Oleh Gede H. Cahyana
Kalau ingin melihat nuansa Hindhu Bali klasik yang sesungguhnya, maka
masuklah lewat Gilimanuk. Jika lewat airport
Ngurah Rai, fenomena itu akan langsung sirna. Ini ditegaskan oleh Gordon D. Jensen dan Luh Ketut Suryani di dalam buku The
Balinese People; a reinvestigation of character, judul edisi Indonesianya: Orang Bali, Penelitian Ulang Tentang
Karakter. Jika baru kali pertama ke Bali dan yang
dilihatnya adalah Kota Denpasar, maka kesannya berubah.
Tersirat Bali tak berbeda dengan kota-kota lainnya yang mayoritas penduduknya
beragama Islam, bukan Hindhu. Malah, karena banyak bule berjalan-jalan di antara Tuban dan Kuta, bisa saja ada orang
yang merasa itu seperti di Amerika atau Australia.
Itu sebabnya,
masuklah lewat Gilimanuk. Lewat pelabuhan di ujung Barat Bali ini, paparan
alam, laut, hutan, adat dan kejadian alamiah di banjar dan desa adat dapat
langsung dilihat. Setelah melewati pemeriksaan pabean dengan memperlihatkan
KTP, kita bisa menyusuri
jalan hotmix sepanjang jalan Bali Barat. Debur ombak pantai Selatan dan sawah tepi laut, juga permukiman
penduduk ada yang hanya satu atau dua meter dari batas air pantai. Di garis horizon,
tampaklah sejumlah perahu nelayan diombang-ambing gelombang bagai kapal kertas
di atas air kolam. Sampai di Kecamatan Pekutatan, beloklah ke kiri
dan teruskan naik pelan-pelan ke Utara, ke arah Pupuan. Pupuan adalah kecamatan yang masuk
wilayah Kabupaten Tabanan dan menjadi sentra kopi di Bali. Dari
kecamatan berhawa dingin ini teruslah ke Utara, lalu menuruni bukit menuju
Seririt, sebuah kecamatan yang pernah luluh lantak rata dengan tanah akibat
gempa Bumi tahun 1976. Tapi janganlah masuk ke
Seririt, beloklah
ke arah Barat dan terus menuju Pulaki dan akhirnya tiba lagi di Gilimanuk.
Kalau itu yang
dilakukan, bisa dikatakan kita sudah mengitari bagian luar Taman Nasional Bali
Barat yang khas dengan burung Jalak Putihnya. Taman tersebut meliputi dua
kabupaten, yaitu Jembrana dan Buleleng bagian Barat seluas 80.000 ha dan dipasak
oleh Gunung Patas, Musi dan Merbuk. Taman Nasional Bali Barat ini pun meliputi
Pulau Menjangan yang memiliki kekayaan alam bawah laut dan menjadi ajang scuba diving yang tak kalah indahnya
dengan kawasan taman laut yang lain.
Siraman sinar matahari sangat terik, pepohonan palem bisa dijadikan tempat
berteduh. Labuhan Lalang menjadi lokasi pemberangkatan dengan boat yang membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam. Ikan
cantik beragam warna berseliweran di bawah air yang tampak biru tua kehijauan
di sela terumbu karang. Menjangan (deer)
yang tersisa di nusa ini bahkan dapat minum air yang payau, bahkan asin, dengan
kemampuan adaptasinya terhadap lingkungan.
Sekali lagi, kalau ke Bali lewat Pelud
Ngurah Rai, maka tiupan angin segar ditingkah palem, mangrove yang melepas
oksigen untuk kesegaran paru-paru tidak akan diperoleh. Hanya hiruk-pikuk,
kemacetan lalu-lintas dan penuh dengan orang lalu-lalang yang langsung
menghadang perjalanan, mata dipapar oleh warung, toko, mall, restoran, hotel,
dll. Di Taman Nasional Bali Barat ini juga ada peninggalan
kisah kasih klasik Romeo-Juliet versi Bali. Kisah ini terjadi
di Teluk Trima, dekat Pulau Menjangan. Cinta tak terlerai yang dibawa mati ini
bermula dari seorang pemuda tampan berbudi baik, namanya Jayaprana, bekerja
menjadi abdi dalem kerajaan Prabu
Kalianget. Sampai tibalah saatnya sang “Romeo” ini menikahi seorang gadis
rupawan bernama Layonsari sang “Juliet” si kembang desa. Rupanya kebahagiaan
ini tak berlangsung lama karena ternyata Sang Prabu tertarik dan jatuh cinta
kepada Layonsari.
Untuk mencapai
hasrat hatinya itu, raja menyuruh Jayaprana pergi ke Bali Barat untuk membantu
peperangan yang sedang berlangsung di sana. Ia dikawal seorang patih bernama
Sawunggaling. Tentu ini hanyalah tipu muslihat saja karena sesampainya di
tujuan, Jayaprana malah dibunuh. Mendengar kematian suaminya, dengan serta
merta Layon-Juliet-Sari pun ikut
bunuh diri. Kuburan Jayaprana ini masih dapat dijumpai sekarang di Teluk Trima
dan menjadi salah satu tempat yang sakral di Bali. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar