• L3
  • Email :
  • Search :

31 Juli 2020

Lindi Sarimukti Tanpa Solusi?

Lindi Sarimukti Tanpa Solusi?
Oleh Gede H. Cahyana
Pengamat sanitasi lingkungan, Universitas Kebangsaan

Hentikan Pencemaran Lindi Sarimukti adalah judul berita utama koran Pikiran Rakyat edisi Selasa, 21 Juli 2020. Lindi adalah air rembesan dari timbunan sampah yang sangat kuat derajat pencemarannya. Pada saat ini TPA Sarimukti sudah tidak layak guna karena kelebihan beban (overload). Proses pengolahan di Instalasi Pengolahan Air Lindi (IPALin) pun buruk sehingga mencemari air sungai di hilirnya.

Evaluasi
Pengolahan lindi di Sarimukti menggunakan proses biologi dan operasi fisika. Hampir sama dengan IPAL Bojongsoang. Bedanya, IPAL Bojongsoang hanya mengolah air limbah domestik. Konsentrasi pencemar air limbah yang masuk ke IPAL Bojongsoang jauh lebih rendah daripada konsentrasi pencemar di dalam lindi. Luas area IPAL Bojongsoang sekitar 85 hektar meskipun tidak semuanya dijadikan kolam pengolahan. Area IPAL-nya saja jauh lebih luas daripada luas area TPA Sarimukti padahal tingkat pencemaran lindi jauh lebih berbahaya daripada air limbah domestik.

IPAL Bojongsoang hanya mengandalkan transfer oksigen secara alami sedangkan IPALin Sarimukti menggunakan blower dan instalasi pipa. Efektifkah blower ini? Sudah disebut bahwa lindi berisi pencemar yang sangat kuat, COD bisa mencapai 30.000 mg/l. Sedangkan COD yang masuk ke IPAL Bojongsoang sekitar 300-400 mg/l. Penelitian ilmiah menyatakan bahwa kolam anaerob hanya mampu menurunkan COD hingga 50%. Artinya, COD sisa yang masuk ke kolam aerob masih sangat tinggi konsentrasinya.

Pengolahan di kolam anaerob makin sulit apabila derajat keasaman (pH) lindi di bawah 7,5. Bakteri lebih dulu mati sebelum mampu beradaptasi. Apalagi lindi berisi zat beracun dan bakteri anaerob adalah jenis bakteri yang sensitif terhadap racun meskipun kecil konsentrasinya. Padahal “kunci” pengolahan anerobik adalah bakteri anaerob jenis metanogenik yang mampu mengubah COD menjadi gas metana.Tanpa konversi COD menjadi metana maka praktis tidak terjadi pengurangan konsentrasi COD secara signifikan.

Dengan demikian, injeksi oksigen oleh blower ke dalam lindi menjadi tidak efektif. Karena pH rendah maka bakteri aerob lebih dulu mati sebelum menerima oksigen dari blower. Listrik pun menjadi mubazir. Hakikatnya, semua kolam pengolahan berubah menjadi sekadar bak penampung lindi tanpa aktivitas mikrobiologis. Terjadilah pencemaran air sungai di hilirnya.

Opsi solusi
Adakah solusinya? Ada dua kegiatan yang harus dikerjakan, yang pertama adalah merancang ulang area timbunan sampah sebelum TPA Legok Nangka dioperasikan. Sebetulnya masalah serupa juga bisa terjadi di Legok Nangka, waktu yang akan membuktikannya. Rancang ulang difokuskan pada penerapan sanitary landfill dan pemanfaatan metana untuk operasional kantor TPA. Syukur-syukur bisa digunakan untuk kebutuhan listrik blower dan pompa.

Kegiatan kedua adalah merancang ulang unit proses dan unit operasi IPALin. Selama ini fokus pemerintah dalam mengelola sampah hanyalah pada timbunan sampah. Kurang perhatian pada pengolahan lindi. Padahal yang mencemari air sungai dan air tanah adalah air lindi. Sedangkan sampah hanya diam selama-lamanya di sel-sel timbunan hingga habis dibusukkan oleh bakteri. Paradigma berpikir tentang pengelolaan sampah harus diubah. Sel sampah dan lindi harus dalam prioritas yang sama.

Pengolahan lindi sesungguhnya jauh lebih penting daripada lahan timbunan sampahnya. Apapun jenis landfill-nya pasti terbentuk lindi dan harus diolah karena berisi ribuan jenis zat kimia beracun. Lindi jauh lebih bahaya daripada air limbah celupan pabrik tekstil. Jauh lebih tinggi zat organiknya daripada air limbah pabrik gula. Apalagi kalau dibandingkan dengan air limbah pabrik makanan-minuman. Bahkan potensi bahaya air limbah dari kilang minyak masih kalah jauh dibandingkan dengan potensi bahaya lindi.

Ada tiga parameter yang dikaji dalam rancang ulang tersebut, yaitu kuantitas, kualitas, kontinuitas aliran lindi. Kuantitas aliran harus diukur dengan teliti karena berpengaruh pada dimensi unit pengolahan. Data ini mencakup data pada musim hujan dan musim kemarau untuk menduga variasi debit yang mungkin terjadi. Apabila data ini diketahui terperinci maka kebutuhan luas lahan IPALin bisa lebih akurat termasuk kebutuhan mekanikal elektrikalnya.

Selanjutnya adalah kualitas lindi yang berbeda pada musim hujan dan musim kemarau. Data ini diperlukan untuk memilih unit pengolah yang layak digunakan dan untuk memperkirakan biaya konstruksi dan biaya operasi-rawatnya. Juga bisa digunakan untuk rencana pengelolaan dan pengolahan lumpur (sludge) IPALin, baik lumpur biologi (biosludge) maupun lumpur kimia (chemsludge). Timbulan lumpur bisa dihitung berapa ton perbulan, bagaimana pengolahannya dan di mana diolah. Termasuk ada tidaknya potensi pendapatan (income) yang bisa diperoleh dari lumpur tersebut.

Poin ketiga adalah kontinuitas. Hal ini berkaitan dengan aliran lindi dari timbunan sampah ke IPALin dan dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. Bersama dengan data kuantitas, data kontinuitas aliran ini digunakan untuk setting unit pengolah yang harus dioperasikan dan yang harus diistirahatkan. Data ini bisa digunakan untuk menduga optimal tidaknya unit pengolah yang tersedia. Juga menentukan unit pengolah mana yang beroperasi, mana yang bisa istirahat sambil dicek atau diperbaki.

Operasi-rawat
Selain jenis unit pengolah, yang juga penting adalah operasi dan perawatan. IPALin bukanlah lampu Aladdin yang sekali berkata “terjadi” maka “terjadilah”. Unit proses biologi IPALin banyak yang gagal. Jangankan IPALin yang lokasinya di tengah hutan atau terpencil, IPAL yang berada di dalam kota saja banyak yang tidak dikelola dengan benar. Apakah IPAL air limbah tekstil yang diolah dengan proses biologi saja mampu menurunkan logam berat, senyawa toksik secara signifikan? Apalagi lindi yang jauh lebih berbahaya daripada air limbah tekstil.

Aspek operasi dan perawatan IPALin harus dipertimbangkan agar bisa menyerap tenaga kerja lokal. Gunakan unit pengolah yang membutuhkan tenaga kerja kasar dan terlatih. Mereka dilatih menjadi operator. Tentu harus ada juga tenaga kerja yang ahli IPALin. Serapan tenaga kerja lokal akan menimbulkan rasa ikut memiliki TPA sehingga ikut menjaga dan mengamankan lokasi. Sekaligus mereka bisa berperan sebagai agen pendidikan peduli sampah di desanya.

Oleh sebab itu, hindari teknologi yang suku cadangnya harus diimpor karena akan merusak proses pengolahan apabila tidak bisa diperbaiki dalam waktu setengah hari. Hindari teknologi yang padat modal dalam investasi, mahal biaya operasinya, mahal biaya perawatannya. Gunakan teknologi yang bisa tahan sepuluh atau lima belas tahun tanpa penggantian peralatan secara signifikan. Hanya perlu penggantian komponen mekanikal elektrikal yang bisa dilakukan oleh bengkel lokal dan suku cadangnya tersedia di pasar lokal.*

ReadMore »

21 Juli 2020

Mengapa BPPSPAM Dibubarkan?

Mengapa BPPSPAM Dibubarkan?

Ada 18 badan, tim, komisi yang dibubarkan oleh Presiden Jokowi. Satu di antaranya adalah BPPSPAM. BPPSPAM dibentuk oleh Peraturan Presiden No. 90 tahun 2016. Usianya mencapai empat tahun. Namun sejarahnya sudah lebih awal, sejak zaman Presiden SBY. Tahun 2005 dibentuk BPPSPAM, sebagai embrio yang menilai kinerja PDAM. Pada awal medio dekade itu, antara tahun 2001 – 2005, kondisi PDAM masih menyedihkan; 90% dalam kondisi tidak sehat, seperti ditulis di dalam buku “PDAM Bangkrut? Awas Perang Air.” Spirit buku ini adalah memberikan informasi dengan fakta yang bisa dikumpulkan pada waktu itu dari berbagai sumber, agar PDAM berubah menjadi perusahaan daerah yang kuat dan bermanfaat luas bagi masyarakat setempat.
Gambar 1. Sejarah BPPSPAM (Sumber: situs bppspam.pupr,go.id)

BPPSPAM itu pun menjadi respon atas UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Sejumlah LSM, misalnya Walhi pada waktu itu memberikan kritik atas kinerja DPR. Begitu juga akademisi dan masyarakat. Namun waktu itu Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tetaplah menguatkan eksistensi UU Nomor 7 tahun 2004, meskipun ada dua hakim yang dissenting opinion. Selanjutnya UU SDA itu digugat oleh Muhammadiyah cs. Akhirnya pada tahun 2015 Mahkamah Konstitusi membatalkan UU SDA dan kembali ke UU No. 11/1974 tentang Pengairan. Esensi pembatalan berkenaan dengan privatisasi (penswastaan) air minum di sektor SPAM dan penguasaan negara atas air. Isu SPAM ini pula yang tarik-ulur saat ini. Sektor ini berpengaruh kepada pengusaha air jeriken dan truk tangki, AMIK (Air Minum Kemasan atau AMDK) dan AMIKU (Air Minum Kemasan Ulang atau air isi ulang). Asasnya, sumber air berupa mata air, air tanah, sungai, danau, waduk, rawa, laut tidak boleh dikuasai oleh perseorangan atau swasta.

Menurut fungsinya, BPPSPAM itu melaksanakan aktivitas dalam hal:
1. Menilai kinerja penyelenggara SPAM (BUMN, BUMD) dalam hal kualitas, kuantitas, kontinuitas.
2. Meningkatkan kinerja penyelenggara SPAM.
3. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah pusat dan daerah atas kinerja penyelenggara SPAM.

BPPSPAM sudah memberikan hasil kerjanya berupa penambahan PDAM sehat, pengurangan jumlah PDAM sakit. Keadaan ini terus berubah dinamis dari waktu ke waktu. Majalah Air Minum  (MAM) yang diterbitkan PERPAMSI kerapkali merilis liputan perihal kondisi PDAM di Indonesia.

Dalam kinerja demikian, yang menjadi pertanyaan insan air minum adalah sebab-musababnya. Tentu Presiden Jokowi, Menteri PUPR, dan kalangan KSP yang mengetahuinya. Berharap alasan ini bisa diumumkan agar menjadi pelajaran dan perbaikan pada masa yang akan datang. Termasuk apabila tugas, fungsi BPPSPAM dialihakan ke badan, lembaga, atau direktorat jenderal di PUPR, ini pun perlu diketahui oleh insan air minum Indonesia.

Entahlah, bagaimana tanggapan atau komentar insan air minum, PDAM, akademisi, praktisi di sektor air minum, dll.  Komentar, saran, pendapat silakan ditulis di "comment".. 
ReadMore »

14 Juli 2020

Prabowo Membuat Sawah?

Prabowo Membuat Sawah?

Meskipun tidak beruang (ini bukan sejenis hewan, tetapi maksudnya adalah punya uang), orang Indonesia, terutama ayah dan ibu pasti masih tenang apabila masih punya beras. Tidak usah berton-ton tetapi cukup untuk makan sekeluarga selama sebulan ke depan. Bahkan masih ada beras untuk dimakan hanya sepekan ke depan pun masih bisa tenang plus garam atau ikan asin (teri). Sebab, beras adalah bahan makanan pokok mayoritas orang Indonesia yang diolah menjadi nasi. Bisa menjadi nasi putih. Nasi kuning, Nasi merah. Nasi campur. Nasi kebuli. Nasi soto. Nasi bakar. Nasi rames dan banyak varian lainnya. Intinya adalah nasi. Beras. Padi. Sawah. Air. Energi.

Sejak 2004 Pak Prabowo aktif memberdayakan petani dan nelayan. Pernah menjadi ketua umum HKTI: Himpunan Kerukunan Tani (dan Nelayan) Indonesia. Visi misinya tidak pernah lepas dari FEW: Food, Energy, Water. Tiga sumber daya alam ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup dengan indikasi harganya terjangkau oleh mayoritas orang Indonesia.  FEW ini memiliki risiko tinggi terhadap politik. Bisa menentukan jatuh-majunya pemerintah. FEW juga berkaitan dengan masyarakat, dengan warga negara. Tanpa FEW maka pemerintah tidak akan memiliki view pada masa depan pemerintahannya alias bisa saja kolaps di tengah jalan sebelum habis masanya. Bisa didemisioner oleh rakyatnya sendiri.

Kata Dr. Rizal Ramli, kondisi ekonomi Indonesia memang sudah lemah. Makin lemah lagi akibat Corona yang menimbulkan wabah Covid-19 dan bisa berdampak ekonomi dan politik dalam setahun dua tahun ke depan. Dampaknya di seluruh dunia. Terutama kalau vaksinnya belum ditemukan. Atau karena vaksinnya tidak mampu melawan keganasan Corona. Atau karena harga vaksinnya mahal bagi mayoritas orang. Akibatnya, orang-orang di seluruh dunia, terutama yang khawatir pada serangan Corona, akan mengurangi kontak langsung dengan orang lain. Urusan bisnis dan pekerjaan, perdagangan dan pendidikan, travelling dan wisata lokal dan mondial, tidak akan berkembang. Mati perlahan. Maskapai penerbangan pun kolaps, suatu saat kelak. Indikasi ini sudah mulai tampak di PT Garuda (GIA).

Oleh sebab itu, untuk mengurangi dampak buruk terhadap ekonomi dan politik tersebut maka FEW harus tersedia cukup . FEW tidak boleh few (sedikit) apalagi kekurangan. FEW harus cukup untuk seluruh rakyat Indonesia. Stoknya kalau bisa sampai tiga bulan ke depan, sampai panen lagi. Ini untuk padi. Begitu pun singkong, harus digiatkan tanamnya. Ubi pun disebarkan. Talas ditanam di banyak lokasi. Semua sumber karbohidrat itu ditanam sedekat mungkin dengan masyarakat agar transportasinya menjadi murah sehingga harganya terjangkau. Perlu dicoba lagi diversifikasi pangan. Meskipun ini sulit dicapai sejak zaman Orde Baru karena orang Indonesia tidak mudah pindah dari nasi ke singkong, ke jagung, ke talas, dan/atau ke ubi.

Kembali ke pokok tulisan. Siapa yang mampu mengerjakan megaprojek tersebut? Dari sekian banyak menteri dan menteri coordinator, ini secara objektif, yang punya pengalaman di bidang pertanian dan sebagai pelaku pertanian adalah Prabowo. Ada track record-nya, jejak langkahnya di dunia pertanian, perkebunan, perdagangan, perhutanan tanaman industri, pabrik kertas, sawit, peternakan sapi, domba, kuda, dll. Secara objektif juga, dari sisi leadership, adakah menteri Pak Jokowi yang mampu mendirikan partai seperti Gerindra? Begitu juga dari sudut pandang strategi perang yang diterapkan di dalam strategi pertanian dan cs-nya, adakah jenderal yang menguasai strategi perang yang sesungguhnya di lapangan, misalnya di Timor Timur? Atau yang mampu menjadi manajer dan mengelola ekspedisi pendaki gunung dan pembebasan sandera di Papua? Atau adakah menteri di kabinet sekarang yang memimpin pasukan khusus yang pada masanya pasukan itu disegani oleh pasukan khusus negara lain?

Objektifnya demikian dan semua itu bisa ditelusuri di google dot com. Bisa juga dikatakan bahwa kapasitas Prabowo tidak hanya menjadi Menteri Pertahanan dan menteri yang memperkuat ketahanan pangan Indonesia, tetapi juga mampu sebagai presiden RI. Hanya saja, jumlah suaranya yang kalah dari Presiden Jokowi. Tetapi secara kapabilitas, leadership, dan pengalaman memimpin tidak bisa dibandingkan dengan Presiden Jokowi. Bisa dicek dari sisi karirnya sejak masa remaja, atau sejak lulus SMA, atau sejak mulai menjadi tentara. Semua datanya lengkap ada di internet. Apalagi kata ahli politik, keterpilihan dan kemampuan leadership itu adalah dua hal yang berbeda.

Dari data riwayat hidupnya, Prabowo bisa menjadi leader dan menjadi manajer leading sector dalam pembukaan lahan, penanaman, pemanenan, dan distribusi pangan pada saatnya nanti. Presiden Jokowi sudah menyatakan bahwa tentara bisa saja diajak dalam penyiapan food estate di Kalimantan Tengah. Pada masa Orde Baru tentara sudah dilibatkan di banyak kegiatan yang positif seperti AMD: ABRI Masuk Desa. Tentara zeni bisa dan terbiasa membangun jembatan, jalan, membuka hutan untuk daerah transmigrasi dan lain-lain. Mengelola tentara oleh mantan tentara dan sekaligus sebagai Menteri Pertahanan yang memimpin TNI AD, AU, AL maka keberhasilan pembukaan food estate akan semakin besar. Kalaupun gagal, tidak akan gagal seperti Lahan Gambut Sejuta Hektar pada masa Orde Baru. Kalau sukses, tentu untuk bangsa Indonesia semua, bisa makan nasi satu dua tahun ke depan andaikata sinyalemen FAO betul bahwa akan terjadi paceklik di dunia. Krisis pangan yang menyebabkan bencana kelaparan di seluruh dunia.

Semoga bangsa Indonesia, semua WNI bisa makan nasi seperti hari-hari sebelum wabah Covid-19. Aamiin. 

ReadMore »

12 Juli 2020

Potensi Risiko Corona di Ruang Tertutup Ber-AC

Potensi Risiko Corona di Ruang Tertutup Ber-AC 

TVOne dan Kompas TV intensif membahas berita terbaru dari WHO tentang “potensi transmisi Corona di udara/aerosol”. Dalam bahasa positifnya, WHO mungkin berhati-hati karena ini organisasi berskala dunia, sangat dipercaya oleh banyak orang. Meskipun beberapa hari lalu akhirnya Amerika Serikat keluar dari WHO. Tapi ini lain soal. Ini terserah Trump and the ganks.

Kembali ke tema Corona di dalam aerosol. Sebelum 239 orang peneliti ahli yang melaporkan bahwa sebaran Corona bisa lewat aerosol (publikasi 6 Juli 2020), pada medio Maret, The New England Journal of Medicine edisi 17 Maret 2020 merilis surat (letter) dari van Doremalen, Bushmaker, dan Morris. Surat tersebut menyatakan bahwa Corona bisa bertahan tiga jam di dalam aerosol, empat jam di permukaan tembaga, 24 jam di permukaan karton, dan bertahan tiga hari di permukaan plastik dan logam stainless. Rilis jurnal tersebut sudah saya kutip di dalam artikel yang diterbitkan di koran Pikiran Rakyat edisi 23 Maret 2020. Ini link-nya
Tambahan penting dari pernyataan WHO adalah bahwa ruang tertutup seperti ruang kelas murid dan ruang kuliah mahasiswa, termasuk ruang rapat. Akan bertambah besar risikonya adalah ruang yang ber-AC. Corona akan menyebar dan berputar-putar di dalam ruang dan dihirup ke paru-paru oleh semua orang di dalam ruangan itu. Hal ini masuk dalam kajian Indoor Air Pollution (IAP). Agak berbeda dengan potensi sebaran Corona di Outdoor Air Pollution (OAP). Tetapi sangat disarankan, meskipun di luar ruang, agar mengenakan masker. Lebih aman lagi kalau ditopengi dengan face shield (tameng wajah).

Namun demikian, terjadi paradoks di masyarakat. Pada masa awal Corona lebih banyak warga masyarakat yang khawatir, takut, bahkan stress terhadap wabah Covid-19 ini. Pada saat itu yang sakit Covid-19 sangat sedikit. Bahkan dilabeli dengan angka oleh pemerintah, seperti penderita 01, 02, 03, dan seterusnya. Sebaliknya pada Juli 2020 ini, ketika penderita makin banyak, bahkan kasus terbanyak selama ini terjadi di Secapa AD di Hegarmanah Kota Bandung, warga hampir tidak khawatir lagi. Banyak yang tidak bermasker di toko, warung, mall, jalan, dll. 

Warga juga banyak yang berwisata dan menikmati kuliner. Bukan tidak boleh, tetapi protocol kesehatan tetap harus dilaksanakan. Namun demikian, wanti-wanti WHO beberapa hari lalu justru menjadi lampu merah, warning keras bagi kalangan yang sudah beranggapan bahwa Covid-19 ini memasuki masa aman. Apalagi kalau betul di Indonesia ada dua macam virus Corona yang dampaknya bisa berbeda. Ini kalau betul, tentu makin besar risiko yang dihadapi warga Indonesia, justru pada masa di puncak kebosanan tinggal di rumah, bosan work from home, bosan kuliah atau belajar di rumah. 

Paradoksnya lagi, pemerintah justru sudah membuka luas kantor dan fasilitas komersial, transportasi kereta api, bandar udara, pelabuhan laut, terminal, dll. Sebentar lagi adalah bioskop, ruang ber-AC yang kedap tertutup. Sungguh patut dipertimbangkan usulan Pak Dahlan Iskan tentang subsidi pemerintah untuk rakyat senilai kurang lebih 125 triliun untuk menghilangkan sebaran Corona. Silakan baca lebih lengkap di website-nya. 

Intinya, saripatinya, bulan kelima wabah Covid ini justru memasuki masa risiko tinggi. Maka, dunia akademik, mulai dari prasekolah, sekolah, hingga kuliah sebaiknya menahan diri dulu. Gunakan fasilitas internet untuk rapat, belajar, mengajar. Keselamatan dan kesehatan anak-anak, cucu-cucu tidak ternilai harganya dibandingkan dengan egoisme sepihak atau parapihak dengan pertimbangan ekonomi dan politik jangka pendek. 

Bagaimana dengan ruang yang tidak ber-AC? Tentu ada beberapa syarat agar aman. Yang pertama, lokasi ruang itu masuk dalam zone hijau menurut kategori gugus tugas Covid-19 setempat. Ini pun dibagi menjadi dua lagi, yaitu (1) ruang yang menerima orang dari berbagai lokasi atau tempat tinggal seperti ruang kantor, dll.; dan (2) ruang yang hanya diisi oleh orang-orang di dalam lingkup terbatas seperti sekolah berasrama (boarding school). Semua murid sudah dinyatakan sehat sebelum masuk ke asrama sekolah dan dilaksanakan protocol kesehatan yang disiplin selama ini. Termasuk semua guru dan pekerja yang ada di dalam lingkup sekolah tersebut. Apabila keluar-masuk setiap hari maka harus dicek minimal dengan thermogun dan bagusnya lagi adalah dengan rapid test rutin atau swab. Biayanya, ini yang harus dicarikan solusinya oleh pemerintah dan sekolah. Kemudian penunjangnya adalah makan makanan sehat, bergizi cukup. Semua makanan terutama sayur harus dimasak, tidak dilalab (dimakan mentah) dan makan buah-buahan yang berkulit seperti pisang. Hindari buah yang langsung dimakan dengan kulitnya seperti anggur, dll.

Yang kedua, ruang tersebut memiliki ventilasi yang bagus. Jendelanya terbuka dan banyak berjejer di dinding ruang. Pintu dibuka selama PBM. Duduk dengan jarak yang cukup, minimal 2 meter. Harus bermasker dan lebih bagus lagi dengan face shield (tameng wajah). Cuci tangan dengan air dan sabun tersedia di luar ruang dan harus antri dengan sabar dan jaga jarak. Disiplin. Yang melanggar selayaknya diperingatkan dan dikenai sanksi hukuman tertentu. Begitu juga ruang tidurnya, tetap dengan protocol kesehatan. Harus banyak ventilasi dan disemprot dengan disinfektan setiap hari oleh murid-muridnya. Minimal dicuci dengan air yang berisi klor (chlorine). Kaporit bisa dibeli di toko kimia setempat atau minta bantuan ke PDAM setempat lewat bupati atau walikota.

Yang ketiga, durasi waktu belajarnya dipersingkat. Tidak lebih dari 45 menit, yang biasanya 90 menit. Pergantian waktu digunakan untuk menyemprot atau membersihkan ruang oleh murid atau petugas. Paparan kognitif untuk sementara ini, selama wabah Covid-19 ini, dikurangi dan ditambah nanti setelah wabah berlalu. Gunakan waktu yang seharusnya kognitif menjadi psikomotorik untuk menguatkan afektifnya. Penambahan ilmunya kecil tetapi penambahan afeksinya lebih besar. Adab, akhlak, mental, karakternya menjadi lebih kuat. 

ReadMore »

8 Juli 2020

H. Usep Romli, HM, almarhum

H. Usep Romli, HM, almarhum

Di dalam postingan seorang teman di Facebook saya baru tahu Rabu, 8 Juli 2020 bahwa Bapak H. Usep Romli, HM sedang sakit. Tampak foto beliau sedang tidur dan di tangannya ada jarum infus. Lokasi perawatan di klinik al Yamin, Limbangan Garut. Saya menuliskan sekalimat doa agar beliau diberikan kesehatan, sehat wal’afiat kembali. Namun satu jam berikutnya saya lantas membaca banyak postingan yang berisi ucapan duka cita. Penulis yang purnatugas sebagai wartawan Pikiran Rakyat dan Galamedia tersebut meninggal sebelum diperiksakan ke RS Al Islam Bandung. Semoga Allah Swt memberikan maghfirah-Nya, memberikan surga firdaus kepada ajengan Bapak H. Usep Romli, HM. Aamiin.

Sebagai Guru
Saya mengetahui sosok beliau dari berbagai jenis tulisan di koran Pikiran Rakyat. Berbagai macam genre tulisan hasil buah penanya nyaris rutin hadir setiap pekan di koran Pikiran Rakyat. Juga di majalah berbahasa Sunda seperti Mangle. Materinya mulai dari cerita pendek, cerita bersambung, opini yang berkaitan dengan ke-Islam-an, laporan liputan dan berita ringkas. Saya juga pernah ikut pelatihan menulis dan jurnalistik yang diadakan oleh Pikiran Rakyat dengan mentor adalah beliau dan Kang H. Enton Supriatna. Acara ceramahnya juga pernah saya hadiri seperti waktu agresi militer Israel atas Palestina khususnya Gaza. Dalam jejak kewartawanannya beliau pernah meliput di Timur Tengah dan Afghanistan.

Setelah purnatugas di Pikiran Rakyat beliau tetap rutin menulis. Sepekan atau dua pekan ada saja muncul buah penanya di koran terbesar di Jawa Barat tersebut. Selain koran, media sosial Facebook menjadi sarana membaca tulisan, pendapat harian tentang masalah pendidikan, sosial, politik, ekonomi, dan budaya Sunda. Beliau adalah guru dalam kegigihan menulis di media massa agar masyarakat menjadi tercerahkan, lewat karya fiksi dan nonfiksi. Tidak banyak penulis yang melakoni dua jenis karya tulis tersebut, yaitu fiksi dan nonfiksi. Banyak yang fokus pada salah-satu saja...
ReadMore »

5 Juli 2020

Buku yang Berkisah tentang Gontor

Buku yang Berkisah tentang Gontor

Wali santri yang baru kali pertama menyekolahkan anaknya ke PMDG, baik putra maupun putri, perlu membaca beberapa buku yang berkaitan dengan pesantren. Yang lebih khusus lagi adalah pesantren modern yang bernama PMDG. Apalagi selama wabah Covid-19 akibat dari virus Corona ini para walisantri disarankan tinggal di rumah saja. Putra-putrinya tetap mondok di PMDG yang terus aktif dari jam ke jam sehingga belum sempat menelepon ayah-ibunya. Padat karya, seperti hari ini ada pagelaran Porseni. Lantas bagaimana cara mendapatkan informasi yang berkaitan dengan PMDG?
Ada beberapa buku, fiksi dan nofiksi, yang memberikan informasi tentang PMDG. Yang nonfiksi seperti buku Manajemen Pesantren, Trimurti, dll. Yang buku fiksi seperti trilogi buku Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, Rantau 1 Muara, termasuk buku Ayat-Ayat Cinta yang berkisah tentang Mesir, sebuah negara yang menjadi salah-satu tujuan alumni PMDG. Buku-buku tersebut memberikan khazanah ilmu dan pengetahuan tentang pesantren. Adapun buku yang tidak khusus membahas PMDG tetapi membahas tentang pesantren di bawah NU (Nahdhatul  ‘Ulama) adalah Tradisi Pesantren oleh Zamakhsyari Dhofier. Tetapi informasi tentang pesantren (tradisional, salaf) menjadi pembanding yang baik untuk pesantren modern (khalaf) seperti PMDG.

Tentu saja buku tidak bisa menggantikan kunjungan ke pondok, melihat langsung putra-putri, bertatap muka, berpelukan, dan makan bersama. Tidak hanya antara orang tua dan santri, tetapi bersama-sama makan nasi dengan teman-teman dari anak bapak-ibu. Mengajak makan siang atau malam, ditraktir oleh orang tua yang sedang di pondok adalah kegiatan sedekah yang menguatkan silaturahim di antara santri. Informasi tentang anak yang sakit bisa juga diperoleh dari temannya yang sehat yang berbaik hati menelpon orang tuanya, sebagai informasi saja, dan tidak perlu cemas berlebihan.

Perihal buku-buku tersebut, isinya memberikan masukan kepada wali santri tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan di PMDG. Semuanya untuk menguatkan santri, menguatkan pondok, dan menguatkan keikhlasan orang tua dengan akronim TITIP: Tega, Ikhlas, Tawakal, Ikhtiar, Percaya. 

ReadMore »

Belajar di Perpustakaan Maya Setelah Pandemi Covid-19

Belajar di Perpustakaan Maya Setelah Pandemi Covid-19
Oleh Gede H. Cahyana

Virus baru yang disebut novel Coronavirus penyebab wabah Covid-19 berawal dari Wuhan di China pada Desember 2019. Di Indonesia wabah ini mulai pada 2 Maret 2020 setelah dua orang sakit akibat virus tersebut. Pemerintah lantas menganjurkan agar pegawai bekerja di rumah, beribadah di rumah, belajar di rumah. Pegawai negeri dan swasta terutama yang bekerja di sektor pendidikan mulai melaksanakan proses belajar-mengajar (PBM) di rumah masing-masing. Guru, dosen, murid, dan mahasiswa menjadi makin akrab dengan internet. Akrab dengan e-mail, aplikasi Zoom, Google Meeting, dan memanfaatkan website dan blog.

Selama PBM tersebut muncul kendala, yaitu kecepatan akses internet. Ada daerah yang kesulitan mendapatkan sinyal. Kendala kedua adalah pulsa dan kuota. Banyak murid dan orang tua mengeluh lantaran kehabisan pulsa dan kuota. Ada karena di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), dirumahkan sementara, atau tidak bisa lagi berjualan karena toko dan warungnya tutup atau sepi pembeli. Ada lagi bermacam-macam sebab yang disampaikan oleh orang tua dan murid yang kesulitan ikut dalam kegiatan belajar-mengajar maya (online).

Adapun murid dan orang tua yang tinggal di kota besar umumnya tidak mengalami kendala dalam PBM maya. Akses internetnya lebih mudah dan cepat. Tetapi tetap ada masalah biaya internet karena di kota juga banyak keluarga kurang mampu tetapi anak-anaknya harus ikut PBM maya. Juga kesulitan mencari sumber-sumber ilmu dari situs yang berkompeten. Banyak juga situs yang populer di internet tetapi memerlukan uang tambahan karena harus membayar kalau diunduh (download), terutama situs berbahasa Inggris, Jepang, Korea, Arab, China, Jerman karena dibutuhkan oleh mahasiswa di prodi tersebut.

Dari tahun ke tahun jangkauan internet semakin luas sehingga menjadi peluang bagi perpustakaan untuk lebih banyak lagi memberikan layanan hingga ke pelosok. Tidak hanya perpustakaan di ibukota negara, yaitu Perpustakaan Nasional tetapi juga perpustakaan daerah. Ada sumber-sumber daya yang tidak tersedia di Perpustakaan Nasional tetapi tersedia di perpustakaan daerah. Begitu juga banyak sumber daya yang tidak ada di koleksi perpustakaan daerah tetapi ada di Perpustakaan Nasional. Interaksi maya semua perpustakaan di Indonesia akan memperluas sumber-sumber ilmu bagi masyarakat. Dunia pendidikan dasar, menengah, dan tinggi makin dimudahkan dalam mendapatkan akses ilmu dan teknologi, termasuk dari beragam bahasa di berbagai negara di dunia.

Perpustakaan maya
Sejak telepon seluler Android berkembang pesat semakin cepat pula perkembangan situs berita dan ilmu pengetahuan. Berkembang aplikasi baru, mulai dari permainan (game), bisnis maya, sampai ke situs berkonten negatif. Seolah-olah terjadi persaingan antara situs yang mendidik dan yang merusak. Yang berpeluang menjadi benteng untuk menangkal situs buruk tersebut adalah perpustakaan. Setiap orang yang mendengar kata perpustakaan maka yang terbayang adalah deretan buku teratur rapi yang ditata di lemari dan rak berderet-deret. Masyarakat meyakini bahwa di perpustakaan tersedia banyak ilmu dan informasi teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan.

Masalahnya adalah keinginan membaca buku yang masih perlu ditingkatkan. Masyarakat sudah mulai senang membaca, minimal membaca tulisan di media sosial. Masyarakat juga sudah mulai menulis, yaitu menulis di media sosial. Percakapan dari mulut ke mulut sudah beralih menjadi percakapan dari tulisan ke tulisan. Keadaan ini bisa dijadikan peluang oleh perpustakaan untuk lebih mengenalkan lagi berbagai macam sumber daya ilmu dan teknologi yang ada di perpustakaan. Perpustakaan harus “menyerang” (dalam tanda kutip) ponsel, laptop dan semua gawai (gadget) yang ada pada setiap orang.

Inovasi yang perlu dilengkapi oleh perpustakaan pascapendemi Covid-19 adalah fasilitas untuk bercerita (story telling) atau layanan kisah (dongeng). Kegiatan bercerita, berkisah atau mendongeng sudah ada sejak dulu. Seorang ibu atau ayah sebelum dasawarsa 1980-an sering mendongeng kepada anak-anaknya. Bahasa yang digunakan biasanya bahasa daerah karena kisah yang dituturkan adalah kisah di daerah tempat tinggalnya. Juga pada waktu itu masih banyak orang tua yang buta huruf dan tunabahasa Indonesia. Tentu ada yang berbahasa Indonesia, umumnya orang tuanya sudah terdidik, lulusan SMA atau perguruan tinggi.

Kegiatan mendongeng ini membekas di dalam alam bawah sadar anak-anak sehingga menjadi memori yang diingat sampai beranak cucu. Sumber dongeng yang terbatas dan diulang-ulang pada dekade sebelum 1980-an itu karena orangtua sulit memperoleh buku. Pendidikan juga tidak tinggi karena di desa atau di kota kecamatan belum ada sekolah. Orang tua yang tunaaksara latin tersebut memiliki beberapa dongeng yang diperolehnya secara turun-temurun dari kakek, nenek, ayah, ibunya. Didukung juga oleh tradisi masyarakat Indonesia yang lebih banyak bertutur daripada membaca dan menulis. Fakta tersebut dapat dimaklumi karena pada masa sebelum 1980-an, apalagi sebelum 1970-an, lebih banyak rakyat Indonesia yang tidak bersekolah. .

Pada zaman sekarang kondisi daerah sudah berbeda. Kebiasaan mendongeng dulu itu bisa diadopsi dan diadaptasi untuk keperluan zaman sekarang ketika internet sudah luas jangkauannya dan perangkat elektronik seperti laptop dan telepon seluler semakin banyak digunakan. Apalagi setelah wabah Covid-19 ini tentu makin menguatkan peran perpustakaan sebagai sumber belajar. Pendidikan menjadi terbantu dan pencerdasan kehidupan bangsa, seperti amanat Pembukaan UUD 1945, lebih bisa dicapai. Buta huruf makin berkurang sampai ke desa karena interaksi sosial di dalam keluarga yang setiap hari bisa mengakses ilmu dan teknologi dari perpustakaan. Maka peluang kerjasama antara Perpustakaan Nasional dan provider internet makin terbuka dan saling menguntungkan. Terutama menguntungkan bangsa Indonesia karena dapat memperbanyak jumlah orang yang berilmu sehingga peluang temuan teknologi baru bisa bertambah signifikan per tahun.

Masyarakat berilmu dikuatkan pembentukannya oleh Perpustakaan Nasional melalui PBM sesuai dengan segmennya. Misalnya segmen untuk balita, TK, SD, SMP, SMA, SMK, santri, dan mahasiswa. Segmen yang banyak diakses adalah segmen anak balita, TK, dan SD. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),1 jumlah anak di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 90 juta orang atau 33% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini bisa dimanfaatkan oleh play group, TK dan SD di seluruh Indonesia. Guru menjadi fasilitator atau pembimbing selama PBM. Guru bisa menirukan aksi atau peran yang ada di video yang diakses di situs Perpustakaan Nasional. Murid juga bisa membaca dan menyimak dari telepon seluler orang tuanya dan bisa dilaksanakan di rumah masing-masing. Kegiatan PBM bisa dimanfaatkan oleh orang tua yang melaksanakan home schooling. Orang tua yang memiliki waktu bisa melaksanakan pendidikan anak-anaknya dengan memanfaatkan perpustakaan maya. Untuk orang tua yang bekerja di kantor maka pendidikan anak-anaknya diperoleh di sekolah formal yang juga mengakses perpustakaan maya.

Untuk memperkaya khazanah ilmu dan teknologi, maka perpustakaan menyiapkan materi berupa tulisan dan video yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah. Materi tulisan atau buku dan video disiapkan dengan melibatkan guru dan pakar pendidikan. Pembaruan materi dilakukan secara berkala dengan melihat perkembangan ilmu dan teknologi. Pustakawan menyiapkan dan menelusuri sumber-sumber ilmu dan teknologi terbaru kemudian memberikan kepada tenaga ahli yang mengelola situs untuk diunggah (uploaded) sehingga tersedia kebaruan dari waktu ke waktu secara rutin. Pustakawan juga berinteraksi dengan guru, ustadz, kyai, dosen, peneliti, dan aparatur pemerintah untuk menyiapkan materi ilmu dan teknologi yang diunggah di situs perpustakaan. Sumber-sumber ilmu ini terus ditambah dan diluaskan untuk memperkaya khazanah sumber daya perpustakaan.

Dengan demikian bisa dikatakan, wabah Covid-19 ini seperti blessing in disguise bagi perpustakaan. Ada hikmah bagi pengembangan perpustakaan untuk pendidikan, khususnya pembelajaran di semua tingkat sekolah dan perguruan tinggi. Maraknya belajar maya selama wabah Covid-19 menjadi inspirasi bagi dunia perpustakaan. Perpustakaan mampu meraih kembali kata-kata mutiara sebelum dekade 1990-an, yaitu perpustakaan adalah sumber ilmu. Buku adalah jendela dunia. Keliling dunia di dalam perpustakaan. Semua ilmu itu berada di dalam video, audio, dan file-file atau naskah ilmu dan teknologi. Sumber daya klasik yang dimiliki perpustakaan bisa dialihkan bentuknya menjadi digital. Sumber tradisional seperti buku, jurnal, manuskrip menjadi bagian dari kegiatan pustakawan untuk menyiapkannya ke dalam bentuk yang bisa dibaca, dilihat, diunduh di internet.

Tahap digitalisasi
Untuk mewujudkan ide tersebut maka tahap digitalisasi (digitalization)2 menjadi penting. Prioritas pertama diberikan kepada anak usia dini dengan produk digital berupa buku bergambar dan video tentang pendidikan akhlak, etika, budi pekerti. Perpustakaan menyediakan layanan yang mudah diakses oleh anak, guru, dan orang tua. Materi pembelajaran juga dilengkapi dengan tugas yang bisa diunggah secara interaktif. Sekolah formal, informal, dan nonformal bisa memanfaatkan materi tersebut. Juga dilengkapi dengan fasilitas mendongeng, bercerita, berkisah. Perpustakaan mampu membentuk karakter anak dengan memanfaatkan cerita-cerita klasik yang timbul di masyarakat. Cerita asli daerah dan suku-suku yang ada di Indonesia, disiapkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerahnya. Pembentukan generasi masa depan bangsa Indonesia dimulai dari perpustakaan yang memiliki khazanah budaya asli semua suku bangsa, semua agama yang diakui oleh negara Republik Indonesia.


Untuk membiayai situs tersebut perpustakaan memperoleh pendapatan dari iklan yang ditayangkan, yaitu iklan yang berkaitan dengan pendidikan, pembelajaran yang diperkuat oleh peraturan pemerintah dalam izinnya. Pendapatan itu pun digunakan lagi untuk memperoleh sumber-sumber ilmu dari seluruh dunia agar materi yang dimiliki perpustakaan bisa bertambah sehingga tidak membosankan bagi anak-anak, murid, dan mahasiswa. Perpustakan akhirnya bisa menjadi agen perubahan ke arah yang lebih baik untuk generasi masa depan bangsa Indonesia. Pendidikan dilaksanakan dengan memanfaatkan perpustakaan maya yang ada di genggaman tangan murid dan mahasiswa.*
ReadMore »