• L3
  • Email :
  • Search :

12 Desember 2020

Peningkatan Kualitas Sanitasi Untuk Kesehatan Masyarakat

Peningkatan Kualitas Sanitasi Untuk Kesehatan Masyarakat
Oleh Gede H Cahyana
Lektor Kepala Teknik Lingkungan, Universitas Kebangsaan

Akronim watsan adalah singkatan dari water and sanitation, sebuah frase yang esensinya ialah kebutuhan dasar manusia agar bisa hidup bersih dan sehat. Air dan sanitasi meliputi ketersediaan air baku, pengolahan air minum, transmisi dan distribusi air minum kepada masyarakat dengan tarif yang terjangkau. Adapun sanitasi meliputi air limbah dan sampah, juga drainase, pengelolaan lumpur tinja dan lumpur IPAL. Dua yang disebut pertama menjadi fokus dalam sanitasi di Indonesia karena setiap hari ditimbulkan oleh manusia dalam aktivitas hidup hariannya. Khusus air limbah akan dibahas lebih rinci dalam tulisan di bawah ini.

1. Aspek Sejarah

Sistem sanitasi di Kota Bandung minimal sudah berusia seratus tahun, dihitung sejak tahun 1916, sepuluh tahun setelah Bandung berstatus gemeente (21 Februari 1906), dan setahun sebelum Meneer B. Coops menjadi walikota (burgemeester) Bandung yang pertama (1917). Pada waktu itu, pemerintah Belanda ingin warganya hidup saniter. Warga Bandung dibagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah barat dan wilayah timur dengan Sungai Cikapundung sebagai garis sempadan. Kurang lebih dua pertiga warganya tinggal di belahan barat. Maka, selain mendirikan “PDAM” yang dikelola oleh Technische Dienst Afdeling, Belanda juga membuat instalasi pengolah air limbah (IPAL) domestik di belahan barat.

Unit pengolah yang dibangun adalah Imhoff Tank, didesain oleh Dr. Karl Imhoff (1904, pakar air limbah dari Jerman). Unit ini juga terbaik kinerjanya pada saat itu berupa pengolah bikamar atau “dual-purpose two-story tank” yaitu ruang hidrolisis dan sedimentasi. Air limbah rumah tangga warga Belanda dialirkan lewat saluran sepanjang 14 km di sepanjang jalan akses yang dinamai Jl. Imhoff Tank menuju IPAL dan air olahannya dibuang ke Sungai Citepus. Tapi sayang, unit ini sekarang sudah rusak dan dipenuhi lumpur. Pada awal 1980-an, Pemkot Bandung menggantinya dengan kolam oksidasi di Bojongsoang seluas 85 hektar dengan panjang total saluran sekitar 300-an km. Lokasinya kurang lebih satu kilometer ke arah timur dari terminal bis Leuwipanjang, menyusuri Jl. Soekarno-Hatta (By pass), sebelum Jl. Moh. Toha. Bisa disebutkan bahwa Imhoff Tank dan sewerage tersebut adalah cikal-bakal sistem penyaluran air limbah domestik di Kota Bandung.

2. Penyaluran Air Limbah

Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga seperti WC dan kamar mandi, dapur, cuci pakaian dll. Air limbah ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu air limbah tinja (air kotor) dan air limbah non-tinja (air bekas). Air limbah tinja berisi kotoran tinja atau fekal manusia, biasa disebut black water. Sedangkan air limbah nonfecal disebut grey water, berasal dari aktivitas mandi, cuci baju, dan cuci sayur, ikan, daging di dapur. 

File lengkap di pdf ini.  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar