• L3
  • Email :
  • Search :

27 Desember 2020

Habibie: Detik-Detik Yang Menentukan

Habibie: Detik-Detik Yang Menentukan 

Melihat kembali (membaca dengan serius) saat-saat akhir eksistensi Orde Baru. Membaca kembali buku karya Pak Habibie yang berjudul Detik-Detik Yang Menentukan. 

 Ketegangan psikologis yang massif di Jakarta, ketegangan fisik di daerah-daerah. Meraba rasa hati, membandingkan situasi dan kondisi masa Orba dan masa kini. 

Materi yang dibahas dipilah dalam bab-bab: Menjelang pengunduran diri Pak Harto, 100 hari pertama, antara 100 hari pertama dan 100 hari terakhir, 100 hari menjelang pemilihan presiden ke-4 RI. 

Buku berupa file pdf bisa diunduh di sini. 

ReadMore »

18 Desember 2020

Wisata di Berau, Kalimantan Timur

Wisata di Berau, Kalimantan Timur 

Wisatawan dipersulit untuk menikmati libur akhir tahun 2020 ke Bali. Pemerintah pusat memperketat arus masuk dengan mewajibkan hasil uji PCR H-2 hingga H-7. Tentu ada pro-kontra. Ada yang setuju, ada yang menentang. Ke mana yang mirip objek di Bali? Tentu banyak. Bisa Lombok, bisa Labuan Bajo, atau Losari.

Bisa juga ke Borneo. East Borneo. Wisatawan bisa beralih ke Kalimantan Timur yang tidak harus menunjukkan hasil uji PCR kepada petugas bandara tetapi cukup hasil uji rapid antigen plus mengisi formulir eHAC domestic. Begitu juga masuk ke Berau lewat bandara Kalimarau, hanya perlu memperlihatkan hasil uji rapid antigen dan code eHAC tersebut. Orang yang masih awam dengan internet, seperti orang lanjut usia, atau tidak membawa ponsel, bisa ditolong oleh petugas bandara. Mereka welcome dan well groomed

Bandara Kalimarau ini relatif luas untuk ukuran bandara di kota sedang. Hanya butuh waktu tidak sampai 30 menit menuju ibukota Tanjung Redeb, menuju lokasi penginapan. Derajat hotel bervariasi, mulai dari kelas Melati hingga berbintang. Di Kabupaten Berau tercatat ada 107 unit hotel, 10 unit resort atau cottage, dan 172 unit homestay. Tarif per hari/malam antara Rp200.000 hingga Rp800.000. Biasanya ada diskon di hotel besar, seperti Hotel Palmy, Hotel Grand Parama. Harga Rp.700.000 bisa menjadi Rp.550.000 plus sarapan dan kopi-snack. Tidak beda dengan hotel berbintang di Bali.
Seperti daerah Kalimantan lainnya, Berau terkenal dengan tambang batubara. Yang besar adalah perusahaan Berau Coal. Tentu bukan site atau lokasi tambangnya yang dijadikan objek wisata. Kecuali untuk wisata geologi tentu saja. Tetapi iring-iringan kapal pengangkut bongkah batubara yang eksotis di sepanjang sungainya.  Kabupaten Berau memiliki banyak sungai atau ada 28 DAS (Daerah Aliran Sungai). Begitu pula danau. Kabupaten Berau memiliki tujuh buah danau dengan luas total kira-kira 15 Ha. Di antaranya adalah Danau Labuan Cermin di Biduk-Biduk, Danau Tulung Ni Lenggo di Tembudan, Batu Putih, Danau Kakaban di Payung-payung, Maratua.

Yang gencar dipromosikan oleh pemerintah Berau adalah Labuan Cermin berair bening. Di tengah udara dan hembusan angin panas, air danau menjadi pelepas dahaga kaki yang direndam. Pantai Biduk-Biduk, Kakaban Island, Begitu juga objek di Pulau Derawan dan Pulau Maratua. Maratua adalah pulau terluar Indonesia dan menjadi Kawasan Strategis Nasional. Selain jalur laut, bisa juga naik pesawat Susi Air dari Kalimarau ke Maratua. Ongkosnya Rp.500.000-an. Sedangkan P. Derawan relatif dekat dan menjadi tujuan wisata prioritas bagi warga setempat dan Kalimantan Timur umumnya. Kapal kayu dan perahu yang dilengkapi motor listrik menjadi alat transportasi. Kalau bernyali dan berani maka bisa keliling susur sungai dan laut di antara pulau dengan perahu motor. 
Bagaimana dengan makan dan minum? Khusus di Tanjung Redeb dan sekitarnya, sangat beragam dan harganya bervariasi. Penjual banyak warga pendatang, misalnya dari Jawa, dan mereka menjual sate, soto, nasi goreng, mie ayam, bakso, klontong, dan lain-lain. Juga ada warung atau restoran Padang. Harganya, makan siang rerata dengan menu standar makan siang plus minum jus tak kurang dari Rp50.000 per orang. Di Tanjung Redeb juga banyak ada kafe dan pedagang kaki lima di tepi Sungai Segah pada sore hingga malam hari, terutama di Jalan Pulau Derawan.

Memang ada kekurangannya. Kekurangan DTW di Berau dibandingkan dengan ke Bali bagi orang yang tinggal di Pulau Jawa adalah waktu tempuhnya yang lama. Pesawat harus transit dulu di Balikpapan atau di Samarinda. Apabila berangkat pagi dari Jakarta, Bandung, Jogja (Kulonprogo), Surabaya, maka sore barulah terbang ke Berau. Artinya, boros waktu 12 jam yang juga berarti keluar uang akomodasi. Berbeda dengan ke Bali. Berangkat pagi, siang sudah tiba di hotel, sore sudah bisa jalan-jalan sore (JJS) di Legian, Seminyak, Kuta, atau Sanur. Besoknya sudah bisa mendaki Uluwatu dan Garuda Wisnu Kencana, turun ke Pantai Pandawa, lalu Taman Ayun, bahkan bisa ke Ubud dan belanja oleh-oleh di Sukawati. Banyak DTW yang dikunjungi dalam 12 jam.

Tapi maklum saja karena Berau itu luas sekali. Mulai dari daerah hulu yaitu Kecamatan Kelay dan Segah, hingga ke pesisir. Luasnya kurang-lebih 34.000 km2. Hampir sama dengan Provinsi Jawa Barat: 35.400 km2. Berau adalah kabupaten, bukan provinsi. Adapun Provinsi Bali luasnya 5.600 km2. Jumlah penduduk Berau hampir 240.000 orang tahun 2020 ini. Jumlah penduduk Provinsi Bali hampir 4,4 juta orang tahun 2020 ini. Batubara adalah harta karun hitam yang luar biasa tetapi bagai buah simalakama antara uang APBD-APBN dan konservasi lingkungan. Terlepas dari masalah lingkungan ini, Berau memiliki objek wisata yang hampir menyamai Bali. Hampir, artinya masih butuh waktu dan proses pembangunan prasarana- sarana seperti water and sanitation. Juga jalan, jembatan, perdagangan, pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi.

Selamat berwisata dengan protokol kesehatan yang ketat atau di rumah saja, yaitu menonton video, televisi, atau membaca buku, koran, majalah, blog, berita online. Atau dengan cara wisata virtual, virtual tourism. Caranya? Seperti Zoom itu, kurang lebih. Ada perusahaan jasa virtual tourism yang dibayar oleh wisatawan virtual yang duduk santai di rumahnya. Pengusaha jasa virtual tourism itu datang ke objek wisata dan membuat video live yang disaksikan oleh wisatawan virtual tersebut. Detailnya... pastinya saya belum tahu… he he he.. (ghc).

ReadMore »

12 Desember 2020

Peningkatan Kualitas Sanitasi Untuk Kesehatan Masyarakat

Peningkatan Kualitas Sanitasi Untuk Kesehatan Masyarakat
Oleh Gede H Cahyana
Lektor Kepala Teknik Lingkungan, Universitas Kebangsaan

Akronim watsan adalah singkatan dari water and sanitation, sebuah frase yang esensinya ialah kebutuhan dasar manusia agar bisa hidup bersih dan sehat. Air dan sanitasi meliputi ketersediaan air baku, pengolahan air minum, transmisi dan distribusi air minum kepada masyarakat dengan tarif yang terjangkau. Adapun sanitasi meliputi air limbah dan sampah, juga drainase, pengelolaan lumpur tinja dan lumpur IPAL. Dua yang disebut pertama menjadi fokus dalam sanitasi di Indonesia karena setiap hari ditimbulkan oleh manusia dalam aktivitas hidup hariannya. Khusus air limbah akan dibahas lebih rinci dalam tulisan di bawah ini.

1. Aspek Sejarah

Sistem sanitasi di Kota Bandung minimal sudah berusia seratus tahun, dihitung sejak tahun 1916, sepuluh tahun setelah Bandung berstatus gemeente (21 Februari 1906), dan setahun sebelum Meneer B. Coops menjadi walikota (burgemeester) Bandung yang pertama (1917). Pada waktu itu, pemerintah Belanda ingin warganya hidup saniter. Warga Bandung dibagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah barat dan wilayah timur dengan Sungai Cikapundung sebagai garis sempadan. Kurang lebih dua pertiga warganya tinggal di belahan barat. Maka, selain mendirikan “PDAM” yang dikelola oleh Technische Dienst Afdeling, Belanda juga membuat instalasi pengolah air limbah (IPAL) domestik di belahan barat.

Unit pengolah yang dibangun adalah Imhoff Tank, didesain oleh Dr. Karl Imhoff (1904, pakar air limbah dari Jerman). Unit ini juga terbaik kinerjanya pada saat itu berupa pengolah bikamar atau “dual-purpose two-story tank” yaitu ruang hidrolisis dan sedimentasi. Air limbah rumah tangga warga Belanda dialirkan lewat saluran sepanjang 14 km di sepanjang jalan akses yang dinamai Jl. Imhoff Tank menuju IPAL dan air olahannya dibuang ke Sungai Citepus. Tapi sayang, unit ini sekarang sudah rusak dan dipenuhi lumpur. Pada awal 1980-an, Pemkot Bandung menggantinya dengan kolam oksidasi di Bojongsoang seluas 85 hektar dengan panjang total saluran sekitar 300-an km. Lokasinya kurang lebih satu kilometer ke arah timur dari terminal bis Leuwipanjang, menyusuri Jl. Soekarno-Hatta (By pass), sebelum Jl. Moh. Toha. Bisa disebutkan bahwa Imhoff Tank dan sewerage tersebut adalah cikal-bakal sistem penyaluran air limbah domestik di Kota Bandung.

2. Penyaluran Air Limbah

Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga seperti WC dan kamar mandi, dapur, cuci pakaian dll. Air limbah ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu air limbah tinja (air kotor) dan air limbah non-tinja (air bekas). Air limbah tinja berisi kotoran tinja atau fekal manusia, biasa disebut black water. Sedangkan air limbah nonfecal disebut grey water, berasal dari aktivitas mandi, cuci baju, dan cuci sayur, ikan, daging di dapur. 

File lengkap di pdf ini.  



ReadMore »