Oleh Gede H. Cahyana
Jangan
mengaku orang Bandung kalau belum berjalan-jalan di Braga. Braga zaman dulu, 131 tahun yang
lalu, yaitu tahun 1882 atau setahun sebelum Gunung Krakatau di Selat Sunda
meletus, ia sudah ada. Namun asal-usul namanya tidak jelas sampai sekarang. Ada
yang berkata, nama Braga berasal dari Perkumpulan Tonil Braga yang didirikan
oleh Pieter Sijthoff pada 18 Juni 1882.
Ada juga yang meyakini bahwa nama
itu sudah ada jauh-jauh tahun sebelum tahun tersebut. Waktu itu, Braga menghubungkan lokasi gudang kopi
(Koffie Parkhuis) milik Andries de
Wilde dengan Jalan Raya Pos (Groote Postweg),
sekarang Jln. Asia-Afrika. Pendapat lain, menurut Haryoto Kunto alm, karena
letaknya di tepi Sungai Cikapundung, maka jalan itu disebut “baraga” sedangkan berjalan menyusuri
sungai disebut “ngabaraga” dalam
bahasa Sunda. Ada juga yang menyatakan bahwa Braga berkaitan dengan ngabar raga
atau pamer tubuh alias peragawan-peragawati berlenggang-lenggok di Parijs van
Java, memamerkan baju mode Paris a la
Bandoeng.
Terlepas dari simpang siur asal-usul
namanya itu, yang penting, bagi kita yang mengaku warga Bandung, harus pernah
JJS (jalan-jalan sore), JJP (jalan-jalan pagi), JJM (jalan-jalan malam) di
sana. Jalan-jalan saja, tidak berbuat yang “aneh-aneh”, terutama pada malam
hari, setelah pukul 23.00 Wib. Kini kesempatan itu muncul lagi, dihidupkan oleh
pemerintah Kota Bandung sejak 2008 dengan menggelar Braga Festival. Tahun ini
digelar pada 28 s.d 30 September 2013, mulai pukul 09.00 s.d 24.00 Wib. Tidak seperti hari-hari biasa, pada saat festival ini berbagai jenis seni dihadirkan, suvenir kerajinan rakyat, seni pertunjukan, dan kuliner rakyat Sunda buhun. Seratus
tahun yang lalu, segala kebutuhan orang Bandung bisa dibeli di Braga, mulai
dari kebutuhan dapur sampai dengan busana bergaya Paris.
Hingga sekarang, para “toen” dan “nyonyah”
Belanda, juga keturunannya, sering datang ke Braga untuk menapak jejak masa
lalunya, menelusuri riwayat oma-opa mereka yang ditulis dalam buku hariannya. Kalau
mereka saja begitu antusias pada seutas jalan bernama Braga, bagaimana dengan
orang Bandung?
Berikut adalah foto yang menunjukkan perkembangan dan perubahan wajah daerah Braga.
Berikut adalah foto yang menunjukkan perkembangan dan perubahan wajah daerah Braga.
Hayu urang ngabaraga, beberes runtah di Cikapundung, ulah pundung ku babaturan. *
yuuu urang ka baraga berooo
BalasHapus