Hapus