Oleh Gede H.
Cahyana
Awal tahun
1980-an, tak terbayang bagaimana rasanya lewat di jalan tol. Waktu itu hanya
ada tol dengan akronim Jagorawi: Jakarta Bogor Ciawi dan hanya dapat disaksikan
lewat TVRI, satu-satunya stasiun televisi di Indonesia. Begitu juga ketika jalan
tol Panci (Padalarang - Cileunyi) dibangun, tak terbayang juga bakal ada jalan
tol di Bali. Sebabnya hanya satu, Bali hanyalah pulau kecil dan fokus di sektor
wisata budaya dan alam, bukan sektor industri dan perdagangan. Kini pendapat
itu harus diralat. Bali sudah punya jalan tol relasi Benoa, Ngurah Rai, Nusa
Dua dengan akronim Beranu. Atau bisa juga diakronimkan menjadi Baruna, yaitu Dewa Baruna atau Brahman yang menguasai laut.
Tol Beranu terdiri
atas dua bagian, yaitu bagian jalan yang berada di darat dan bagian jembatan
yang membentang di atas laut dangkal di Tanjung Benoa. Namun demikian, panjang
pasti setiap ruas tol tersebut belum dipublikasikan resmi, hanya berdasarkan
berita saja. Ada yang menyebut 12,7 km, ada 12,9 km, ada 12,5 km dan kurang
lebih 10 km “melayang” di atas laut. Ciri uniknya, selain sebagai jembatan tol
terpanjang di Indonesia, jalan – jembatan tol ini boleh dilewati sepeda motor
di jalur khusus. Tarifnya, untuk tahap perdana ini adalah Rp10.000 untuk roda
empat dan Rp4.000 untuk roda dua. Tapi baru saja ada "bocoran" bahwa tarif ini gak bakal segitu atau bukan di angka itu. Bisa naik, bisa turun. Duh Pak Menteri, kalau mahal, yang lewat tol bakal mikir-mikir dulu, jadi... tetap macet dech seperti sekarang.
Harapan warga,
tentu saja, Jajem (Jalan Jembatan)
Tol Beranu (atau Baruna) ini tidak macet seperti
tol Jakarta - Bandung. Waktu tempuh yang dua jam saat padat antara Denpasar –
Nusa Dua bisa dipersingkat menjadi 15 - 20 menit saja. Selama perjalanan,
mangrove pun, bahkan Ronaldo ikut menjadi dutanya, menjajakan kehijauannya dan ombak – riak membentur bibir pantai.
Satu hal lagi, andaikata ada dua rest
area di tengah laut, tentu tol ini akan menjadi eksotis. Minimal satu rest area dari arah berbeda yang
lokasinya dipilih di tengah ruas tol dan di sepertiga panjang tol. Dua lokasi
berbeda ini akan memberikan pemandangan khas laut dan desir angin serta
seliweran pesawat di langit biru dan kapal, perahu nelayan di horison. Suara burung Camar ketika menunggu sunset, seruputan kopi dan teh hijau, jepretan kamera, dan desahan wisatawan penikmat alam, woww …,
adakah ia, rest area ini? Peluang bisnis superlaris. Pemodal besar sudahkah melirik peluang ini? Atau, jangan-jangan, Jajem Beranu menjadi unik karena tanpa rest area. Betulkah?
Ternyata,
sesuatu yang dianggap “gak mungkin” pada masa lalu, seperti kehadiran jalan tol
di Bali, kini menjadi nyata. Bali boleh berbenah lagi dengan Jajem Tol Baruna: Benoa,
Ngurah Rai, Nusa Dua? *
Asyeekkk....PKL nya pake dayung tuch
BalasHapusKalau gak ada rest area kayaknya wong cilik kebagian jatah ngasongan neh...
BalasHapus