• L3
  • Email :
  • Search :

18 Oktober 2010

Baffled Fluidized Reactor

Baffled Fluidized Reactor

Mengacu pada nama atau istilahnya, reaktor ini berjenis reaktor biologi (bioreactor) yang memberikan kesempatan kepada bakteri anaerobik untuk tumbuh-kembang optimal dan berlangsung di dalam reaktor yang bersekat-sekat (baffled), bermedia melayang-layang (fluidized). Selain bioproses, minimal ada dua unit operasi yang berlangsung di dalamnya, yang fenomenanya berlawanan, yaitu sedimentasi dan fluidasi. Sedimentasi berkenaan dengan bioflok yang besar massanya dan padatan (coarse solid, suspended solid) tanurai (nonbiodegradable) yang dapat diendapkan secara gravitasi.

Fluidasi berhubungan langsung dengan kecepatan ke atas aliran airnya yang mampu mengapungkan atau melayang-layangkan material tertentu seperti mikroflok, padatan, atau media lekat sintetis ringan. Secara tidak langsung, dalam tempo tertentu, biasanya setelah tiga bulan sejak reaktor dioperasikan, terbentuklah lapisan microbioflocc (sludge blanket) di tengah-tengah reaktor. Lapisan ini mampu memperbaiki kualitas pengolahan air limbah, mempertinggi efisiensinya sehingga harus dijaga agar lapisan ini tetap bertahan dan tidak rusak selama proses pengolahan. Kerusakan biasanya terjadi selama dan setelah pemompaan sludge-nya apabila operatornya ceroboh dalam memasukkan pipa lumpurnya sehingga mengoyak lapisan tersebut.

Karakteristik Reaktor
Kata kunci (keyword) dalam Baffled Fluidized Reactor adalah kecepatan ke atasnya (upflow velocity) yang nilainya kurang dari 2 m/jam. Dengan kecepatan ini biasanya reaktor dibuat agak besar tetapi relatif dangkal, kurang dari 2 meter sehingga lahan yang dibutuhkannya menjadi luas. Inilah yang menyebabkan BFR kurang dikenal dan tidak menjadi pilihan di instalasi yang besar debit air limbahnya. Namun kekurangan ini bisa diminimalkan bahkan dihilangkan kalau di dalam reaktornya diberi media lekat yang terfluidasi. Media ini bergerak dinamis di dalam reaktor dan memberikan peluang kepada bakteri yang cenderung melekat (attached growth) dalam pertumbuhannya. Pada saat yang lain, bakteri yang hidupnya tersuspensi pun bisa berkembang dengan optimal di ruang antarmedia.

Gradasi bakteri yang terlekat atau tersuspensi atau kombinasi keduanya pada BFR ini dipengaruhi oleh pH, temperatur air limbah, beban organik, dan asupan nutrisinya serta material seperti deterjen, logam berat, dan lemak-minyak. Nutrien sangat dibutuhkan oleh biomassa sehingga harus senantiasa tersedia sepanjang waktu tetapi tidak boleh melebihi kebutuhan total biomassanya. Di sinilah letak kesulitan mengelola bioreaktor agar nutrien yang dibutuhkan biomassanya ekivalen dengan asupan atau kandungan nutrien yang ada di dalam air limbah. Menjadi lebih sulit lagi apabila terjadi fluktuasi beban hidrolik (hydraulic loading) dan beban organik (organic loading) yang tinggi setiap hari. Oleh sebab itu, beberapa IPAL, terutama yang kapasitasnya relatif kecil seperti rumah sakit dilengkapi dengan unit ekualisasi (equalization) untuk merata-ratakan aliran airnya sehingga unit ini disebut tangki aliran rerata (TAR). Apabila pengoperasian unit dengan debit kecil itu dipandang kurang efisien maka dapat diterapkan sistem Sequencing Batch Reactor.

Berkaitan dengan media lekat bakterinya, bisa dikatakan bahwa BFR termasuk bioreaktor hibrid yang berada di tengah-tengah antara reaktor terlekat (attached reactor) dan reaktor tersuspensi (suspended reactor). Selain medianya yang dinamis bergerak melayang-layang di dalam air, sekatnya juga menjadi tempat tumbuh bakteri, bahkan semua pipa dan aksesorisnya pun menjadi media tumbuh. Inilah yang dapat mempengaruhi efisiensi pengolahannya, menjadi lebih efisien dengan menghasilkan konsentrasi biomassa yang pekat. Kemampuan retensi biomassanya itu berada di antara fase terlekat dan fase tersuspensi yang terbentuk di permukaan media (porositas, porosity) atau di ruang antarmedia (parasitas, perviousness).

Sejumlah penelitian menyatakan bahwa BFR bermedia lekat terfluidasi ini mampu menanggulangi beban hidrolik dan beban organik yang tinggi secara tiba-tiba (shock loading, baik limbah domestik, pabrik maupun rumah sakit, balai pengobatan, klinik) tanpa mengganggu efisiensinya secara signifikan. Selain media tersebut, peran ini pun diemban oleh sekat, dinding, dan sedimen bioflok. Malah bioflok yang hanyut (washout) dari ruang (chamber) pertama dapat ditangkap kembali di ruang berikutnya. Di ruang terakhir, misalnya ruang ketiga atau keempat dapat dilengkapi dengan skrin di bagian atasnya untuk menahan agar biofloknya tidak hanyut. Tetapi skrin ini tidak dibutuhkan apabila di dalam rangkaian pengolahannya dipasang unit biofilter anaerobik atau aerobik dengan aliran upflow.

Kinerja BFR dapat lebih ditingkatkan lagi dengan cara mendistribusikan debit airnya lewat jaringan pipa perforasi di bagian alas (dasar) reaktor. Konfigurasi “underdrain” ini serupa dengan jaringan pipa yang dipasang di alas filter air minum PDAM. Tentu saja susunan pipanya bisa dimodifikasi dan diameter lubangnya disesuaikan dengan keperluan dan kondisi reaktor. Secara tak langsung, jaringan pipa “underdrain” ini juga berfungsi menumbuhkan mikroba yang karakternya melekat pada media. Hanya saja, endapan yang tinggi setelah reaktor beroperasi lebih dari lima tahun dapat menghilangkan kemampuan biodegradasinya karena tertimbun lumpur sehingga kekurangan nutrisi. Namun kejadian ini tidak terlalu berpengaruh pada kinerjanya karena kuantitasnya dapat diabaikan dibandingkan dengan jumlah total biomassa terlekat lainnya di dalam reaktor.

Dimensi dan Aklimasi
Pendimensian BFR bergantung pada debit air limbah dan waktu detensi yang diterapkan, yang sudah terbukti berhasil dalam mengolah air limbah. Selain bersumber dari hasil penelitian, juga dapat digunakan kriteria desain yang sudah ada, tetapi harus dicek ulang agar tidak keliru. Selain itu, perlu dilihat juga kesamaan jenis air limbahnya dan lokasi geografisnya. Sebab, tidak sertamerta desain yang sukses di satu tempat dapat otomatis sukses dengan hasil yang sama di tempat lain. Beberapa parameter lingkungan ikut mempengaruhi kinerja reaktornya, selain keberadaan unit operasi-proses lainnya.

Dimensi reaktor juga perlu disinkronkan dengan bentuk dan posisi aksesoris lainnya seperti pipa, sekat, alirannya apakah horisontal atau vertikal, posisi inlet-outlet, dll. Sekat bisa berbahan beton, batubata, pelat antikarat, papan yang tak mudah lapuk, atau yang lainnya dengan satu fungsi yaitu, menambah intensitas pengadukan hidrolis tanpa alat mekanis. Jarak antarsekat pun harus dipertimbangkan agar pengadukan bisa optimal dan mudah dalam pelaksanaan pembangunannya. Perhatikan rasio antara tinggi reaktor dan panjang ruangnya (chamber). Bagian penting lainnya ialah media pengisi ruang sebagai tempat melekat mikroba. Media ini bisa berbahan plastik dengan beragam bentuk dan ukuran, tempurung kelapa tua, bambu, kayu, dll. Hanya satu syaratnya, berat jenisnya kurang dari satu agar mampu bergerak melayang-layang di dalam air (fluidized bed) atau melayang karena pengaruh upflow aliran airnya. Volume medianya maksimum 20% dari volume ruang kosong reaktor.

Dalam beberapa penelitian, BFR dibuat serupa dengan baffled flocculator dalam IPAM di PDAM tetapi ada juga yang berbeda, yaitu setiap ruang dipisahkan oleh sekat sehingga airnya dilewatkan melalui pipa berbentuk huruf H. Salah satu “kaki” pipanya (di bagian kiri) berfungsi sebagai inlet dan “kaki” lainnya sebagai outlet. Perlu diperhatikan, kaki-kaki pipa H ini berbeda panjangnya. Bagian inlet lebih panjang, yakni ujung bawahnya mendekati sludge yang mengendap di lantai reaktor. Ini memberikan kesempatan kepada air limbah untuk kontak dengan bioflok yang mengendap sehingga efisiensinya makin tinggi. Sedangkan kaki lainnya lebih pendek agar air yang baru masuk ke dalam bak tidak langsung menuju pipa keluar (short circuit) sehingga cukup waktu bagi mikroba untuk mengolah pencemarnya. Dengan konfigurasi pipa tersebut akan diperoleh waktu detensi yang berlipat-lipat lamanya.

Agar perkembangan biofloknya optimal, perlulah diatur lingkungan airnya, seperti asupan nutrisi dan pH. Pada tahap awal operasinya, harus dimasukkan bibit bakteri (seeding) yang dapat diperoleh dari biakan murni di balai penelitian atau dibeli dari pemasok, bisa juga dari rumen, tangki septik, atau lumpur filter anaerob. Bersamaan waktunya, diinjeksikan pula N dan P (NH4Cl dan K2HPO4). Setelah tiga hingga empat pekan, start-up dapat dimulai dengan memompakan sejumlah tertentu benih ke dalam reaktor untuk mengondisikan bakteri di dalam reaktor dengan air limbah. Proses ini relatif lama, bisa mencapai tiga bulan. Perlu ditambahkan juga larutan penyangga (buffer) pH, misalnya NaHCO3 agar pH-nya dalam rentang netral. Tanpa asupan alkalinitas ini, proses pengolahan dikhawatirkan gagal karena pH-nya menjadi rendah sehingga tidak nyaman bagi metanogen.

Dalam praktiknya, dosis injeksi NaHCO3 tersebut bervariasi, bergantung pada beban organiknya. Sudah diperoleh bahwa air limbah yang kaya karbohidrat dengan beban 10.000 mg/l COD dan menghasilkan 50% CO2 membutuhkan 2.300 mg/l alkalinitas sebagai CaCO3 agar pH-nya berkisar antara 6,8 - 7,0. Karena 1 g NaHCO3 = 0,6 g alkalinitas sebagai CaCO3 maka NaHCO3 yang dibutuhkan = 3,83 g. Jika efektivitas NaHCO3 (teknis) 75% maka dibutuhkan 5,1 g NaHCO3. Penambahan zat kimia tersebut tentu saja menambah biaya operasional instalasi. Oleh sebab itu, standar operasi prosedur (SOP) wajib diikuti oleh operator agar proses yang sudah berlangsung baik dapat bertahan lama. *

(Gede H. Cahyana, Majalah Air Minum, September 2010)
ReadMore »

4 Oktober 2010

Ekosistem Akuatik


Ekosistem Akuatik
Mengacu pada definisinya, ekosistem akuatik ialah ekosistem yang mayoritas terdiri atas air, menjadi habitat makhluk hidup. Contohnya ialah ekosistem air tawar yang bisa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ekosistem Lentik: ekosistem yang airnya tergenang (relatif diam) seperti danau, waduk, kolam, rawa, embung, dll. Lentik diturunkan dari kata lenis (bahasa Latin) yang artinya tenang. Ekosistem Lotik (Latin: lotus , artinya alir), ialah ekosistem yang airnya mengalir, seperti: sungai, selokan, dll. Fungsi ekosistem akuatik ini antara lain sebagai sumber air minum, pengairan, air industri, perikanan, PLTA, rekreasi, sumber riset ilmu dan teknologi, juga penerima air olahan IPAL rumah sakit atau efluen IPAL.

Ekosistem Lentik - Lotik 
Hal penting di dalam ekosistem Lentik ini adalah zonasi yang berkaitan dengan kedalaman airnya dan daya tembus sinar matahari di dalam air. Ini dibedakan menjadi tiga, yaitu Zone Litoral, nama yang diberikan untuk zone di tepi danau, waduk, kolam dan sinar matahari dapat menembus sampai ke dasar, tempat perakaran tumbuhan air. Zone Limnetik, berada di antara permukaan air dan lapisan air yang masih dapat dicapai oleh sinar matahari. Di bagian terbawah zone ini, laju fotosintesis tumbuhan masih sama dengan atau lebih besar daripada laju respirasi. Zone Profundal, terletak di bagian dalam atau dasar badan air sehingga tidak dapat dimasuki oleh sinar matahari. Andaipun cahaya masih bisa masuk, tetapi tidak efektif untuk fotosintesis.

Proses kelahiran ekosistem Lentik berbeda-beda. Danau, misalnya, ada yang terbentuk karena patahan formasi geologi lalu berisi air, seperti Danau Toba. Ada juga yang terbentuk karena peristiwa vulkanik, seperti Danau Lamongan. Danau buatan seperti Saguling, biasa disebut waduk, sengaja dibuat dengan cara membendung Sungai Citarum. Seperti ekosistem Lentik, ekosistem Lotik pun berperan penting sebagai sumber makanan, yaitu udang, ikan, dll. Minimal ada tiga kegunaan ekosistem air ini, yaitu produsen pangan, penyedia lapangan kerja, dan penghasil devisa. Namun demikian, pengurangan produksi ikan dapat saja terjadi yang disebabkan oleh beberapa kejadian, seperti teknologi budidayanya belum optimal, penangkapan ikan terlampau berlebih sehingga pemulihannya menjadi lamban, terjadi pencemaran air yang mempengaruhi perkembangbiakannya.

Ekosistem Laut 
Laut adalah badan air terluas dan terbanyak volumenya. Dalam rasanya yang asin, air laut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Rentang suhunya adantara 26 – 30 derajat Celcius dengan kadar garam antara 27 – 33 permil. Hal ini mengakibatkan pemisahan antara lapisan bawah dan lapisan atas air laut.

Ciri ekosistem / Lapisan atas / Lapisan bawah
- Suhu air laut : Tinggi / Rendah
- Kadar garam : Rendah / Tinggi
- Tembus sinar matahari: Tinggi / Rendah
- Kadar oksigen : Tinggi / Rendah
- Fotosintesis : Cepat / Lambat
- Kadar unsur hara : Rendah / Tinggi

Laut di Indonesia dipengaruhi oleh angin Muson yang berubah arah pada setiap musim. Musim Barat terjadi pada September s.d Maret, musim Timur antara Juni dan Agustus dan terjadi dua pancaroba atau peralihan, yakni April - Juni dan September - November. Pada musim Barat biasanya arus laut bergerak dari Barat ke Timur, Indonesia bagian Barat mendapat curah hujan relatif tinggi sehingga kadar garamnya menjadi rendah, dan angin bertiup kencang sehingga ombaknya tinggi. Pada musim Timur terjadi fenomena yang berlawanan dari uraian di atas.

Berdasarkan kedalamannya, laut di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu laut dangkal dan laut dalam, memiliki dua paparan benua, yaitu paparan Sunda di bagian Barat, dan Sahul di Timur, keduanya dipisahkan oleh selat dan palung. Besar sekali peran laut ini untuk perkembangan ekonomi, sosial, budaya, ilmu, dan teknologi, bahkan pertahanan, dan keamanan negara. Beberapa poin pentingnya adalah:
• Sumber bahan makanan: udang, cumi-cumi, paus, ganggang, dll.
• Sumber kekayaan alam: garam, mineral, minyak bumi, dan bahan tambang lainnya.
• Sumber energi non-minyak: gas alam, energi gelombang, arus pasang surut.
• Sarana transportasi antarpulau & negara, penghubung dua benua, dua samudra.
• Sebagai sarana pertahanan dan keamanan.
• Pariwisata dan olah raga.

Selain manfaatnya, ada juga masalah lingkungan di laut Indonesia. Kerusakan lingkungan ini terjadi karena dampak negatif kegiatan pembangunan. Banyak terjadi pelumpuran pantai karena air sungai membawa lumpur dari kegiatan pertanian, perkebunan, industri, dan perkotaan. Terjadi pencemaran yang makin masif, seperti pencemaran minyak yang dampaknya pada kematian makhluk dan kerusakan rantai makanan dan menurunkan oksigen terlarut (dissolved oxigen). Masalah lainnya ialah pembabatan mangrove untuk memperoleh kayu atau untuk kebutuhan lahan permukiman, pertanian, pertambangan dll.

Agar dampak buruk di atas bisa dikurangi atau dihentikan, bahkan dipulihkan, ada beberapa upaya yang dapat dilaksanakan, yaitu pengaturan eksploitasi hasil laut dengan melarang penggunaan pukat harimau untuk menangkap ikan. Mencegah dan menanggulangi pencemaran, terutama oleh minyak bumi. Beberapa caranya ialah:
Cara mekanis :
• Melokalisir tumpahan minyak dengan oil boom
• Pengumpulan tumpahan minyak dengan oil skimmer
• Penyerapan dengan oil sorbent
Cara kimia:
• Pemecahan dengan zat kimia yang tidak beracun bagi biota laut
Cara mikrobiologi:
• Pemecahan senyawa hidrokarbon oleh mikroba.

Ekosistem Pantai Tropis 
Pada ekosistem pantai ini dapat ditemukan berbagai ekosistem yang berdekatan satu dengan yang lain, yaitu hamparan rumput laut dan ganggang, terumbu karang, pantai pasir, delta, estuarium, teluk, laguna, hutan mangrove, hutan rawa pasang surut, dataran berlumpur, dan rawa payau. Ekosistem tersebut biasanya berdekatan dan bahkan dihuni manusia dengan kepadatan penduduk yang relatif tinggi. Karena itu, ekosistem ini menjadi sasaran berbagai kegiatan manusia sehingga berdampak pada lingkungannya.

Ekosistem pantai yang populer disebut wilayah pesisir ini merupakan wilayah yang kaya sumber daya alam. Beberapa ekosistem pantai tropis itu sbb.

Estuarium 
Lokasinya ialah di mulut sungai atau muara sungai, sebagai penghubung antara laut dan darat. Secara ekologis, muara sungai ini memiliki fungsi penting, yaitu tempat bertelur dan pemijahan ikan dan hewan akuatik lainnya, tempat ikan dan hewan akuatik mencari makanan, pintu masuk bagi ikan dan hewan akuatik lainnya yang migrasi dari laut ke perairan tawar atau sebaliknya.

Di ekosistem estuarium ini terjadi pertemuan antara air asin dan air tawar. Air tawar dari darat membawa unsur hara dan mineral yang memperkaya kondisi lingkungan sehingga tinggi produktivitasnya. Kekayaan bahan makanan di estuarium ini tidak hanya terbatas di muara sungai, tetapi bisa sampai ke laut lepas. Di Laut Jawa misalnya, produktivitasnya bisa meluas hingga ke laut lepas asalkan tidak tercemari oleh kegiatan manusia.

Delta  
Delta ialah pembentukan lahan secara alami yang menjorok ke garis pantai sebagai hasil dari proses pengendapan lumpur di muara sungai. Ini bisa terjadi di mana-mana. Di kawasan tropis yang sering memiliki daerah aliaran sungai yang landai di sekitar muara, perkembangan Delta tampak jelas. Delta selalu dipengaruhi oleh kondisi laut dan darat. Delta, dalam mata ajar atau mata kuliah matematika, kalkulus, disimbolkan dengan segitiga, artinya adalah tambahan. Jadi, Delta adalah tambahan lahan di muara. 

Hutan Mangrove 
Hutan mangrove di wilayah pesisir merupakan ekosistem yang kaya dan banyak tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hutan ini ditumbuhi oleh banyak jenis pohon dan perdu, juga ada rumput, tumbuhan menjalar dan merambat, paku-pakuan dan tumbuhan epifit lainnya. Pohon-pohon di hutan mangrove bisa mencapai ketinggian 10 m, memiliki kekayaan jenis hingga 20 - 30 spesies. Keistimewaannya, tumbuhan yang hidup di hutan ini acapkali mampu tumbuh di tempat asin (laut) dan air tawar, dan tempat-tempat yang terpengaruh oleh kawasan pasang surut air laut.


Tugas Selanjutnya adalah menulis RESUME artikel di bawah ini. 

Siklus Hidrologi

PESONA LAUT

Silabus Buku Kelautan

Banjir Sejagat

Global Warming
ReadMore »