Garis Menang, Menang Tanpo
Ngasorake
Apa indikator bahwa bangsa Indonesia menang? Adakah garis kemenangan? Bagi Prabowo, garis kemenangan tercapai ketika mimpi orang Indonesia, Indonesian dream menjadi nyata. Ada faktanya. Misal, anak petani banyak menjadi dosen dan profesor, anak nelayan bisa menjadi pengusaha ikan yang kaya, anak pedagang kaki lima bisa menjadi pemilik mall dan restoran, anak buruh bisa menjadi jenderal, dst.
Garis kemenangan bangsa Indonesia adalah ketika ekonomi
tumbuh pesat, pendidikan tingkat prasekolah, sekolah dasar dan menengah, dan
pendidikan tinggi bisa ditempuh oleh semua anak dan remaja Indonesia, sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikisnya, kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosinya (EQ). Juga
kecerdasan spiritualnya (SQ).
Namun kemenangan yang diperoleh itu harus tanpa ngasorake. Tanpa merendahkan. Sikap
batin ini pastilah sulit, tetapi harus coba dilaksanakan. Seperti musiman,
kasus HAM selalu saja menjadi senjata bagi orang yang berbeda haluan politik
dengan Pak Prabowo. Tahun 2014 diungkit-ungkit, lalu dibiarkan sepi senyap selama
4,5 tahun, dan diungkap lagi saat ini, selama masa kampanye 2019. Bahkan
anehnya, yang mengungkit-ungkit itu pun rekam jejak di bidang HAM juga
dipertanyakan, tidak jelas, bahkan cenderung terlibat.
Pertanyaan menyudutkan itu tidak dibalas dengan pertanyaan
lain yang serupa, tidak ikut menyerang, tidak memojokkan lawan. Tidak sindir
mereka, tidak sinis kepada mereka, bahkan sebaliknya, dipuji dan dihormati
pendapat mereka. Pak Prabowo menghormati lawan secara sportif. Bahkan, apabila
lawan politik yang menang dalam kontestasi, Pak Prabowo tetap menghormati dan
mendukungnya walaupun berat. Yang ini sudah dilaksanakan, bahkan tanpa
menyerang ke arah pribadi lawan ketika debat.
Menang bagi Pak
Prabowo adalah menang dengan elegan, menang dengan jiwa besar, tetapi lawan
tetap bisa menegakkan kepala tanpa dinistakan.
(Diadaptasi dari buku Indonesia Menang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar