• L3
  • Email :
  • Search :

24 Desember 2024

Siasat Operasi IPAL Sarimukti

Siasat Operasi IPAL Sarimukti
Oleh Gede H. Cahyana
Dimuat di HU Pikiran Rakyat, 18 Desember 2024
 
Di Atas Baku Mutu. Segera Perbaiki IPAL Sarimukti. Demikian judul berita di koran Pikiran Rakyat (12/12-2024). Selain buruk kualitas air olahannya juga terjadi longsor, aliran airnya tersumbat, endapannya banyak, dan perlu dibuat pagar pengaman. Rehabilitasi fisik IPAL Sarimukti, merujuk pada berita tersebut, akan segera dilakukan. Namun ada yang perlu diperbaiki juga, yaitu proses pengolahannya. Nilai BOD, COD, nitrogen, nitrat, nitrit, fosfat tidak memenuhi baku mutu karena proses pengolahannya tidak optimal.


Evaluasi Proses
Berhasil atau gagalnya pengolahan air limbah atau air lindi sampah bergantung pada kondisi prosesnya. Proses biologi yang diterapkan di IPAL Sarimukti adalah kombinasi proses anaerob dan aerob. Keduanya memanfaatkan bakteri yang berbeda jenisnya dalam mengurangi pencemar. Sepatutnya bak anaerob memiliki bak pengendap khusus anaerob agar lumpur bakterinya bisa diresirkulasi ke bak anaerob. Demikian juga bak aerob sebaiknya memiliki bak pengendap khusus aerob sehingga lumpur bakteri aerob bisa diumpankan lagi ke bak aerob.
 
Di antara kedua proses tersebut, proses anaerob adalah yang sensitif. Ada empat jenis bakteri yang berbeda fungsi di dalam proses anaerob. Dua jenis bakteri sebagai penghasil zat asam sehingga air limbah menjadi asam, pH-nya kurang dari tujuh. Satu kelompok bakteri sebagai bakteri pembentuk gas metana (metanogenik). Bakteri ini menjadi indikator berhasil atau gagalnya proses pengolahan anaerob. Apabila derajat keasaman air di bak anerob kurang dari tujuh maka bisa diduga proses anaerob gagal beroperasi. Nilai BOD, COD-nya tidak berkurang secara signifikan.
 
Siasat Operasi
IPAL Sarimukti perlu rutin dipantau agar kinerjanya optimal. Operator diberi tugas rutin untuk mencatat parameter di buku operasional IPAL. Parameter yang dipantau adalah fisika dan biokimia, yaitu bau, warna lindi, pH, BOD, COD. Apabila besar perubahan nilainya maka perlu dilakukan upaya pencegahan dan pemulihan.
 
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyiasati proses pengolahan. Cara pertama, pencatatan derajat keasaman (pH) air limbah. Kondisi asam terjadi karena air limbah tidak memiliki alkalinitas yang cukup untuk mempertahankan pH di atas tujuh (basa). Kondisi asam ini otomatis mematikan bakteri pembentuk gas metana. Apabila pH-nya asam maka  kondisi ini sudah agak sulit dipulihkan. Perlu waktu yang lebih lama agar prosesnya optimal lagi dengan pembubuhan kapur. Bisa juga dengan cara mengalirkan air limbah ke bak batu kapur yang tersedia di Citatah.
 
Cara kedua adalah pemantauan nilai BOD, COD di awal dan akhir bak anaerob dan bak aerob. Apabila perbedaan fluktuasinya sekitar 10% maka proses masih berlangsung cukup baik. Jika lebih besar daripada nilai tersebut maka diduga proses pengolahannya terganggu. Berangsur-angsur air limbahnya semakin asam dan menuju ke kegagalan operasi.
 
Cara ketiga adalah rutin mencatat debit airnya. Fluktuasi debit berpengaruh pada kualitas pengolahan. Debit yang melebihi debit desain dapat menggagalkan pengolahan. Oleh sebab itu, IPAL perlu dilengkapi dengan alat ukur debit, misalnya alat ukur Thompson. Alat ini lebih tepat digunakan daripada alat ukur mekanis karena mudah dalam operasi dan perawatannya dan bisa dibuat dari material tahan karat, tahan zat asam.
 
Diagnosis
Pengoperasian IPAL skala lapangan tentu berbeda dengan skala penelitian di laboratorium. IPAL skala lapangan memerlukan kemampuan operator dalam diagnosis. Untuk diagnosis ada tiga kondisi yang dijadikan acuan. Yang pertama, apabila warna air limbah atau lindi tidak berubah, bau tidak berubah, pH tetap, tetapi penyisihan BOD, COD makin rendah maka disimpulkan bahwa waktu tinggal lindi terlalu singkat. Sebagian lumpur di bak pengolah perlu dibuang. Kedua, apabila warna lindinya kuning (pucat) baunya menyengat, penyisihan BOD, COD rendah, pH kurang dari 5, maka ada zat beracun yang mematikan bakteri.
 
Racun tersebut bisa ditanggulangi dengan prosedur sebagai berikut. Pertama, hentikan aliran lindi ke IPAL dan airnya dialihkan ke kolam berikutnya. Air lindi diganti dengan air sungai atau air tanah kemudian lakukan ulang-operasi (start up) dengan prosedur baku. Cara kedua, biarkan air lindi kuning tersebut (pH kurang lebih 5), tambahkan alkalinitas ke dalam kolam dan upayakan pH-nya lebih besar atau sama dengan tujuh.
 
Upaya di atas adalah tindakan kuratif yang dilaksanakan setelah terjadi penurunan kinerja IPAL. Adapun prosedur upaya preventifnya sebagai berikut. Gunakan pH-meter untuk mengecek pH lindi di setiap bak. Apabila pH lindi kurang dari tujuh maka tambahkan alkali (basa) untuk menaikkan pH hingga minimal tujuh. Kemudian ambil sampel efluen untuk dianalisis nilai BOD, COD-nya. Bandingkan hasilnya dengan hasil-hasil sebelumnya untuk membuat keputusan apakah harus menambah alkalinitas atau tindakan lainnya.
 
Yang terakhir adalah senyawa nitrogen, nitrit dan nitrat. Senyawa ini hanya bisa diolah dengan proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Kedua proses ini adalah hukum alam di dalam siklus nitrogen. Tanpa proses ini maka senyawa nitrogen, nitrit dan nitrat tidak akan bisa berkurang secara signifikan. Nitrogen adalah senyawa unik di dalam air limbah dan tidak bisa dikurangi kadarnya kecuali oleh dua proses tersebut.
 
Demikian juga senyawa fosfat, tidak bisa berkurang signifikan tanpa pengolahan khusus. Untuk mengurangi pencemar nitrogen dan fosfat harus diterapkan pengolahan lanjut (advanced). Sepatutnya IPAL Sarimukti tidak hanya mengurangi nilai BOD, COD tetapi juga nitrogen dan fosfat.
 
Sebaiknya juga IPAL Sarimukti mampu mengolah logam berat sehingga kadarnya aman di dalam air sungai dan air waduk di bawahnya. Apabila hal-hal tersebut dilakukan maka IPAL Sarimukti layak disebut bersahabat dengan lingkungan, ecological friendly.*

ReadMore »

17 Desember 2024

Air Minum yang Memiskinkan

Air Minum yang Memiskinkan
Gede H. Cahyana
Pengamat Air dan Sanitasi UKRI
 
Mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan bahwa air minum kemasan (amik) menjadi salah satu sebab pemiskinan kelas menengah. Pemiskinan terjadi karena pergeseran konsumsi air minum dari air sumur atau air ledeng menjadi amik. Keajegan mengonsumsi amik menggerus pendapatan (income) secara signifikan. Selapis di bawahnya, masih di kelas menengah, terjadi peralihan ke air minum kemasan ulang (amiku). Kantor, sekolah, kampus, perusahaan besar biasanya menyediakan amik dalam botol plastik atau botol galon. Sedangkan kantor kecil menyediakan amiku dari depot air isi ulang.
 
Pemiskinan tersebut bisa dianalisis secara sederhana. Misalkan sebuah keluarga terdiri atas empat orang. Konsumsi rerata air minumnya 2 liter per orang sehari. Totalnya menjadi 8 liter sehari. Satu botol gallon berisi 18,925 liter (dibulatkan 19 liter). Air gallon tersebut akan habis dalam waktu 19/8 atau 2,4 hari. Dalam sebulan dibutuhkan 30/2,4 botol atau 12,5 botol. Harga rerata Rp15 ribu per botol gallon sehingga sebulan menjadi Rp187.500. Misalkan harga beras yang biasa dibeli kelas menengah-bawah adalah Rp12.000 per kilogram maka pembelian amik setara dengan 16 kilogram beras sebulan.
 
Pergeseran konsumsi terjadi karena kualitas air sumur atau air ledeng belum memuaskan. Belum memenuhi persyaratan Permenkes nomor 2/2023. Air sumur lebih banyak dikonsumsi oleh rakyat miskin. Di kawasan kumuh misalnya, air sumur bercampur rembesan septic tank sehingga mengandung bakteri E. coli, zat organik, zat beracun, deterjen. Air bekas cucian baju, beras, ikan, sayur dibuang di sekitar sumur sehingga rembesan masuk ke sumur. Di kampung padat penduduk air sumurnya bersebelahan dengan selokan. Air sumur tersebut juga digunakan untuk warung nasi, kuah sayur, atau racikan minuman anak-anak.
 
Sinyalemen Bambang Brodjonegoro dan kondisi riil air sumur adalah isu kritis yang patut dipertimbangkan dalam penyiapan makanan bergizi gratis agar air yang digunakan adalah air minum aman.
 
Air atau Pangan
Pada tahun 2023 FAO UN menyatakan bahwa Water is Life. Water is Food. Leave No One Behind. Orang mampu bertahan hidup tanpa makan daripada tanpa minum air. Secara spiritual air lebih utama daripada pangan dan energi. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup (Qur’an, al Anbiyya: 30). Agama Hindhu mengenal tirtha nirmala, tirtha kamandalu, amrta njiwani (Sansekerta). Legenda puisi Philip Larkin: If I were called in, to construct a religion, I should make use of water. Pindar berkata, ”Water is the best of all things.” Pasal 8 ayat 2 UU No. 17/2019 tentang Sumber Daya Air memberikan prioritas hak rakyat atas air dengan hirarki: (a) kebutuhan pokok sehari-hari (b) pertanian rakyat dan (c) kegiatan usaha melalui SPAM.
 
Tridaya air, pangan, energi (APE) sudah ditetapkan oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai poin kedua Asta Cita Kabinet Merah Putih (KMP). Tridaya yang saling berkaitan tersebut bisa menjadi sumber daya bagi yang lain dan bersifat dapat-balik (reversible). Produksi pangan membutuhkan air. Energi membutuhkan air khususnya PLTU (uap). Sebaliknya air bisa menghasilkan energi, yaitu PLTA (air). Transportasi pangan membutuhkan energi listrik atau fosil. Pengolahan air baku, transmisi dan distribusi membutuhkan energi listrik untuk pompa, reaksi zat kimia, dan peralatan mekanikal.
 
Namun demikian, Tridaya memiliki potensi konflik. Sejarah konflik air minum dan pertanian, peternakan, perikanan terjadi di banyak daerah, di dalam dan di luar negeri, dari zaman Babylonia sampai sekarang. Pertanian menggunakan air 72%, domestik 12%, industri 16% dari total air tawar yang tersedia (FAO UN, 2023). Konflik tersebut menjadi bukti bahwa air adalah objek vital nasional yang perlu dikelola dengan metode baru.
 
Evaluasi Program
Kesehatan manusia tidak hanya bergantung pada makanan bergizi tetapi juga air minum. UNEP melaporkan, 5 – 10 juta orang meninggal per tahun akibat penyakit yang berkaitan dengan air. Air minum mayoritas rakyat Indonesia, yaitu air sumur dangkal atau bukan jaringan pipa (BJP) belum berkualitas aman. BJP tersebar dari desa di gunung dan bukit hingga kampung nelayan di pantai. Kondisi BJP tidak baik-baik saja. Air sumur tidak terlindungi berbahaya bagi kesehatan rakyat. Maka perlu perluasan akses air minum aman BJP agar kesehatan masyarakat meningkat, bisa menghemat energi sehingga menguatkan kemampuan membeli pangan.
 
Perluasan juga perlu dilakukan pada jaringan pipa (JP) yang dikelola oleh BUMD AM agar mencapai target riil nasional 30% pada tahun 2024. Sungguh paradoks, hampir 80 tahun merdeka tetapi capaian JP sangat rendah. Riilnya pasti lebih rendah lagi apabila pipa bocor dan pipa tua penuh kerak endapan juga dievaluasi. Berapa persen target penambahan JP yang ingin dicapai oleh KMP selama lima tahun ke depan? Mampukah Indonesia memiliki total JP 50% pada HUT ke-100 (Indonesia Emas 2045)? Berapa persen target penambahan BJP yang terlindungi? Apakah KMP memberikan prioritas pada pembangunan JP ataukah BJP? Selain pembangunan baru, perlu juga program rehabilitasi JP yang bocor untuk mengurangi rekontaminasi di pipa distribusi.
 
Menilik isu tersebut maka program pembangunan air minum yang sudah dilaksanakan selama ini perlu dievaluasi. Satu di antara beberapa cara evaluasi diri adalah analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats). Hasilnya lantas dirumuskan menjadi peta-jalan (road-map) air minum nasional yang meliputi perencanaan, perancangan, pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, monitoring dan evaluasi. Kemudian diturunkan menjadi peta-jalan dalam skala kabupaten-kota atau provinsi.
 
Untuk membuat peta-jalan tersebut diperlukan metode baru. Apabila pembangunan sektor air minum hanya business as usual seperti berlangsung selama ini maka lima tahun ke depan tidak akan signifikan hasilnya. Hanya angka-angka capaian yang bias dan tidak riil. Sejak Orde Baru sampai sekarang pembangunan sektor air minum dan sanitasi terpisah dalam lokus kementerian sehingga bersifat departemen sentris atau ego-sektoral. Kementerian Kesehatan melaksanakan program air minum yang terpisah dan parsial dari Kementerian Pekerjaan Umum. Begitu pula dinas-dinas di kabupaten-kota di setiap provinsi. Koordinasi administratif juga memakan waktu di Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan. Belum melibatkan peran Kementerian Desa & Daerah Tertinggal dalam pemanfaatan dana desa untuk air minum.

Penyatuan kerja atau kerja sama (bukan sama-sama bekerja secara terpisah) diperlukan agar proses untuk mencapai air minum aman (JP dan BJP) lebih cepat dan biayanya terjangkau rakyat miskin. Hindarilah poor management hurts the poor most. Dengan demikian, rakyat tidak harus membeli amik kecuali saat rapat atau piknik saja. Penyatuan kerja tersebut bisa dalam bentuk dewan atau Badan Air Minum Indonesia.
 
Akhir kata, sebuah renungan. Kalau pandai meniti buih (permukaan air), selamat badan ke seberang. Kata Einstein, “Jangan mengharapkan hasil berbeda dengan cara/usaha yang sama!” *


 
ReadMore »