• L3
  • Email :
  • Search :

13 April 2008

Bising PLTSa

Gedung Wahana Bhakti Pos di Jln. Banda No. 30 pada Selasa, 1 April 2008. Di lantai 8 ada kegiatan sidang Amdal PLTSa yang belum menampakkan wujudnya sebagai uji publik. Yang diundang sebagian besar adalah kalangan birokrat dan yang terkait dengan kebirokratan sehingga berada di kubu yang pro-PLTSa. Meskipun tidak masuk dalam daftar undangan, saya dihibahi sebuah laporan Amdal oleh warga di calon lokasi PLTSa. Setelah saya baca-baca, banyak poin yang perlu didetilkan lagi dan tidak memuaskan. Pada kesempatan ini, satu hal saja yang saya angkat, yaitu soal kebisingan.
Pada laporan Amdal itu, kebisingan yang akan terjadi ditulis sedikit di atas baku mutu, yaitu 60 dBA. Betulkah demikian? Sebelum masuk ke bahasan tersebut, mari kita mulai dengan definisi bunyi. Bunyi, secara objektif ialah perubahan tekanan udara akibat gelombang tekanan. Secara subjektif, bunyi ialah tanggapan pendengaran yang diterima seseorang. Agar dapat merambat berupa gelombang longitudinal, bunyi perlu media seperti udara, air, atau zat padat. Rentang frekuensi yang dapat didengar manusia ialah antara 20 – 20.000 Hz dan disebut frekuensi audio. Yang di bawah 20 Hz disebut infrasonik sedangkan yang di atas 20 KHz disebut ultrasonik. Keduanya tidak dapat didengar oleh manusia.
Ada tiga syarat agar bunyi dapat terdengar. Yang pertama: sumber, diakibatkan oleh benda yang bergetar sehingga terjadi perubahan tekanan udara yang diterima telinga. Yang kedua, medium. Inilah media rambat suara, dapat berupa udara (air born sound) atau benda padat (structure born sound). Pada tabel di bawah ini diberikan variasi cepat rambat suara di beberapa medium.
Cepat rambat suara di dalam medium.
Medium
Kecepatan (m/d)
Aluminum
5.820
Beton
3.600
Baja
4.905
Tembaga
4.500
Besi
4.800
Timbal
1.260
Timah
4.900
Air
1.410
Kayu
3.300
NH3, amonia
415
CO2
258
H2
1.270
Yang ketiga, penerima. Manusia menerima perubahan tekanan udara di telinga dan dikirimkan ke saraf untuk respon pendengaran di otak. Faktor-faktor lain yang mempengaruhinya ialah temperatur udara, arah dan kecepatan angin, kelembaban dan tekanan udara.
Sumber Bising
Bising ialah suara yang tak di(ke)hendaki dan mengganggu kenyamanan. Sumbernya bisa tunggal (satu), bisa juga ganda (gabungan) beberapa sumber tunggal. Umumnya kebisingan ditimbulkan oleh beberapa sumber (sumber ganda) seperti lalu lintas, kawasan industri dan permukiman. Faktanya, tak seorang pun suka akan bising lantaran mengganggu kenyamanan dan konsentrasi kerja, mengganggu komunikasi (pembicaraan), bahkan dapat merusak pendengaran, baik temporer maupun permanen.
Kebisingan dapat diklasifikasikan menurut spektrum frekuensinya, yaitu spektrum kontinu, spektrum garis dan spektrum kompleks. Berdasarkan waktunya, ada kebisingan mantap: fluktuasi tingkat tekanan suaranya kecil sehingga dapat diabaikan; kebisingan tak mantap: fluktuasinya besar selama pengamatan; kebisingan impulsif, terdiri atas satu atau lebih letupan energi dengan durasi kurang dari satu detik.
Beberapa sumber bising ialah:
1. Lalu lintas. Terjadi di kota-kota besar dan didominasi oleh kendaraan seperti truk, dump truck sampah, bis, sepeda motor, generator dan vibrasi kendaraan.
2. Industri. Awalnya, pengaruh kebisingan ini lebih banyak menyangkut lingkungan di dalam industri. Tetapi akhirnya dirasakan juga oleh penduduk di sekitarnya. Inilah yang menghantui warga di sekitar calon PLTSa.
3. Permukiman. Penyebab utamanya: kegiatan rumah tangga, fan, hair dryer, mixer, gergaji mesin, mesin pemotong rumput, vacum cleaner dan peralatan domestik lainnya.
4. Konstruksi. Pembangunan PLTSa, jalan, gedung, dll yang menggunakan alat-alat berat dapat menimbulkan bising. Secara garis besar tingkat tekanan suaranya dapat dilihat di tabel ini dan semuanya jauh di atas 60 dBA.
Tingkat tekanan suara dari jarak 15 m.
Peralatan Konstruksi
Tingkat Tekanan Suara (dBA)
Dump truck sampah
88
Kompresor
81
Truck ready mix
85
Buldozer
87
Generator
76
Pompa
76
Backhoe
85
Rockdrill
98
Metoda Kendali
Ada beberapa cara untuk mengendalikan bising, di antaranya ialah:
  1. Kendalikan sumber. Contoh: bising akibat getaran orang berjalan dapat direduksi dengan melapisi lantai dengan karpet atau gabus.
  2. Penataan kota. Perkembangan kota, terutama transportasi banyak menimbulkan masalah kebisingan. Oleh karena itu, perlu penataan kota yang dapat mengurangi kebisingan sampai batas yang diizinkan.
  3. Perencanaan lokasi bangunan. Diupayakan ada pengelompokan lokasi bangunan sesuai dengan fungsinya. Lokasi rumah sakit, sekolah, kantor, hendaknya jauh dari jalan raya, daerah industri dan bandar udara atau terminal. PLTSa jangan di dekat permukiman atau jangan pernah membuat PLTSa agar polutan selain kebisingan pun tidak pernah ada.
  4. Rancangan arsitektur dan struktur bangunan. Pengendalian bising ruang berkaitan dengan fungsi dan lokasinya. Ruang istirahat hendaknya ditempatkan di daerah tenang. Kekuatan, tebal dan jenis lantai, dan dinding juga perlu diperhatikan karena mempengaruhi transmisi suara. Pada dasarnya, semua bahan bangunan dan lapisan permukaan punya kemampuan menyerap bunyi dalam taraf tertentu.
Mekanisme Absorbsi
Bunyi di dalam ruang tertutup akan mengalami refleksi, difusi, difraksi, transmisi dan absorbsi. Untuk mereduksi bising di dalam ruangan digunakan absorban (penyerap gelombang bunyi). Mekanisme absorbsi ini sangat penting dalam pengendalian bising apabila sulit menangani sumbernya. Udara, permukaan tanah, pohon, rumput dll juga dapat menyerap gelombang suara yang besarnya bergantung pada frekuensi, kelembaban dan temperatur.
Secara garis besar ada 3 macam absorban, yaitu (1) absorban porus, (2) panel akustik, (3) resonator rongga (Helmholtz). Guna absorban (1) menurunkan tingkat tekanan suara di dalam ruang, (2) mencegah refleksi oleh permukaan benda, (3) mengontrol dengung di dalam ruang. Pada praktisnya, absorban diletakkan di langit-langit, tembok, lantai atau rongga antar tembok.
Materi absorban bersifat transducer, yaitu dapat mengubah energi akustik menjadi bentuk lain, biasanya panas. Mekanisme pengubahannya berbeda-beda bergantung pada jenis absorbannya tetapi hasilnya sama, yaitu sebagian energi akustiknya hilang ketika gelombang mencapai absorban.
Koefisien absorbsi suara didefinisikan sebagai rasio antara energi yang diserap terhadap energi yang menimpa permukaannya. Apabila jendela seluas 1 m2 mentransmisikan suara 100% (semuanya) dan tanpa merefleksikan energi akustik yang melewatinya, maka absorbannya 100%. Satuan ini, 1 m2 dari seluruh permukaan disebut dengan sabin.
1. Materi porus.
Ciri utama bahan porus ialah kaya pori. Gelombang suara yang menyentuh permukaan porus menyebabkan udara di dalam pori bergetar, bergerak bebas dan menimbulkan gaya gesek (shear force). Sebagian energinya lalu diubah menjadi panas dan diserap dinding absorban. Porositas efektif absorban ialah rasio volume pori yang berhubungan dengan udara luar terhadap volume total. Ini menentukan jumlah energi suara yang mungkin masuk dan direduksi oleh absorban.
2. Panel akustik.
Penyerap panel atau selaput yang tidak dilubangi dan kedap udara dapat berfungsi sebagai absorban. Setiap bahan kedap yang dipasang pada lapisan padat dan terpisah oleh rongga udara akan berfungsi sebagai panel dan bergetar jika tertumbuk gelombang bunyi. Getaran lentur panel akan menyerap energi bunyi datang lantas mengubahnya menjadi panas.
Panel jenis ini adalah penyerap frekuensi rendah yang efisien. Kalau energi suara yang datang punya frekuensi yang sama dengan frekuensi resonansi panel, maka terjadi absorbsi maksimum. Prinsipnya, frekuensi resonansi sistem panel, bergantung pada kekakuan, ukuran, ketebalan, modulus elastisitas, dan dimensi rongga udara. Panel yang biasa digunakan untuk pengendalian bising adalah kayu, plastik, kaca, dan plat logam. Di antara panel dan dinding dapat juga dipasang materi porus untuk membantu meningkatkan penyerapan suara pada frekuensi rendah.
3. Resonator rongga (Helmholtz).
Tipe simpel absorban resonan adalah resonator Helmholtz yang terbuat dari bahan padat berongga dan dihubungkan oleh leher (neck) dengan udara luar. Energi suara yang menyentuhnya menyebabkan udara di dalam lehernya bergetar. Jika frekuensi energi suaranya sama maka terjadi absorbsi maksimum. Energi diserap oleh gesekan partikel udara dari dalam dan di sekitar leher. Absorbsinya dapat ditingkatkan dengan memasang bahan porus di dalam rongga. Resonator ini efektif untuk suara berfrekuensi rendah.
Maka, kalau PLTSa jadi dibangun, semua rumah di dekat lokasi PLTSa hendaklah dikompensasi lewat pemasangan absorban. Ini baru dari sudut kebisingan saja, banyak lagi poin-poin lainnya yang mesti diperhatikan. Sebagian poin itu sudah ditulis dalam artikel berjudul “Risiko PLTSa” yang bersama tulisan Prof. Otto Soemarwoto dijadikan lampiran di dalam dokumen Amdal PLTSa itu.
Kalimat akhir saya, “Stop PLTSa. Hentikan pabrik polutan. Jangan racuni kami.”
Berikut adalah kutipan terjemahan surat Ar Ruum (30) ayat 41. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Jadi, polusi yang merusak habitat kita disebabkan oleh manusia, terutama oleh pembuat keputusan yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Hai amtenaar..., kembalilah ke jalan yang benar, sebelum terlambat! *

1 komentar:

  1. tulisan yang sangat bagus, bisa memberikan inspirasi bagi pembacanya

    akan lebih bagus kalau font-nya agak diperbesar, biar mbacanya nggak perlu pakai kaca mata

    salam

    BalasHapus