Oleh Gede H. Cahyana
Terpujilah wahai engkau,
Ibu Bapak guru
Namamu akan
selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu
akan kuukir di dalam hatiku
Sbagai
prasasti, trimakasihku ntuk pengabdianmu
Engkau sebagai
pelita dalam kegelapan
Engkau laksana
embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot
pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa.
(Sartono)
Tanggal 25
November 2012 adalah peringatan Hari Guru Nasional dan HUT ke-67 PGRI. Guru,
seperti lirik lagu di atas, adalah pahlawan. Guru yang ikhlas mendidik (tak sekadar mengajar),
membagikan ilmu yang dimilikinya, menyiapkan muridnya agar jauh lebih berilmu
daripada dirinya bagai fondasi rumah bangsa. Tegak-rapuhnya bangsa berada di
pundak guru. Semua ilmu dan teknologi disebarkan oleh guru, guru yang
profesional.
Menjadi guru
profesional dan efektif tidaklah mudah. Sangat sulit dan berliku jalannya.
Tak hanya peningkatan jenjang pendidikan, tetapi juga kemauan, kemampuan,
semangat dan kesempatan untuk memperoleh tambahan ilmu dan keterampilan. Bisa
dikatakan, yang mengajar di kota besar berpeluang lebih banyak untuk menggali
ilmu daripada yang di daerah, apalagi di pelosok. Jaringan internet lebih
banyak dan mudah di kota ketimbang di desa. Kesempatan kuliah di jurusan yang
serasi (linier) dengan ilmunya selama ini juga lebih besar bagi guru yang
tinggal di kota besar.
Lepas dari
kekurangan tersebut, guru tetaplah berperan mencerdaskan anak-anak. Dalam makna
yang lebih luas guru pun meliputi guru di rumah, yaitu orang tua, guru dalam
pemerintahan, yaitu aparat negara, dan guru di sekolah, madrasah, pesantren. Ada
satu lagi, yaitu guru imajiner, yakni orang-orang yang ”digurukan” oleh
seseorang meskipun belum pernah bertemu, belum pernah ada proses
belajar-mengajar. Guru imajiner ini dapat melintasi dimensi ruang dan waktu dan
”tanya-jawabnya” lewat buku, manuskrip, prasasti, papirus, lontar, internet
dengan berbagai pirantinya seperti blog,
website, jejaring sosial, dll.
Rawe-rawe
rantas, malang-malang putung, ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso,
tut wuri handayani.*
Sekolah Abad
ke-21
Berikut adalah ringkasan dari “What’s
So Special About Tahatai Coast?, New Zealand.
1. Jadikan sekolah sebagai pusat
penelitian dan penemuan.
2. Pilihlah kepala sekolah yang
inspirasional
3. Kepala sekolah yang inspiratif
ini lantas memilih staf dan karyawannya yang bermutu tinggi dan berkomitmen
kuat pada filosofi sekolah.
4. Sediakan sarana komputer,
multimedia untuk mendukung pembelajaran.
5. Sediakan komputer atau laptop
untuk semua guru dan jaringan internet.
6. Jadikan
murid sebagai guru dan begitu sebaliknya.
7. Jalinlah
kerjasama bisnis.
8. Bergabunglah
dengan sekolah-sekolah lain dalam jaringan.
9. Bangunlah
jaringan informasi sekolah – rumah – multimedia.
Sumber: The Learning Revolution, Revolusi Belajar, Gordon Dryden &
Jeannette Vos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar