Trickling Filter Bukanlah Filter
Oleh Gede H. Cahyana
Filter dikenal luas di kalangan insan PDAM. Yang biasa digunakan
di PDAM adalah filter pasir cepat (rapid
sand filter). Yang sedikit diterapkan adalah filter pasir lambat (slow sand filter). Selain itu, dikenal
juga filter kasar (roughing filter).
Filter ini pun relatif jarang dijumpai di PDAM karena kebanyakan PDAM
menerapkan prasedimentasi, unit operasi yang sama fungsinya dengan filter
kasar. Lantas ada satu lagi, yaitu trickling
filter. Meskipun berisi kata filter, sesungguhnya trickling filter bukanlah filter. Tidak ada proses filtrasi di unit
proses ini. Kalaupun ada, ia hanyalah efek samping saja, bukan mekanisme utama.
Dengan ukuran media (diameter) yang mencapai 2,5 – 13 cm, mustahil terjadi
mekanisme filtrasi. Yang utama adalah proses oksidasi zat organik menjadi
material lainnya dalam kondisi aerob.
Oleh sebab itu, unit proses trickling filter dikenal juga dengan nama biofilter, yakni filter yang memanfaatkan makhluk hidup (mikroba)
untuk menurunkan pencemar organik. Tampak jelas bedanya, biofilter dan
fisikofilter. Biofilter diterapkan di dalam pengolahan air limbah, fisikofilter
diterapkan di bidang pengolahan air minum. Makanya, menjadi “aneh” kalau
fisikofilter seperti filter pasir cepat diterapkan untuk mengolah air limbah.
Anehnya lagi, ada juga pemerintah daerah, cq dinas-dinas teknisnya yang
menerapkannya di beberapa daerah, bahkan untuk mengolah lindi (leachate), yaitu air rembesan dari
lapisan sampah di TPA. Kontan saja, hanya dalam hitungan hari, filter itu sudah
tersumbat (clogging) dan tidak bisa
dioperasikan lagi karena tidak dilengkapi dengan fasilitas backwashing. Jadilah unit filter ini sebagai monumen sejarah.
Jenis Trickling Filter
Singkat kata, terapan trickling
filter adalah di bidang air limbah, terutama air limbah domestik dan air
limbah industri makanan – minuman. Sesuai dengan namanya, aliran air limbah
yang masuk ke reaktor berupa tetesan-tetesan (trickling) yang disebar di
atas permukaan media filter. Umumnya air limbah disebar melalui lengan (arm) yang berputar di atas media. Lengan
ini berjumlah empat buah, tapi ada juga yang menggunakan dua lengan. Di dalam
lengan ini dipasang pipa inlet yang berlubang, dilengkapi dengan nozel sehingga
air limbah tersebar di atas permukaan media. Pada saat air disemprotkan atau
diteteskan inilah oksigen melarut ke dalam tetesan air.
Tetesan air jatuh di media filter seperti batu, plastik,
kayu, bambu, dll. Mikroba yang tumbuh di permukaan media lantas mengoksidasi
pencemar organik yang secara kontinyu dialirkan (diteteskan) dari lengan trickling filter. Sentuhan antara mikroba dan pencemar inilah yang mengolah
air limbah sehingga konsentrasi BOD atau COD-nya turun ke tingkat tertentu. Makna
“sentuhan” ini adalah metabolisme mikroba terhadap zat organik yang terlarut.
Zat organik yang berupa koloid dan tersuspensi ukurannya jauh lebih besar
daripada mikroba sehingga tidak bisa langsung dimetabolisme di dalam sel
mikroba tetapi didahului oleh reaksi enzimatis ekstraseluler. Analoginya adalah
singkong besar yang akan dimakan oleh seseorang maka ukuran singkong itu harus
diperkecil atau dipotong-potong dulu agar mudah masuk ke mulut dan mudah
dikunyah.
Media filter adalah bagian penting di dalam unit trickling filter. Kedalaman media berkisar
antara 0,8 s.d 2,5 m. Media harus langsung bersentuhan
dengan udara dan di bagian bawahnya sebaiknya diberi ventilasi agar udara bisa
masuk. Bentuk desain underdrain
mempengaruhi ventilasinya. Struktur kolom dan pelat trickling filter juga harus mampu menahan beban media batu,
terutama struktur penahan media yang “melayang” di atas pelat dasar trickling filter. Batu memiliki
parasitas (perviousness) kurang lebih
0,5 sehingga makin luas dan tinggi media filter akan menambah berat beban yang
menimpa struktur pelat dan baloknya. Oleh sebab itu, sejak tahun 1960-an plastik
menjadi alternatif karena parasitasnya bisa mencapai 0,95 dan ringan sehingga
tinggi media bisa ditambah agar makin banyak peluang “sentuhan” antara zat
organik dan mikroba. Selain faktor parasitas, media yang bagus digunakan adalah
yang porositasnya (porocity) tinggi
agar mikroba mudah melekat di permukaan media.
Berdasarkan kecepatan pembebanan organik (KPO), trickling
filter bermedia batu dapat dikelompokkan
menjadi low rate, intermediate rate, dan high rate. Adapun media plastik biasanya digunakan untuk trickling filter high rate. Terlampir adalah tabel pengelompokan trickling
filter dan klasifikasi kriteria desain yang bisa diterapkan. Dalam
praktiknya, sebelum masuk ke trickling
filter bermedia batu, sistem dilengkapi dengan unit pengendap untuk
mereduksi potensi penyumbatan (clogging).
Apabila bermedia plastik, unit pengendap boleh ditiadakan asalkan sudah
dilengkapi dengan barscreen untuk
memisahkan sampah dari aliran air limbah. Air limbah yang cenderung
berfluktuasi dapat mengganggu kinerja trickling
filter. Disarankan unit dilengkapi dengan bak ekualisasi untuk
menghomogenkan variasi BOD/COD dan meratakan debitnya yang masuk ke trickling filter. Kinerja trickling filter laju rendah tanpa
resirkulasi, menurut Edward J. Martin, 1991 adalah BOD: 75 – 90%, P: 10 – 30%,
N: 20 – 40%, TSS: 75 – 90%.
Tabel 1. Klasifikasi kriteria desain trickling filter
Kriteria Desain
|
Low, Standard Rate
|
Intermediate Rate
|
High Rate
|
Type of packing
|
rock
|
rock
|
rock
|
Hydraulic loading,
m3/m2.d
|
1 - 4
|
4 - 10
|
10 - 40
|
Recirculation ratio
|
0
|
0 - 1
|
1 - 2
|
Depth, m
|
1.8 - 2.4
|
1.8 - 2.4
|
1.8 - 2.4
|
Sumber: Metcalf & Eddy, 2003
Seperti ditulis di atas, unit trickling
filter laju rendah mampu menyisihkan nitrogen antara 20 s.d 40%. Ini
terjadi karena di bagian bawah media filternya tumbuh bakteri nitrifying autotrof yang mengoksidasi
nitrogen ammonia menjadi nitrit dan nitrat. Artinya, terjadi proses nitrifikasi
di unit trickling filter. Namun
secara faktual, pengubahan ammonia menjadi nitrat belum menurunkan konsentrasi
nitrogen di dalam air limbah. Unit harus dilengkapi lagi dengan denitrifikasi,
yaitu bioreaktor yang bertugas mengubah nitrat menjadi gas nitrogen yang lepas
ke atmosfer. Di bagian atas trickling
filter laju rendah, lapisan mikroba atau biofilm biasanya tumbuh “subur” di
media pada kedalaman 0,6 - 1,2 m.
Media ideal trickling filter adalah material yang luas permukaan per satuan
volumenya relatif besar, murah, daya tahannya tinggi, porositas dan parasitasnya tinggi sehingga penyumbatan dapat diminimalkan
dan lancar sirkulasi udaranya. Material yang cocok agar tinggi kinerjanya adalah batu
kali bulat atau batu pecah (split) dengan keseragaman
pecahan 95%, ukuran 75 sampai
100 mm. Untuk meningkatkan kinerjanya, trickling filter dimodifikasi dengan penambahan resirkulasi, dijadikan
multitahap, distributor influen secara elektrik, penambahan ventilasi, penutup
filter dan unit pra dan pascaolah.
Terakhir, operator trickling filter harus rajin memantau
agar biofilm atau slime tetap basah,
tidak boleh kering agar mikrobanya tetap hidup. Kematian mikroba dapat menyebabkan
slime-nya luruh atau lepas (sloughing off) sehingga harus dimulai
dari awal lagi untuk mengoperasikannya, mulai dari start up: seeding dan aklimatisasi. Ini memakan waktu dan biaya
lagi. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar