• L3
  • Email :
  • Search :

22 November 2012

Bandung Selatan adalah Waterworld, Venesia

Bandung Selatan adalah Waterworld, Venesia
Oleh Gede H. Cahyana

Ingat Kevin Kostner? Selain fenomenal di film Dances With Wolves, dia juga menjadi jagoan di film Waterworld, Dunia Air. Begitulah setting film yang bertemakan mencari tanah buat tempat tinggal itu. Dengan memakai kapal layar, aktor film Bodyguard ini, ke sana-sini membarter barang-barangnya dengan air tawar. Malah kalau dapat dia ingin menukarnya dengan resin, zat penawar air laut, agar kadar garamnya bisa dikurangi sehingga laik-minum. Sang jagoan pun dikisahkan bermutasi (menjadi mutan) dan di balik kupingnya tumbuh insang sehingga mampu berenang di laut tanpa alat bantu napas.

Itu hanyalah kisah film. Namun, kisah itu serupa benar dengan kejadian di Bandung Selatan pada medio November 2012 ini. Kisah Waterworld nyaris sama dengan kondisi Bandung Raya, meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan Kota Cimahi. Genangan air hujan merata di seluruh Bandung. Apalagi di daerah Bandung Selatan, permukiman, kantor, pabrik, dan sekolah banyak yang terendam parah. Siswa sudah tak bisa nyaman belajar.

Ditambah lagi air limbah dari rumah dan kantor, air limbah dari septic tank ikut-ikutan meluap. Parahnya lagi, ada yang sengaja membuang air limbah saat banjir. Termasuk limbah/sampah dari pemotongann hewan seperti sapi, kambing, dan unggas. Sampah ini bisa menyumbat selokan di pemukiman dan mendangkalkan sungai. Naasnya lagi, sembari banjir kendaraan pun macet total. Di Dayeuhkolot dan Baleendah genangan sampai dua meter.

Air tidak lancar mengalir ke sungai, termasuk Cikapundung. Walaupun pengerukan Cikapundung pernah dilakukan tetapi banjir terjadi. Kendaraan macet di mana-mana. Orang Bandung seorlah-olah bermusuhan dengan air. Selalu saja banjir hanya dengan curah hujan yang kecil. Pada saat yang sama, air sebetulnya menjadi sumber hidup manusia. Air sebetulnya sakral. Ini bisa dibaca pada nama-nama air seperti tirtha nirmala, tirtha kamandalu, amrta njiwani (Sansekerta), maaul hayat (Arab), nectar-ambrosia (Yunani), the elixir of life, the liquid of life (Inggris).

Di India, dalam mitologi Hindu, Sungai Gangga diciptakan di surga. Fenomena kesakralannya bisa disaksikan dalam ritual Kumbh Mela di sungai tersebut. Prosesi ritus di sungai yang punya 108 nama-nama indah itu didatangi oleh 30-an juta orang. Spektakuler! Dalam ritus itu, Gangga dijadikan jembatan menuju surga. Hal yang sama juga dinisbatkan kepada Sungai Yamuna, Narmada dan Brahmaputra. Apakah Sungai Cikapundung atau Ciasangkuy atau Citarum bisa “dihormati” seperti Gangga?

Ada lagi contoh lain. Di mancanegara, minimal pada masa silam, ada nilai-nilai spiritual atas air. Di Prancis, di dekat Sungai Seine, ada kuil suci untuk Dewa Sequana. Sungai Marne asal-usul namanya dari Matrona yang artinya Dewi Ibu. Cikal nama Sungai Thames di Inggris ialah Tamesa atau Tamesis yang terkait dengan makna ketuhanan. Sungai Nil di Mesir tak lepas dari Fir’aun dan Nabi Musa. Sungai Amazon di hutan belantara Brasil, Amerika Latin dihuni oleh suku pemulia dewa-dewi. Sungai Euphrates dan Tigris di Irak dihormati kaum Babylonia dan Mesopotamia.

Tampaklah, betapa besar peran air kalau kita bersahabat dengan alam, lingkungan, tanah, hutan, dan sampah. Kalau tidak, maka banjirlah yang terjadi dan krisis air saat kemarau normal, belum kemarau panjang. Andaikata betul dugaan ahli bahwa Bandung Selatan akan banjir “abadi” artinya setiap tahun banjir maka harus dibuatkan jalan keluarnya. Warga hendaklah direlokasi lalu Bandung Selatan dikonversi menjadi waduk penyimpan air (storasi) untuk Bandung Raya (Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kota Cimahi), Cianjur, Purwakarta, Karawang, Kab. Bekasi, Kota Bekasi, dan Jakarta. Biarlah Bandung Selatan menjadi Waterworld, menjadi Dunia Air atau menjadi Venesia di Indonesia.

Mari resapkan ke dalam pikiran dan hati pesan E. F. Schumacher, “Krisis lingkungan terjadi bukan karena pengembangan sains dan teknologi, tetapi hasil dari sikap mental dan life-style (gaya hidup) dunia modern.” Kita berharap akan muncul pejabat publik yang mampu memberikan solusi terbaik bagi warga Bandung Selatan dan Bandung Raya umumnya. Politisinya juga hendaklah yang enviropolitician, yang tak sekadar vokalis sehingga advokasi enviro-nya hanya proforma belaka. Juga dicari birokrat yang tinggi sense of enviro-nya sehingga tak sekadar menjadi dust in the wind.

Save the People of Bandung Selatan. *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar