• L3
  • Email :
  • Search :

30 November 2025

Bandar Air Jakarta

Bandar Air Jakarta

Gede H. Cahyana

Dosen Teknik Lingkungan Universitas Kebangsaan RI

Hak asasi manusia atas air khususnya air minum wajib dipenuhi oleh pemerintah. Kewajiban tersebut akan mudah ditunaikan apabila tersedia sumber air baku. Tetapi menjadi sulit dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang tidak memiliki sumber air baku yang memenuhi kriteria kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas.

Jakarta adalah provinsi yang masuk kategori krisis sumber air baku. Merujuk pada informasi dari media massa bahwa 13 sungai, 76 anak sungai dan 108 embung di Jakarta tidak ada yang airnya layak digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum.

Pada saat ini PAM Jaya memperoleh air baku dari waduk Jatiluhur yang airnya dialirkan melalui kanal Tarum Barat atau Kalimalang. PAM Jaya juga membeli air olahan dari BUMD AM Kabupaten Tangerang. Adapun sumber air baku internalnya adalah Sungai Ciliwung. Meskipun tercemar, air Sungai Ciliwung masih digunakan sebagai air baku. Jumlah total air olahan PAM Jaya pada Juni 2025 adalah 22.651 liter per detik (l/d). Proyeksi kebutuhan air minum penduduk Jakarta tahun 2030 adalah 32.950 l/d.

Untuk mencapai 100% pelayanan pada tahun 2030 tersebut PAM Jaya memerlukan tambahan air minum sebesar 10.299 l/d. Tambahan kebutuhan air tersebut akan membesar apabila dihitung juga kehilangan airnya. Asumsi kehilangan air adalah 40% sehingga air baku yang dibutuhkan menjadi 17.165 l/d. Angka ini hampir setara dengan air yang dialirkan dari waduk Jatiluhur sebesar 18.000 l/d. Adakah badan-badan air di Jabodetabek yang mampu memenuhi kebutuhan air tambahan tersebut? Pada saat ini, tidak ada. Tetapi pada masa yang akan datang bisa ada apabila dapat diwujudkan satu dari tiga opsi sumber air baku berikut ini.

Opsi Sumber Air

Kondisi air sungai di Jakarta dan umumnya kota-kota di Indonesia adalah too much, too little, too dirt, too turbid (air berlimpah, sulit air, air bersampah - berlimbah atau air berlumpur). Pada musim hujan kebanjiran dan pada musim kemarau kekeringan.

Dengan analisis sederhana bisa dibuat tiga opsi sumber air untuk Jakarta pada masa depan. Opsi yang paling layak bisa ditetapkan dengan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, treaths) berkaitan dengan aspek sosial, budaya, tenaga kerja, teknologi pengolahan, biaya konstruksi, biaya operasi - pemeliharaan, pembayaran utang dan bunganya, dll.

Opsi pertama adalah sumber air baku berasal dari luar Jakarta seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, Purwakarta dengan cara membuat waduk untuk kepentingan warga setempat dan penduduk Jakarta. Diperlukan kesepakatan dan kesepahaman kerja sama yang saling menguntungkan warga dua pemerintah daerah. Ketersediaan lahan di luar Jakarta masih memungkinkan dan air waduk bisa mengalir secara gravitasi menggunakan kanal atau pipa ke IPAM di Jakarta.

Opsi kedua adalah pembuatan waduk atau embung di beberapa lokasi di Jakarta. Sumber air yang mengisi waduk harus ajeg sepanjang tahun. Sumber utama airnya adalah air hujan sehingga perlu dikampanyekan lagi panen air hujan di rumah, kantor, sekolah, masjid, gereja, pura, taman kelurahan dan daerah komersial. Perlu juga ditambah dengan drainase vertikal misalnya implementasi Ce Teau di lokasi yang memungkinkan.

Tindakan selanjutnya adalah mengurangi debit air limbah kakus yang dibuang langsung ke selokan atau sungai dengan menambah jaringan pipa air limbah (sewerage) dan IPAL. Lima kota administrasi di Jakarta sebaiknya memiliki sewerage dan IPAL. Apabila kualitas efluen air limbah domestik dan industri memenuhi baku mutu maka kualitas air sungai dan waduk bisa dijadikan air baku untuk air minum.

Waduk di beberapa lokasi tersebut akan diikuti oleh desentralisasi SPAM. Biaya konstruksinya lebih mahal tetapi biaya operasi dan pemeliharaan instalasi dan pipanya akan lebih murah. Kesetimbangan tekanan air di daerah pelayanan juga mudah dicapai sehingga semua pelanggan merasakan keadilan pasokan air. Lokasi sebaran SPAM ini berpatokan pada lokasi sumber air baku dan jaringan pipa eksisting agar pipa baru terkoneksi dengan pipa lama. Apabila diperlukan, pipa lama bisa dipotong (ditutup aliran airnya) untuk mengatur debit dan tekanan air. Simulasi ini bisa dilakukan dengan Epanet.

Opsi ketiga adalah opsi pamungkas yang paling mahal biayanya tetapi menuntaskan masalah ketersediaan sumber air, yaitu pembuatan Bandar Air di Teluk Jakarta. Bandar Jakarta adalah lagu yang berkisah tentang pelabuhan di Teluk Jakarta. Selain bermakna pelabuhan, bandar juga bermakna saluran, selokan, atau badan air. Dalam konteks badan air (water body) inilah kata bandar digunakan untuk badan air artifisial di Teluk Jakarta. Opsi ketiga ini sudah ada contohnya, yaitu SPAM Duriangkang di Batam. Tetapi ada bedanya, yaitu potensi pasokan air tawar di Jakarta jauh lebih besar daripada waduk Duriangkang karena meliputi Jabodetabek.

Air laut yang mengisi Bandar Air Jakarta akan menjadi payau karena bercampur dengan air tawar yang mengalir terus menerus. Mekanisme aliran airnya bisa diatur dengan pemasangan pintu-pintu air di lokasi tertentu pada tanggul laut (sea wall). Air laut yang masuk akan bercampur dengan air tawar dan ada saatnya kelebihan air perlu dipompa ke laut. Cara ini bisa berdampak pada kenaikan muka air sungai di Jakarta sehingga perlu pengaturan permukiman di bantaran sungai atau warga direlokasi ke daerah lain. Kapasitas storasi Bandar Air ini sangat besar bergantung pada setting ketinggian pintu airnya. Air limpahan (overflow) bisa mengalir secara gravitasi ke laut atau dipompa menggunakan kincir angin seperti lahan polder di Belanda atau pompa listrik.

Pengolahan dan Distribusi

Opsi Bandar Air akan menimbulkan tantangan berikutnya, yaitu pengolahan air baku yang kualitasnya seperti air limbah dan air payau. Tetapi contohnya sudah ada, yaitu Newater di Singapura. Perlu modifikasi unit proses operasi untuk menghilangkan pencemar dan kadar garamnya. Pengolahan konvensional dilengkapi dengan disinfeksi ganda menggunakan klor dioksida, bukan kaporit, untuk mereduksi zat kimia trihalomethane. Kemudian diolah dengan ozon dan dilengkapi dengan pengolahan by-product ozon, yaitu bromat (zat penyebab kanker). Tahap akhir pengolahannya adalah multistage flash evaporator atau membran sehingga airnya siap diminum.

Selanjutnya adalah mengalirkan air minum menggunakan pipa transmisi ke selatan, barat, dan timur Jakarta. Perlu dibangun beberapa jalur pipa transmisi menuju reservoir utama di zone distribusi. Pengaliran air ke pelanggan bisa secara gravitasi dengan membangun elevated tank di lokasi yang memungkinkan atau dengan pemompaan. Pola desentralisasi ini, sudah disebut di atas, memudahkan pengaturan kesetimbangan tekanan air di lokasi terjauh daerah pelayanan. Deteksi kebocoran dan perbaikan pipa bocor dapat dilakukan pada segmen terbatas sehingga pelanggan lain masih memperoleh air tanpa gangguan.

Disimpulkan bahwa Jakarta masih berpeluang memiliki sumber air baku dengan memilih satu dari tiga opsi tersebut. Opsi yang sumber airnya tak terbatas adalah Bandar Air Jakarta. *

ReadMore »