Hutan Gunung Lawu Hangus
Oleh Gede H. Cahyana
Hutan yang berada di puncak Gunung Lawu hangus terbakar
mulai Senin malam, sekitar pukul 19.00 WIB. Namun di bagian yang masuk wilayah
Ngawi, kebakaran itu terjadi sejak Minggu malam, pukul 20.00 yang dapat dilihat
dengan jelas dari Paron,
Walikukun, dan Kedungbanteng. Api yang menjalar bagai ular itu membakar semak dan pohon kayu keras di punggung gunung dan terus meluas ke arah bawah. Menurut Perhutani Karanganyar, Jawa Tengah daerah kebakaran tidak dihuni, tidak ada permukiman.
Walikukun, dan Kedungbanteng. Api yang menjalar bagai ular itu membakar semak dan pohon kayu keras di punggung gunung dan terus meluas ke arah bawah. Menurut Perhutani Karanganyar, Jawa Tengah daerah kebakaran tidak dihuni, tidak ada permukiman.
Garis api tampak membara menjelang pukul 22.30 WIB pada
Senin malam (24/9). Di beberapa titik tampak membara karena tiupan angin,
membakar belukar dan pohon pinus. Bubungan asap, partikulat berpendar kena
kilatan cahaya api. Garis api yang naik turun melingkari gunung itu
sesungguhnya adalah area hutan yang berhektar-hektar luasnya. Entah berapa ribu
spesies vegetasi yang hangus dan berapa ribu hewan yang mati dilumat si jago
merah bata ini. Kerugian finansial belum dapat dipastikan dan entah kapan
kebakaran hutan ini berakhir. Indikasinya, malah, pada Selasa, 25 September, luasan
hutan yang terbakar terus bertambah, baik horizontal maupun vertikal.
Pemerintah setempat belum mampu berbuat apapun selain
menunggu api padam secara alami, berharap hujan membasahi Bumi. Namun, secara teoretis, kebakaran hutan bisa
dipadamkan jika pasokan oksigennya diputus. Di bagian lain wilayah hutan,
bisa dibuat kebakaran dengan bentuk melingkar sehingga terjadi kelangkaan atau starvasi
oksigen. Lama-lama, apinya padam secara alami. Sekali lagi, ini teoretisnya.
Praktiknya tentu akan bersimbah peluh, banyak halangan, dan sarat uang yang
mesti dikucurkan. Lantas, adakah solusi yang selekasnya dicoba? *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar