Istilah
“Modern” dan Silsilah Trimurti Gontor
Waktu
itu Gontor berusia 10 tahun. Tepatnya tanggal 19 Desember 1936. Trimurti, yaitu
K.H. Ahmad Sahal (1901-1977), K.H. Zainuddin Fananie (1908-1967), K.H. Imam
Zarkasyi (1910-1985) pada acara tersebut memaparkan sejarah Pondok Gontor Lama
dan perjuangan Pondok Gontor Baru. Acara dilaksanakan di Balai Pertemuan Kaum
Muslimin yang lantas diubah menjadi Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM) sampai
sekarang.
Tamu
undangan yang hadir adalah wakil Gusti Kanjeng Bupati Ponorogo, Bendoro Patih
Ponorogo, 800-an undangan, 20 wakil organisasi massa saat itu, peneliti
orientalis Belanda dari Malang dan Kediri, wartawan daerah dan luar daerah, dan
ribuan orang warga di sekitar pondok. Di tengah dominasi kekuasaan kolonial Belanda
yang selalu curiga pada kegiatan pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh
orang Indonesia, kegiatan ikrar berdirinya KMI itu berhasil dan sukses.
Pada
tanggal tersebut Trimurti mengubah nama Pondok Gontor Lama menjadi Pondok
Modern Darussalam Gontor. Sejak itulah berlaku kurikulum KMI hingga sekarang.
Nama “Modern” pada zaman itu, tahun 1936, membuat nilai plus dalam pandangan masyarakat. Kata "Modern" ini mendahului zamannya. Nama Pondok Modern lantas dikenal hingga ke luar pulau Jawa, yaitu Kalimantan,
Sumatera, Sulawesi dan Maluku.
Garis
keturunan pendiri Gontor, yaitu Trimurti bisa diketahui sampai Kuncen Caruban
(Kyai Ageng Besari) dan Kanjeng Pangeran Hadiraja Adipati Anom dari Kasepuhan
Cirebon. Silsilah terlampir pada Gambar 1.
Adapun
perjalanan hidup Trimurti dalam masa awal pengembangan PMDG ada di Gambar 2.
Gambar 1. Silsilah Trimurti
Gambar 2. Perjalanan hidup Trimurti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar