• L3
  • Email :
  • Search :

12 November 2013

Manusia Jawa = Homo erectus-kah?

Manusia Jawa = Homo erectus-kah?
Oleh Gede H Cahyana

Lokasinya sekitar tiga kilometer dari jalan Solo – Surabaya, ke arah kiri kalau dari Solo, di wilayah Kabupaten Ngawi. Akses ke lokasi bisa juga dari stasiun Kedunggalar kalau naik kereta api ekonomi atau stasiun Madiun jika naik kereta api bisnis atau eksekutif. Trinil adalah nama situs ini. Trinil pun, kalau di-“uthak athik gathuk”, adalah tri = tiga desa tempat temuan manusia purba, yaitu Desa Kawu, Ngancar, dan Gemarang yang berada di tepi Bengawan Solo. Di sinilah Eugene Dubois menemukan fosil Manusia Jawa (Java Man) pada tahun 1891 dan tahun 1893. Manusia ini hidup, berburu dan menangkap ikan di “desa-desa” di tepi Bengawan Solo pada zaman Pleistosen Tengah, satu juta tahun yang lalu.

Beberapa koleksi museum Trinil ini adalah replika (tiruan) dari Pithecanthropus erectus, berupa cranium (tengkorak), fosil gigi geraham atas gajah (Stegodon), fosil tulang paha manusia purba, fosil tanduk kerbau, tanduk banteng, dll. Selain fosil, ada juga tugu yang dibuat oleh E. Dubois, sebuah “prasasti” tentang lokasi titik temuan manusia purba dengan huruf: P.e. 173 M. ONO. 1891/93. Kode ini menerangkan bahwa lokasi penggalian berada pada jarak 173 meter arah timur laut pada tahun 1891 s.d 1893. Patung lainnya adalah gajah purba atau Stegodon yang diletakkan di dekat tempat parkir, tampak mencolok mata karena tinggi dan besar. 





Betulkah fosil di Trinil adalah manusia dalam arti manusia seperti kita? Kalau merujuk pada penjelasan Dubois, fosil tersebut bukanlah manusia seperti kita, yaitu Homo sapiens, tetapi ia tergolong manusia kera (Ape-man). Jadi, Manusia Jawa adalah Ape-man yang berdiri tegak, tidak terlalu bungkuk dengan tinggi antara 160 – 180 cm. Pertanyaan selanjutnya, betulkah tinggi dan ciri-cirinya tepat seperti itu? Betulkah sosok manusia purba ini seperti gambar terlampir? Gambar ini adalah rekonstruksi dari tengkorak dan tulang paha.  Bisakah dalil akal menerima bentuk wajah dan badan sosok makhluk hanya dari kepingan atas tulang tengkorak dan sebuah tulang paha?


Jika demikian, bagaimana sesungguhnya sosok makhluk yang fosilnya meninggalkan jejak untuk dipelajari manusia seperti kita sekarang? Homo erectus-kah ia? Manusia, bukan kera yang berdiri tegakkah ia? Kapankah kejelasan sosok ini terungkap? Sudah lebih dari 120 tahun, tetapi ilmu tentang sosok ini tetap misterius. Atau, perlukah tepi Bengawan Solo digali lagi seluas dan sedalam-dalamnya …? *

Gambar: johnhawks.net.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar