"Anggaplah aku sudah mati, kapan pulang..., jangan dipikirkan."
(I Gusti Ngurah Rai, Letnan Kolonel)
(I Gusti Ngurah Rai, Letnan Kolonel)
Hari Pahlawan, 10 November, nyaris seluruh rakyat Indonesia tahu, terutama
yang bersekolah minimal SD. Bagaimana dengan Hari Margarana? Heroisme pertempuran di ladang jagung ini tak kalah dengan kejadian di
Surabaya. Bung Tomo yang bergelora-gelora pekikannya itu, begitu pula yang terjadi di
Puputan Margarana meskipun sunyi-senyap di sekitarnya.
Kecamuk perang yang
klimaksnya tanggal 20 November 1946 itu betul-betul membumihanguskan ladang
jagung dan sekitarnya di Marga, sebuah kecamatan di Utara Kota Tabanan. Letnan Kolonel
I Gusti Ngurah Rai yang lahir di Kecamatan Petang, bagian Utara Kabupaten
Badung ini memimpin pasukan Ciung Wanara hingga gugur dalam puputan, yaitu
perang sampai tetes darah penghabisan. Semua anggota pasukannya gugur dalam
Puputan Margarana, habis dibombardir oleh Belanda (NICA) lewat pesawat Capung. Atas
kejuangannya itu, pemerintah mengabadikan nama I Gusti Ngurah Rai menjadi
nama-nama jalan dan nama bandar udara, yaitu Bandara Internasional Ngurah Rai
di Kab. Badung. Bahkan nama ini pun luas digunakan dalam bidang olah raga di
Bali seperti sepakbola, futsal, gate ball, golf, dll.
Selamat mengingat
Hari Margarana. Kalau belum ada, semoga tulisan ini menjadi awal dari
peringatan Hari Margarana secara lokal dan nasional setiap tahun dan tak kalah semarak ulasannya di media massa nasional. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar