• L3
  • Email :
  • Search :

9 Desember 2008

Haji Tanpa Hati


Pagi-pagi sekali terjadi keributan di rumah Pak Dullah. Suara bentakan dan hantaman benda tumpul sejenis kayu menggema. Rupanya Pak Parno kembali datang menagih piutangnya ke pedagang kelontong di Pasar Anyar. Dalam ekonomi sulit dan daya beli yang terus menurun akibat krisis finansial global ini, dagangan Pak Dullah tak mampu bertahan. Dia kalah bersaing dengan sebuah toko serba ada, semacam mini market di kota itu. Ujung-ujungnya, modalnya tak bisa kembali dengan cepat dan tertanam dalam ujud barang-barang yang kian kotor berdebu. Pada saat yang sama, utangnya ke Pak Parno kian membengkak, terjerat erat.

Pekan lalu aku dengar Pak Parno berangkat lagi ke Mekkah untuk berhaji bersama istrinya lewat ONH Plus. Mereka menjadi dua orang di antara tiga juta orang jamaah haji pada 1429 H, tahun 2008 ini. Setahuku sudah lima kali mereka berdua ibadah haji. Aku tak heran lagi karena kekayaannya demikian banyak. Sawahnya berhektar-hektar, kebun kopinya telah panen dan tokonya ada lima, dua di desa sebelah dan tiga di kota. Istrinya mengelola pabrik tahu dan juga katering untuk pegawai di kota. Entah berapa milyar rupiah aset yang dimilikinya. Tambahan lagi dua orang anak lelakinya kuliah di Bandung dan satu orang perempuan kuliah di Yogyakarta.

Ada satu hal yang menurutku sangat mengganggu kehajiannya adalah perilakunya sebagai "bank" swasta. Pasangan suami istri asal Desa Tegalrejo di Jawa Tengah itu telah lama berpraktik sebagai bank swasta atau istilah umumnya rentenir. Orang-orang yang tak mampu membayar utangnya makin lama kian terjerat dan berakhir pada penyitaan sepeda, motor, sawah bahkan rumah. Itulah sebabnya, kekayaan Pak Parno terus bertumpuk-tumpuk di mana-mana. Perkebunan dan peternakan sapinya terus berkembang dan menjadi sumber “devisa” pada setiap hari raya kurban seperti tanggal 10 Dzulhijjah 1429 H atau 8 Desember 2008 kemarin.

Jika demikian adanya, demikian perilakunya, adakah mereka berhaji tanpa hati?

1 komentar:

  1. begitulah. banyak orang berlomba-lomba mencari surga tapi lupa untuk berbagi di dunia. :)

    BalasHapus