Telegram Oh Telegram
Isu ini tentu bukanlah telegram yang pernah hadir dan menjadi alat komunikasi pada masa sebelum tahun 2010-an. Dulu, pada tahun-tahun sebelum 2010, sebelum masif komunikasi lewat Facebook, SMS, dan sejenisnya, telegram adalah sarana komunikasi yang cepat dibandingkan dengan surat kilat lewat Kantor Pos. Telegram waktu itu adalah komunikasi singkat-ringkas, biasanya dalam dua atau tiga kalimat dan biayanya relatif mahal dibandingkan dengan surat kilat (dengan prangko mahal/kilat, bukan pranglo biasa). Yang saya maksud di sini adalah telegam dengan huruf T yang KAPITAL.
Telegram…. Telegram…. Kamu makin Tele (jauh) saja dariku. Juga makin Gram (berat) saja bagiku untuk memiliki akunmu. Kalau kubeli lagi nomor baru dan daftar lagi terus kena banned lagi… cape dech.
Upaya membuka banned juga sudah dilakukan. Sudah browsing, searching cara memulihkan dan lolos dari jebakan banned tetapi tetap saja gagal. Telegram bergeming dengan keangkuhannya.
Angkuh. Sebuah media memiliki setting yang seperti itu, sensitif dan tidak friendly.
Telegram…. Ohh Telegram. Cape dech.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar