• L3
  • Email :
  • Search :

11 Desember 2007

Tentang Epanet


Tangerang, sebuah kabupaten di Provinsi Banten, memiliki banyak “kekayaan” air permukaan sebagai sumber air baku PDAM. Cisadane, sungai pembelah ibukota Tangerang menjadi bagian Barat dan bagian Timur, adalah sumber terbesar air permukaan di sana. Selain untuk memenuhi kebutuhan domestik yang dikelola langsung oleh PDAM Kabupaten Tangerang, juga memasok air curah untuk PDAM tetangga dan sejumlah PAM “swasta” di beberapa perumahan. Karena luas sebarannya, maka daerah distribusinya pun menjadi relatif kompleks. 

Daerah distribusi PDAM Kabupaten Tangerang dapat dibagi menjadi tiga wilayah pelayanan, yaitu Wilayah I, II, dan III. Wilayah I terletak di Timur Sungai Cisadane sedangkan Wilayah II dan III berada di Barat sungai tersebut. Lokasi Wilayah II di bagian Utara dan Wilayah III di bagian Selatan. Keduanya dipisahkan oleh Jln. Gatot Subroto. Bersumber dari S. Cisadane, PDAM ini memiliki instalasi pengolahan air minum (IPAM) di tiga tempat, yaitu Cikokol, Babakan, dan TTM. 

Model Simulasi
Berkaitan dengan pengelolaan jaringan pipa air minum khususnya daerah distribusi yang sangat luas, bagaimana caranya mengelola, memantau, dan mengembangkan sistem yang sangat luas ini dan terus berkembang? Hanya satu kata kuncinya, yaitu PDAM harus memiliki backbone (rangka utama) sistemnya sebagai basis data dalam setiap evaluasi dan perluasan jaringan pada masa yang akan datang. Ini pun harus didukung oleh seperangkat instrumen seperti manometer, flowmeter, dan SDM yang mampu melaksanakan tugas di lapangan dalam memantau jaringan distribusi. 

Bersamaan dengan itu, diperlukan perangkat lunak (software) untuk membuat simulasi sistem distribusinya. Pada medio1980-an, UNDP (United Nations Development Program), The World Bank merilis program Loop dan telah diterapkan secara luas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dan digunakan oleh mahasiswa Teknik Penyehatan & Lingkungan dalam skripsinya, termasuk juga oleh konsultan dan PDAM. Lantas, pada September 2000 dirilis produk yang disebut Epanet. Sebelumnya sudah ada metode untuk menghitung debit, kehilangan energi (headloss), sisa energi (residual head) dalam jaringan pipa, yaitu Hardy Cross. Metode ini layak pakai untuk jaringan sederhana tetapi sangat memakan waktu dan bahkan simulasinya menjadi tidak mungkin ketika sistem distribusinya besar dan kompleks yang terdiri atas banyak loop, banyak sumber air dan reservoir. 

Simulasi hidrolis sistem distribusi air PDAM meliputi penentuan debit dan headloss di semua pipa yang dijadikan objek studi. Umumnya, sebuah sistem distribusi air PDAM berisi pipa, node, berbagai macam katup (valve), dan bagian jaringan berupa loop dan/atau branch. Solusi langsung (direct solution) untuk menganalisisnya bisa dikatakan tidak mungkin meskipun jaringan pipanya sederhana. Oleh sebab itu, dikembangkan metode tak langsung untuk menganalisis sistem distribusinya, yaitu (1) sectioning, (2) circle method, (3) pipe equivalence, (4) trial and error (or relaxation), (5) digital computer analysis, dan (6) electrical analogy. 

Peran Epanet
Dalam tulisan ini akan dipaparkan secara ringkas hasil evaluasi dan analisis jaringan distribusi dengan mengambil sampel studi di PDAM Kabupaten Tangerang. Seperti dipahami bersama, tugas sistem distribusi ialah mengantarkan air olahan ke semua pelanggan PDAM dan harus memenuhi TK3, yaitu tekanan sisanya sesuai dengan persyaratan, kualitasnya sesuai dengan baku mutu air minum, kuantitasnya sesuai dengan kebutuhan per orang per hari dan tersedia 24 jam (kontinuitas). Agar hal tersebut tercapai maka mulai tahap perancangan, implementasi, dan operasi-rawatnya harus terlaksana dengan baik. Kalau tahap implementasinya berbeda dengan desain atau perancangannya maka hendaklah dicatat dan dimasukkan ke dalam analisis sistemnya. Setiap perubahan sekecil apapun di daerah distribusi, wajib dicatat dan dimasukkan ke dalam basis datanya. 

Oleh sebab itu, pencatatan harus dilaksanakan dalam setiap perubahan di daerah layanan, perubahan letak pipa, termasuk perubahan dan penambahan sumber baru air dari IPAM dengan tetap mengacu pada upaya optimalisasi sistem distribusi yang ada. Artinya, kemampuan sistem harus dikembangkan sesuai dengan kondisi jaringan eksistingnya. Di sinilah peran penting simulasi komputer untuk memperoleh hasil optimal dalam mengoperasikan dan mengembangkan sistem distribusi. Untuk itulah software buatan Water Supply and Water Resources Division USEPA’s National Risk Management Research Laboratory yang bernama Epanet 2.0 digunakan dalam analisis sistem distribusi ini. Contoh “kertas” kerja Epanet ini seperti tampak pada gambar terlampir dan programnya dapat diunduh (download) di internet. 

Dalam rangka evaluasi sistem distribusi ini perlu ada aktivitas pengumpulan data pemakaian air (DPA) secara akurat, data variasi pemakaian air dan kecenderungan polanya, kriteria perancangan (opsi), dan analisis jaringannya. Kegiatan ini perlu melibatkan aspek teoretis (textbook) dan data lapangan berupa fakta fisik yang tinggi akurasinya seperti data panjang pipa, jenis pipa dan umurnya (terkait dengan faktor gesekan, friction atau koefisien kekasaran), diameter, pemakaian air, ada tidaknya valve, kondisi sambungan (ada tidaknya kebocoran), head pompa, elevasi, dll. Singkatnya, harus diperoleh data fisik sistem distribusi seperti di atas dan data hidrolis yang absah karena dapat mempengaruhi hasil analisis Epanet 2.0.
Demikian, semoga bermanfaat bagi PDAM yang berencana mengelola, memantau, dan mengembangkan jaringan pipa distribusinya. Salam PDAM.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar