Prabowo Membuat Sawah?
Meskipun
tidak beruang (ini bukan sejenis hewan, tetapi maksudnya adalah punya uang),
orang Indonesia, terutama ayah dan ibu pasti masih tenang apabila masih punya
beras. Tidak usah berton-ton tetapi cukup untuk makan sekeluarga selama sebulan
ke depan. Bahkan masih ada beras untuk dimakan hanya sepekan ke depan pun masih
bisa tenang plus garam atau ikan asin (teri). Sebab, beras adalah bahan makanan
pokok mayoritas orang Indonesia yang diolah menjadi nasi. Bisa menjadi nasi
putih. Nasi kuning, Nasi merah. Nasi campur. Nasi kebuli. Nasi soto. Nasi
bakar. Nasi rames dan banyak varian lainnya. Intinya adalah nasi. Beras. Padi.
Sawah. Air. Energi.
Sejak
2004 Pak Prabowo aktif memberdayakan petani dan nelayan. Pernah menjadi ketua
umum HKTI: Himpunan Kerukunan Tani (dan Nelayan) Indonesia. Visi misinya tidak
pernah lepas dari FEW: Food, Energy, Water. Tiga sumber daya alam ini harus
tersedia dalam jumlah yang cukup dengan indikasi harganya terjangkau oleh
mayoritas orang Indonesia. FEW ini
memiliki risiko tinggi terhadap politik. Bisa menentukan jatuh-majunya pemerintah.
FEW juga berkaitan dengan masyarakat, dengan warga negara. Tanpa FEW maka
pemerintah tidak akan memiliki view
pada masa depan pemerintahannya alias bisa saja kolaps di tengah jalan sebelum
habis masanya. Bisa didemisioner oleh rakyatnya sendiri.
Kata
Dr. Rizal Ramli, kondisi ekonomi Indonesia memang sudah lemah. Makin lemah lagi
akibat Corona yang menimbulkan wabah Covid-19 dan bisa berdampak ekonomi dan
politik dalam setahun dua tahun ke depan. Dampaknya di seluruh dunia. Terutama
kalau vaksinnya belum ditemukan. Atau karena vaksinnya tidak mampu melawan
keganasan Corona. Atau karena harga vaksinnya mahal bagi mayoritas orang. Akibatnya,
orang-orang di seluruh dunia, terutama yang khawatir pada serangan Corona, akan
mengurangi kontak langsung dengan orang lain. Urusan bisnis dan pekerjaan,
perdagangan dan pendidikan, travelling dan wisata lokal dan mondial, tidak akan
berkembang. Mati perlahan. Maskapai penerbangan pun kolaps, suatu saat kelak. Indikasi
ini sudah mulai tampak di PT Garuda (GIA).
Oleh
sebab itu, untuk mengurangi dampak buruk terhadap ekonomi dan politik tersebut
maka FEW harus tersedia cukup . FEW tidak boleh few (sedikit) apalagi
kekurangan. FEW harus cukup untuk seluruh rakyat Indonesia. Stoknya kalau bisa
sampai tiga bulan ke depan, sampai panen lagi. Ini untuk padi. Begitu pun
singkong, harus digiatkan tanamnya. Ubi pun disebarkan. Talas ditanam di banyak
lokasi. Semua sumber karbohidrat itu ditanam sedekat mungkin dengan masyarakat
agar transportasinya menjadi murah sehingga harganya terjangkau. Perlu dicoba
lagi diversifikasi pangan. Meskipun ini sulit dicapai sejak zaman Orde Baru
karena orang Indonesia tidak mudah pindah dari nasi ke singkong, ke jagung, ke talas,
dan/atau ke ubi.
Kembali
ke pokok tulisan. Siapa yang mampu mengerjakan megaprojek tersebut? Dari sekian
banyak menteri dan menteri coordinator, ini secara objektif, yang punya
pengalaman di bidang pertanian dan sebagai pelaku pertanian adalah Prabowo. Ada
track record-nya, jejak langkahnya di dunia pertanian, perkebunan, perdagangan,
perhutanan tanaman industri, pabrik kertas, sawit, peternakan sapi, domba, kuda,
dll. Secara objektif juga, dari sisi leadership,
adakah menteri Pak Jokowi yang mampu mendirikan partai seperti Gerindra? Begitu
juga dari sudut pandang strategi perang yang diterapkan di dalam strategi
pertanian dan cs-nya, adakah jenderal yang menguasai strategi perang yang
sesungguhnya di lapangan, misalnya di Timor Timur? Atau yang mampu menjadi
manajer dan mengelola ekspedisi pendaki gunung dan pembebasan sandera di Papua?
Atau adakah menteri di kabinet sekarang yang memimpin pasukan khusus yang pada
masanya pasukan itu disegani oleh pasukan khusus negara lain?
Objektifnya
demikian dan semua itu bisa ditelusuri di google dot com. Bisa juga dikatakan
bahwa kapasitas Prabowo tidak hanya menjadi Menteri Pertahanan dan menteri yang
memperkuat ketahanan pangan Indonesia, tetapi juga mampu sebagai presiden RI. Hanya
saja, jumlah suaranya yang kalah dari Presiden Jokowi. Tetapi secara
kapabilitas, leadership, dan pengalaman memimpin tidak bisa dibandingkan dengan
Presiden Jokowi. Bisa dicek dari sisi karirnya sejak masa remaja, atau sejak
lulus SMA, atau sejak mulai menjadi tentara. Semua datanya lengkap ada di
internet. Apalagi kata ahli politik, keterpilihan dan kemampuan leadership itu adalah
dua hal yang berbeda.
Dari
data riwayat hidupnya, Prabowo bisa menjadi leader dan menjadi manajer leading
sector dalam pembukaan lahan, penanaman, pemanenan, dan distribusi pangan pada
saatnya nanti. Presiden Jokowi sudah menyatakan bahwa tentara bisa saja diajak
dalam penyiapan food estate di
Kalimantan Tengah. Pada masa Orde Baru tentara sudah dilibatkan di banyak
kegiatan yang positif seperti AMD: ABRI Masuk Desa. Tentara zeni bisa dan
terbiasa membangun jembatan, jalan, membuka hutan untuk daerah transmigrasi dan
lain-lain. Mengelola tentara oleh mantan tentara dan sekaligus sebagai Menteri
Pertahanan yang memimpin TNI AD, AU, AL maka keberhasilan pembukaan food estate
akan semakin besar. Kalaupun gagal, tidak akan gagal seperti Lahan Gambut Sejuta
Hektar pada masa Orde Baru. Kalau sukses, tentu untuk bangsa Indonesia semua, bisa
makan nasi satu dua tahun ke depan andaikata sinyalemen FAO betul bahwa akan terjadi
paceklik di dunia. Krisis pangan yang menyebabkan bencana kelaparan di seluruh
dunia.
Semoga
bangsa Indonesia, semua WNI bisa makan nasi seperti hari-hari sebelum wabah
Covid-19. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar