• L3
  • Email :
  • Search :

31 Maret 2022

Flotasi vs Sedimentasi

Flotasi vs Sedimentasi

Oleh Gede H. Cahyana

Format pdf bisa unduh di sini.

Majalah Air Minum edisi 167, Agustus 2009 sudah memuat tulisan tentang unit operasi sedimentasi. Pada edisi kali ini akan dibahas unit operasi yang mekanisme penyisihan (removal) zat padat (solid) penyebab kekeruhan berlawanan dengan mekanisme pada sedimentasi, yaitu flotasi. Di dalam bahasa Inggris ada yang menulis istilah ini dengan floatation; float = apung, ada juga yang menuliskannya dengan flotation. Keduanya bisa digunakan dan merujuk pada makna yang sama.

Sedimentasi adalah unit operasi di dalam IPAM untuk menjernihkan (clarification) air dengan cara memanfaatkan gaya tarik bumi untuk mengendapkan partikel padat (solid) sehingga bisa dipisahkan dari air (water) atau cairan (liquid). Zat padat tersebut antara lain lempung, lanau, pasir, grit atau dengan istilah umum adalah koloid, suspended solid dan coarse solid. Termasuk partikel flok (flocc particle). Semua zat padat atau flok yang berat jenisnya lebih besar daripada berat jenis air (atau cairan) akan mengendap dalam waktu tertentu. Waktu yang dibutuhkan untuk mengendap bergantung pada ukuran partikel dan posisi tinggi rendahnya partikel dari dasar bak sedimentasi.

Kebutuhan waktu untuk sampai ke dasar bak sedimentasi juga dipengaruhi oleh bentuk (shape factor) permukaan partikel dan ada tidaknya arus pendek air, pusaran air, tiupan angin, atau gaya-gaya lainnya yang bekerja pada partikel. Bentuk persegi panjang dan bentuk lingkaran juga berpengaruh pada waktu pengendapan partikel. Luas bak sedimentasi pun berpengaruh pada waktu pengendapan partikel. Bak yang luas berpotensi memperlama partikel terombang-ambing di dalam air sehingga butuh waktu lama untuk sampai di dasar bak. Konfigurasi jumlah, bentuk, dan sebaran zone inlet dan zone outlet juga berpengaruh pada kebutuhan waktu pengendapan partikel. Unit sedimentasi memang tampak sederhana dan airnya tampak tenang tetapi justru memiliki banyak parameter yang harus dipertimbangkan dalam desainnya agar optimal dalam penyisihan partikel dan flok setelah unit tersebut dibangun.

Namun faktanya, sampai sekarang unit sedimentasi memang lebih banyak digunakan dan lebih populer di PDAM atau Perumdam dibandingkan dengan flotasi. Tidak banyak IPAM yang menggunakan flotasi dalam pengolahan air baku PDAM. Adakah PDAM yang memiliki unit flotasi dalam pengolahan airnya? Semoga ada PDAM yang memberikan informasi ini sehingga bisa dijadikan objek studi lapangan. Sesungguhnya dalam kajian objektif, flotasi memiliki daya saing yang kompetitif terhadap sedimentasi.

Pada kondisi kualitas air baku tertentu, misalkan kekeruhan rendah yang didominasi oleh koloid justru lebih optimal menggunakan flotasi daripada sedimentasi. Flotasi tidak membutuhkan koagulan, tidak membutuhkan unit koagulasi dan flokulasi seperti pada sedimentasi. Terlebih lagi apabila air baku PDAM berasal dari sungai yang digunakan untuk transportasi kapal seperti sungai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi yang kerapkali kapal-kapal membuang air bilge atau dari ceceran minyak dan oli maka flotasi sangat tepat digunakan. Sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui, begitu peribahasanya.

Secara alamiah, di dalam unit sedimentasi aliran horizontal juga bisa terjadi fenomena flotasi, yaitu ketika air baku berisi minyak, lemak, deterjen, dan zat lainnya yang berat jenisnya lebih ringan daripada air secara otomatis terapung di permukaan bak sedimentasi. Oleh sebab itu, sepatutnya unit sedimentasi dilengkapi dengan alat pengumpul (skimming devices) untuk memisahkan material apungan di permukaan airnya. Apabila air baku PDAM berpotensi terpolusi oleh minyak, deterjen, lemak maka sedimentasi wajib dilengkapi dengan skimming devices dan harus dioperasikan dengan baik, benar dan kontinyu. Apabila tidak dilengkapi maka akan menjadi beban berat bagi filter. Air supernatan (air di permukaan bak sedimentasi) mengalir ke filter bersama lemak, minyak, deterjen dan suspensi lainnya.

Air supernatan tersebut akan mempercepat filter tersumbat (clogging) sehingga harus lebih sering dicuci (backwash) yang artinya makin banyak air produksi digunakan untuk mencuci filter. Material apungan tersuspensi tersebut juga menimbulkan bau busuk akibat proses biodegradasi di dalam air. Akibatnya air filtrat yang masuk ke reservoir menjadi berbau tidak sedap. Memang ada kaporit atau gas chlor yang diinjeksikan di dalam reservoir. Senyawa halogen (chlorine) tersebut mampu mengoksidasi zat organik penimbul bau busuk. Tetapi ada potensi bahaya lainnya, yaitu timbulnya senyawa karsinogenik yang diindikasikan menjadi pencetus kanker, yaitu PAH (polyaromatic hydrocarbon), THM (trihalomethanes), dan organo-chlorine, organo-phosphorous.

Semua kejadian buruk pada sedimentasi tersebut di atas sampai berpengaruh pada filter dan reservoir tidak akan terjadi apabila yang digunakan sebagai unit penjernih adalah flotasi. Sebab, air yang akan dialirkan ke unit selanjutnya, yaitu filter adalah air bawah atau subnatan, bukan supernatan seperti di unit sedimentasi. Air subnatan hampir 99,99% bebas dari lemak, minyak dan semua material ringan lainnya. Adapun sabun dan deterjen bisa dikurangi signifikan apabila terbentuk emulsi dengan zat cair dan zat padat lainnya di dalam air. Flotasi juga bisa menaikkan pH air karena adanya aerasi intensif sedangkan pada sedimentasi justru pH menjadi rendah karena adanya proses koagulasi-flokulasi terutama yang menggunakan koagulan alum sulfat dan PAC. 

Flotasi juga mampu menyisihkan zat padat penyebab kekeruhan yang berat jenisnya lebih besar daripada berat jenis air. Hal ini bisa terjadi dengan cara penerapan hukum Archimedes dengan memperbesar volume partikel dengan gelembung udara. Agar gelembung udara tidak mudah pecah maka ukurannya harus sekecil-kecilnya. Makin kecil ukuran gelembung udaranya maka makin banyak gelembung udara yang bisa menempel di permukaan partikel sehingga makin kuat gaya apungnya. Proses perlekatan gelembung udara di permukaan partikel bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu flotasi dengan udara terdispersi (disperssed-air flotation), flotasi dengan udara terlarut (dissolved-air flotation), flotasi vakum (vacuum flotation).

Di dalam pengolahan air baku untuk air minum, unit flotasi dengan udara terlarut lebih layak digunakan karena lebih efektif daripada metode flotasi lainnya. Penyisihan kekeruhan nyaris sempurna, tanpa perlu zat kimia koagulan, zat pengatur pH atau zat kimia conditioning lainnya. Namun metode lainnya juga banyak digunakan tetapi biasanya untuk pengolahan air limbah. Pilihan metode lain ini karena alasan lebih murah dan mudah dalam operasi dan perawatannya. Namun keefektifannya di bawah flotasi dengan udara terlarut tersebut.

Sebagai contoh adalah unit grease trap atau bak penangkap lemak-minyak yang banyak digunakan di restoran, rumah sakit, dan hotel. Grease trap bentuknya sederhana saja, ada bagian inlet, trap, dan outlet. Fenomena yang terjadi di grease trap adalah flotasi alamiah. Fungsinya lebih pada penyisihan lemak dan minyak. Tetapi zat padat penyebab kekeruhan apabila ada juga bisa ikut terlekat di dalam emulsi minyak-lemak sehingga bisa disisihkan juga.

Begitu juga flotasi jenis tilted plate separator yang digunakan di kapal laut. Unit pemisah minyak ini memiliki pelat miring seperti halnya unit sedimentasi yang menggunakan plate atau tube settler. Pengapungan memisahkan minyak yang tercampur dengan air bilge (bilge water) di dalam kapal. Pelat miring dilewati oleh air yang sudah berkurang minyaknya. Air bilge tidak hanya berisi minyak tetapi juga oli, limbah domestik, zat kimia pembersih, karat, logam, bakteri, debu, jelaga, dll. Fenomena yang terjadi adalah flotasi alamiah.

Ada beberapa unit lagi yang memanfaatkan fenomena flotasi, yaitu aerated skimming tank, rectangular horizontal flow tank yang biasa digunakan di kilang minyak (refinery). Untuk bahasan tentang perbandingan antara flotasi dan sedimentasi dicukupkan hingga di sini. Tulisan ini dilanjutkan pada MAM edisi berikutnya dan akan membahas khusus flotasi dengan udara terlarut, sebuah unit operasi yang kompetitif terhadap sedimentasi tetapi tanpa zat koagulan, tanpa perlu unit proses koagulasi dan flokulasi.*

ReadMore »

28 Maret 2022

Plagiat: Tugas Akhir, Kerja Praktik, Skripsi

Plagiat: Tugas Akhir, Kerja Praktik, Skripsi

Pembatalan gelar-gelar akademik seperti sarjana, magister, doktor pernah terjadi di Indonesia. Ada juga tuntutan pengunduran dalam jabatan, sampai pemberhentian dalam profesinya. Hukuman paling ringan adalah namanya menjadi buruk dan tersisih dalam pergaulan, khususnya di dunia pendidikan. Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tidak percaya, begitu kata peribahasa. Betapa berat hukuman terhadap plagiator, baik hukuman secara sosial kemasyarakatan maupun hukuman dari hukum positif yang berlaku di Indonesia.

Apakah makna plagiat? Mengacu pada makna kamus atau leksikal, plagiat: pla-gi-at ialah pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri; misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri; jiplakan (KBBI online). Secara etimologis, plagiat berasal dari plagiarius yang artinya mencuri karya orang lain. Plagiary adalah kata turunan dari plagiarius yang dikenalkan oleh Ben Jonson pada tahun 1601 (Wikipedia).

Lantas, di dalam karya tulis mahasiswa seperti laporan Tugas Akhir, laporan Kerja Praktik, atau laporan Skripsi, di bagian mana sering terjadi plagiat? Bagaimana caranya agar terhindar dari plagiat? Bolehkah menyalin (copy-paste) tulisan orang lain? Berapa banyak (persen) tulisan orang lain yang boleh disalin dan masih dinyatakan wajar, tidak berlebihan sehingga bebas dari sebutan plagiat?

Di dalam laporan TA atau KP, bab yang tersering diplagiat adalah bab Studi Pustaka atau Kajian Pustaka (Kepustakaan). Selanjutnya adalah bab Gambaran Umum Daerah Studi (GUDS). Kemudian bab Metodologi atau bab Metode. Yang terakhir adalah subbab Latar Belakang di bab Pendahuluan (Pendahulu). Apabila terjadi plagiat di bab Hasil dan Pembahasan yang berkaitan dengan data di dalam tabel, grafik di dalam gambar, dan analisisnya maka sudah bisa dipastikan bahwa laporan TA atau KP atau Skripsi tersebut adalah hasil plagiat. Hampir 100% adalah plagiat.

Plagiat yang paling berat sering terjadi di dalam bab Studi Pustaka, yaitu copy-paste dari laporan TA atau KP atau Skripsi sebelumnya. Baik di-copy-paste dari file maupun diketik ulang yang sama persis dengan laporan sebelumnya. Juga terjadi karena copy-paste dari website atau blog yang diperoleh di internet. Bisa juga dari artikel (ilmiah atau ilmiah populer) yang tersebar di internet, bisa mudah diperoleh di Google Scholar atau website saintifik lainnya. Bab Studi Pustaka bisa juga berupa kumpulan hasil copy-paste dari banyak sumber tulisan ilmiah. Misalnya, bagian subbab awal di-copas dari artikel A, subbab berikutnya di-copas dari artikel B, subbab berikutnya dari artikel C. Bisa juga dari website atau blog A, blog B, blog C. Atau dari buku ajar A, B, atau C. Atau dari file A, file B, file C laporan TA, KP, Skripsi. Singkatnya, palaku plagiat (plagiator) tidak melakukan perubahan pada paragraf aslinya tetapi di-copas mutlak (verbatim, sama persis) dari sumber tulisan aslinya.

Kejadian serupa terjadi juga pada bab-bab lainnya. Misal di bab GUDS. Plagiat terjadi karena mahasiswa meng-copas dari file yang diperolehnya di lokasi penelitian TA atau KP. Inilah pola umum yang terjadi, yaitu copas dari satu, dua, tiga, atau banyak sumber tulisan ilmiah TANPA diubah. Tanpa parafrase. Parafrase adalah tuturan tertulis yang maknanya sama dengan tuturan tulisan aslinya tetapi pola kalimat, susunan kalimat, jenis kalimat, jenis kata, gaya bahasa yang berbeda atau jauh berbeda. Parafrase bahkan bisa menghasilkan tuturan tulisan yang lebih bernas, lebih unggul daripada tulisan aslinya. Kok bisa? Ini lantaran penulisnya sudah mampu mengolah kata dan informasi di dalam paragraf atau tulisan aslinya menjadi paragraf atau tulisan baru yang sangat berbeda. Tentu saja sumber tulisan berupa nama-nama penulis, tahun terbit, penerbit, nama jurnal, dll harus dicantumkan di dalam Daftar Pustaka dan dikutip dengan cara yang sesuai dengan gaya selingkung (house style) yang ditetapkan oleh prodi atau fakultas atau jurnalnya. Cara sitasi (kutipan) ini harus konsisten di semua bagian atau bab laporan TA, KP, Skripsi.

Bagaimana caranya agar terhindar dari plagiat dan mampu menulis dengan bernas? Menulis memang bukan sulap apalagi sihir. Menulis adalah keterampilan yang bisa dimiliki oleh SEMUA orang. Menulis bagai naik sepeda. Makin sering berlatih naik sepeda maka makin fasih dan terampil, bahkan bisa menang kala lomba balap sepeda. Anak kecil sepantaran SD pun banyak yang terampil naik sepeda. Begitu juga, banyak anak SD, SMP, SMA yang menjadi penulis cerita pendek, penulis novel, penulis ilmiah sehingga banyak yang menang dalam Lomba Karya Ilmiah Inovatif Produktif, misalnya.

Apabila belum terbiasa menulis sewaktu di sekolah dasar dan menengah, maka ketika menjadi mahasiswa pun bisa juga mulai menulis. Menulis mulai dari semester satu. Misalnya dalam pelajaran bahasa Indonesia, mahasiswa dilatih menulis ilmiah. Begitu juga di mata kuliah lainnya, biasanya dosen memberikan tugas secara berkala. Bahkan ada mata kuliah yang memang mewajibkan mahasiswa menyelesaikan Tugas Besar. Di dalam prodi Teknik Lingkungan, Tugas Besar ini biasanya ada pada matkul yang 3 SKS. Semua matkul yang 3 SKS adalah matkul yang menjadi kompetensi utama. Makin besar SKS-nya berarti makin penting mata kuliahnya.

Oleh sebab itu, sebagai latihan menulis, maka semua dosen sepatutnya memberikan tugas berupa tugas menulis atau merangkum suatu materi. Tidak boleh copy-paste tetapi harus parafrase. Semua mahasiswa harus belajar menulis dengan cara parafrase. Apabila sejak semester 1 mahasiswa sudah terbiasa menulis dengan parafrase maka pada waktu menulis laporan KP, TA atau Skripsi akan dengan mudah melakukannya. Terbebas dari plagiat dan dengan tenang menerima gelar sarjana, magister, doktor karena tidak akan ada orang yang menggugatnya.

Wajib diingat oleh mahasiswa bahwa sekarang makin mudah menulis secara plagiat karena alat atau teknologinya sudah canggih. Tetapi ingat, alat atau software untuk mendeteksi, mengecek plagiat itu pun makin canggih juga. Ada Turnitin, ada Plagiarism Checker, dll. Software akan mendeteksi persentase (percentage) kata dan kalimat yang tersedia di internet, di berbagai website dan blog. Mudah diketahui, bahkan dalam hitungan beberapa detik sudah diperoleh rangkuman sumber-sumber artikel yang di-copy-paste. Apalagi ada kewajiban mahasiswa melaksanakan uji plagiat sebelum bisa seminar atau sidang TA. Maksimum kemiripan, keserupaan, kesamaan (similarity) adalah 20%. 

Oleh sebab itu, berlatihlah menulis mulai sekarang juga, sedini mungkin. Kerjakan tugas-tugas dari dosen dengan cara parafrase, baik ditulis tangan maupun diketik dengan komputer. Hindari copas meskipun satu paragraf. Ada ungkapan: alah bisa karena biasa. Semua orang pasti bisa menulis. Makin fasih atau lancar apabila setiap hari latihan menulis parafrase. Tulis tangan atau diketik.

Berikut ini adalah beberapa tindakan plagiat yang diambil dari Wikipedia. Di dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, Felicia Utorodewo et.al. menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarisme:

·       mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri,

·       mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri,

·       mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri,

·       mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri,

·       menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal usulnya,

·       meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya, dan

·       meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.

Yang digolongkan sebagai plagiarisme:

·       menggunakan tulisan orang lain secara mentah, tanpa memberikan tanda jelas (misalnya dengan menggunakan tanda kutip atau blok alinea yang berbeda) bahwa teks tersebut diambil persis dari tulisan lain

·       mengambil gagasan orang lain tanpa memberikan anotasi yang cukup tentang sumbernya

Yang tidak tergolong plagiarisme:

·       menggunakan informasi yang berupa fakta umum.

·       menuliskan kembali (dengan mengubah kalimat atau parafrase) opini orang lain dengan memberikan sumber jelas.

·       mengutip secukupnya tulisan orang lain dengan memberikan tanda batas jelas bagian kutipan dan menuliskan sumbernya.

Demikian, semoga kita terbebas dari plagiat, baik yang terjadi karena sengaja maupun yang tidak disengaja.*

ReadMore »

25 Maret 2022

Wasser Goes to Badaksinga

Wasser Goes to Badaksinga

Menyambut peringatan Hari Air Dunia atau World Water Day 22 Maret 2022, mahasiswa Teknik Lingkungan yang bergabung dalam wadah HMTL Wasser melaksanakan studi lapangan ke PDAM Kota Bandung. Lokasi yang dikunjungi adalah IPAM di Badaksinga. Badaksinga adalah kantor pusat PDAM Kota Bandung. Sebutan PDAM kini berubah menjadi Perumdam Tirtawening Kota Bandung. PDAM ini adalah satu di antara perusahaan air minum tertua yang dimiliki oleh pemerintah daerah selain PAM Jaya-DKI Jakarta, Surabaya dan Medan.

Studi lapangan ini adalah rangkaian kegiatan pengurus Wasser yang sudah direncanakan dalam masa tugas setahun ini. Beberapa kegiatan seperti Wasser Goes to School, penanaman pohon sudah terlaksana yang memperluas jaringan silaturahim dengan parapihak dan masyarakat. Masyarakat makin mengenal keilmuan bidang rekayasa (engineering) Teknik Lingkungan, khususnya prodi TL di kampus Univ. Kebangsaan RI.

Studi lapangan di IPAM yang dibangun pada tahun 1956, tepatnya diresmikan pada 17 Agustus 1956 tersebut dipandu oleh Bapak Abun dan Bapak Asep dibantu oleh beberapa staf. Penjelasan diawali di ruang operasi kemudian menuju lapangan di bagian sisi kanan dan kiri gedung operasi (operation building). IPAM Badaksinga mengolah air baku dari Sungai Cisangkuy. Air sungai tersebut dialirkan ke Badaksinga menggunakan pipa transmisi berdiameter 800 mm dan 900 mm. Pipa ini dipasang pada tahun 1959. Debit yang mampu dialirkan kurang lebih 700-1000 l/d. Pipa transmisi baru berdiameter 850 mm dipasang pada tahun 1990-1992 dengan potensi debit yang mampu dialirkan sekitar 700-800 l/d. Panjang pipa transmisi sekitar 31,25 km.

Yang unik adalah unit operasinya. Ada dua negara yang menjadi desainer atau perancang unit operasi dan unit proses IPAM Badaksinga. Yang pertama adalah rancangan perusahaan dari Prancis, yaitu Degremont, menggunakan ACCELATOR. Yang kedua adalah rancangan dari Belanda. Keduanya menarik dikaji, bisa dijadikan tugas akhir dengan membuat model skala lab.-nya. Beberapa mahasiswa bisa meneliti keunikan satuan operasi dan satuan proses IPAM tersebut. Juga bisa dijadikan materi KP, dengan membandingkan hasil pengolahan antara kedua IPAM tersebut, mengkaji SO dan SP yang digunakan untuk mengolah air Sungai Cisangkuy. 

(Mungkin ada pertanyaan, mengapa perencana dan perancang IPAM bukan insinyur Indonesia? Sebab, pada masa dulu itu, teknik lingkungan, teknik penyehatan, belum ada di Indonesia. Baru pada awal dekade 1970-an mulai ada lulusan Teknik Penyehatan ITB dan alumninya masih sedikit, Pada dekade 1980-an, mulai banyak lulusan, tetapi baru ada di ITB dan ITS. Medio 1986/1987, barulah ada TL ITA yang sekarang berkembang menjadi UK, UKRI. Namun sekarang, prodi TL sudah mencapai 70-an prodi di seluruh Indonesia)

Yang juga menarik adalah sambutan dari PDAM. Ada sesi quiz yang diberikan oleh protokoler PDAM. Disediakan hadiah bagi mahasiswa yang mampu menjawab pertanyaan. Disiapkan juga air minum kemasan produksi anak perusahaan PDAM Tirtawening, yang dinamai Hanaang. Air segar ini menjadi penghilang dahaga setelah belajar di lapangan, berjalan dari satu unit operasi-proses ke unit yang lainnya. Operator pun memberikan satu kesempatan kepada mahasiswa untuk melihat proses backwashing filter, dimulai dari air scouring dengan tiupan udara sehingga air tampak bergolak selama 3-5 menit. Lalu dilanjutkan dengan air pencuci yang menghanyutkan flok yang menyumbat media filter.

Studi ini memberikan input pengetahuan kepada mahasiswa tentang IPAM. Tentu tidak ada rumus-rumus yang terlihat di lapangan lokasi studi. Yang tampak hanya air. Air yang keruh hingga menjadi jernih di reservoir. Agar sukses menghasilkan air jernih dan bersih, bebas kuman dan bebas zat B3 atau zat lainnya maka desain atau perancangan SO dan SP menjadi faktor utama. Perancangan ini memerlukan ilmu seperti hidrolika (mekanika fluida), ilmu kimia tentang kualitas air baku dan air minum, menggambar teknik, ilmu tentang unit operasi dan proses, serta ilmu perencanaan bangunan pengolahan air minum.

Dengan demikian, selayaknya mahasiswa berterima kasih kepada parapihak di PDAM Tirtawening yang sudah memberikan izin untuk menambah ilmu, memberikan hadiah quiz, dan berterima kasih khusus kepada Pak Abun dan Pak Asep yang menemani selama studi di instalasi, memberikan penjelasan dari satu unit ke unit lainnya. Prodi TL UKRI juga berterima kasih kepada direksi dan kepala dan staf seksi instalasi Badaksinga. 

Semoga PDAM atau Perumdam Tirtawening Kota Bandung terus menjadi rekan dalam ilmu dan teknologi, saling bertukar informasi tentang ilmu dan teknologi pengolahan air, baik air minum maupun air limbah (kotor). Wasser sahabat PDAM. *

ReadMore »

2 Maret 2022

Akreditasi Teknik Lingkungan UKRI

Akreditasi Teknik Lingkungan UKRI

Merujuk pada SK BAN PT, Teknik Lingkungan Universitas Kebangsaan memperoleh predikat akreditasi B pada tanggal 28 Desember 2018. Pada tahun itu juga, yaitu bersamaan dengan proses penulisan borang dan LED dan penyiapan laporan serta bukti fisik akreditasi untuk diperiksa pada saat kedatangan asesor, ada perubahan nama kampus UK menjadi UKRI. Oleh sebab itu, semua infrastruktur akademik, terutama nonfisik, akhirnya harus diubah. Perubahan ini memerlukan waktu yang panjang. Pertanggal 8 Februari 2022, dengan masa berlaku sejak 28 Juni 2021, prodi menerima salinan SK akreditasi BAN PT.

Agar mahasiswa dan alumnus, terutama yang berdomisili jauh dari Kota Bandung bisa mendapatkan salinannya, maka SK tersebut dilampirkan di sini. Gunakanlah secara bertanggung jawab kepada negara, pemerintah, almamater, dan agama.*

ReadMore »