Oleh Gede H. Cahyana
"for pioneering contributions to astrophysics, in particular for the detection of cosmic neutrinos"
Tidak ada orang bodoh. Yang ada adalah orang yang malas atau orang yang belum siap belajar. Seorang murid SMA “dihina” oleh gurunya
lantaran tidak bisa pelajaran fisika. Berulang kali diperlakukan begitu, membuat hatinya
terluka. Sungguh tak pantas guru menghina muridnya, apalagi menjatuhkannya. Memang
ada murid yang tegar menerima hinaan, ada juga yang rapuh dan mudah menyerah,
seperti umumnya karakter manusia. Begitu juga siswa SMA ini, Untunglah dia
berpikir positif, menganggap cercaan gurunya itu sebagai cambuk untuk maju.
Tidak tanggung-tanggung, demi membuktikan bahwa dirinya mampu di bidang fisika,
ia lantas masuk ke jurusan fisika. Ia nekat kuliah di jurusan itu meskipun
nilai fisikanya rendah. Setelah bersusah payah belajar, akhirnya gelar sarjana
pun diraihnya. Lagi-lagi dengan nilai rendah, bahkan terendah di antara
teman-temannya.
Setelah lulus itu ia langsung
mendaftarkan dirinya ke Universitas Rochester di Amerika Serikat. Ia berhasil
masuk ke universitas itu dengan surat rekomendasi dari dosennya dengan secarik
tulisan yang berbunyi: His result are not
good, but he’s not that stupid. Nilainya memang tak bagus, tetapi ia tak
sebodoh itu. Dengan belajar keras, akhirnya gelar doktor diperolehnya. Tiga
tahun setelah kelulusannya di Amerika, ia kembali ke tempatnya kuliah dulu,
kampus yang meluluskannya dengan gelar sarjana. Begitu giatnya dia meneliti,
terutama setelah tersedia Kamiokande, laboratorium untuk riset neutrino,
akhirnya ia berhasil membuktikan adanya partikel elementer yang disebut
neutrino. Temuannya yang menjadi tonggak sejarah dalam pengembangan bidang
astronomi neutrino ini mengantarkan dirinya ke hadiah Nobel pada tahun 2002.
Demikian tulis Prof. Yohanes Surya, Ph.D di dalam Mestakung.
Kesungguhan, man jadda wajada, akan menuju keberhasilan. Koshiba, murid yang
lemah dalam fisika saat di SMA, rendah pula nilainya waktu kuliah di program
sarjana, lantas berhasil meraih gelar doktor. Ujungnya, ia menerima hadiah
Nobel. Begitulah Koshiba, murid “bodoh” di SMA, mahasiswa “kelas bawah” di
Universitas Tokyo, melanjutkan kuliah S3 di Universitas Rochester, lalu
mengajar di almamaternya di Jepang, lantas dianugerahi hadiah Nobel.
Jadi, buat semua murid dan
mahasiswa, kalian pasti bisa. Man jadda,
wajada. Siapa saja yang bersungguh-sungguh, pasti berhasil. Selamat menjalani
UAS. *
Terkadang motivasi dari guru juga bisa berupa sebuah hinaan, yang penting intinya seorang guru tidak pernah ingin melihat muridnya sengsara dikemudian hari.
BalasHapusmakanya jangan selalu menyalahkan seorang guru !!!!