• L3
  • Email :
  • Search :

2 Agustus 2008

SAMPAH: Dada vs Taufik [PLTSa vs Kompos]




Detik-detik pencoblosan pada Pilwakot Bandung kian mendekati titik panasnya. Dari tiga pasang cawakot Bandung, yang terbanyak disorot dan direspons adalah pasangan dengan nomor urut 1, yaitu Dada Rosada dan Ayi V serta pasangan bernomor 2, Taufikurahman dan Abu Syauqi. Pasangan ketiga, yaitu pasangan mandiri (independen), tidak banyak dibincang-bincangkan oleh warga Bandung.

Yang hendak disorot di sini adalah soal program yang sangat keras gaungnya sejak dua tahun terakhir ini, katakanlah sejak longsornya TPA Leuwigajah, Bandung. Walikota Bandung periode sebelumnya yang sekarang mencalonkan diri lagi kukuh pada niatnya untuk membuat PLTSa, sebuah pembakar sampah yang diembel-embeli raihan energi listrik. Produksi listriknya kecil saja, malah pada faktanya nanti di lapangan, apalagi sampahnya mayoritas sampah basah, akan menjadi tidak efisien (boros).

Di lain pihak, yaitu pasangan Taufikurahman – Abu Syauqi (Trendi) lebih cenderung pada cara konvensional seperti 3R dan komposting. Trendi malah dengan serta merta menandatangani kontrak politik dengan warga Griya Cempaka Arum (calon lokasi PLTSa) untuk tidak akan pernah membuat PLTSa dan lebih fokus ke pemasyarakatan 3R dan pengomposan. Memang, sebagai dosen di Dept. Biologi (Ilmu Hayati) ITB, sejak lama Taufikurahman sudah menaruh perhatian pada masalah lingkungan.

Jadi, “perseteruan” antara pasangan nomor satu dan dua ini betul-betul menjadi pertarungan image dalam pengelolaan lingkungan, khususnya sampah. Bagaimana masalah lainnya seperti air minum, air limbah, udara, penegakan hukum lingkungan, perluasan AMDAL serta Kawasan Bandung Utara, dll, masih samar-samar. Belum tampak konsep segar dan tegas dalam masalah tersebut. Pertentangan keduanya yang frontal hanya dalam masalah sampah, belum ke masalah lainnya. Atau, boleh jadi keduanya memiliki konsep yang serupa untuk masalah lainnya. Entahlah.

Saya hanyalah mengamati fenomena yang terjadi dan tidak memihak siapapun secara politis kecuali pada kebenaran nisbi dalam ranah sainstek lingkungan. Siapa saja yang mengarah pada jalan kebenaran saat menangani lingkungan, itulah pilihan saya. Apabila nanti pilihan saya ini berjabatan walikota, kemudian menyimpang dari kebenaran dalam menangani lingkungan, maka serta merta saya menjadi oposannya. Saya menarik dukungan atas mereka dan sekaligus menjadi penentangnya. Apapun itu, lewat media massa cetak (koran, majalah) dan blog inilah akan saya publikasikan tentangan saya itu. Termasuk juga di sejumlah milis.

Sampai kapanpun saya akan tetap menyebarkan pola 3R yang kemudian saya tambahi menjadi 7R dan dapat dibaca di artikel lainnya di blog ini. Satu foto lainnya di lembar ini adalah pembekalan kepada para orang tua murid di TK Firdaus Percikan Iman, binaan ustadz Aam Amirudin di Ciwaruga, Bandung pada awal Maret dan awal Juli 2008 agar “jangan” lagi “mainbakar-bakaran terhadap sampah. Jauh lebih aman mengurug sampah daripada membakarnya didasarkan pada Hukum Kekekalan Massa dan Energi serta dilihat dari sudut polusi udara dan kesehatan masyarakat di seantero cekungan raya Bandung.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar