• L3
  • Email :
  • Search :

27 Juli 2012

Buka Puasa, Hindari Makanan-Minuman Manis

Oleh Gede H. Cahyana

Sudah umum diketahui, setiap buka puasa selalu saja yang terbayang adalah kolak, sirup dan sejenisnya. Manis rasanya dan nikmat di lidah. Jangankan anak-anak, orang dewasa dan orang tua saja suka sekali pada makanan - minuman (mak - min) manis. Itu sebabnya, setiap bulan Ramadhan harga gula selalu naik tetapi tetap laris manis semanis rasanya. Namun perlu diingat, terutama untuk orang yang suka minum teh manis, kopi manis, kue, kolak, sirup dan sejenisnya, agar mulai mengurangi konsumsi mak-min tersebut. Ini demi kesehatan pada masa mendatang. Apa pasal?

Ternyata, di balik rasa manisnya, gula menjadi perusak kesehatan manusia (juga hewan). Sejumlah penelitian menyatakan bahwa gula adalah biang kerok penyakit degeneratif pada manusia (dan hewan). Penyakit diabetes mellitus adalah contohnya. Artinya, kalau dikaitkan dengan bulan puasa sekarang, hendaklah kita mengurangi makan dan minum yang mengandung gula, terutama saat buka puasa. Kita puasa selama kurang lebih 13 jam sehari pada tahun 1433 H ini di daerah Tropis. Tubuh jangan dikejutkan oleh pasokan gula (sukrosa) sehingga gula darah pun naik tajam dalam waktu singkat. Kalau begitu, bagaimana sebaiknya dalam berbuka?

Dalam sebuah keterangan disebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw berbuka dengan ruthab (kurma basah) sebelum shalat (Maghrib). Kalau tidak ada, beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Kalau tidak ada juga, beliau minum seteguk air. Menurut keterangan yang lain, dinyatakan bahwa Muhammad Saw berkata, “Apabila kamu buka (shaum), hendaklah dengan kurma. Kalau kamu tidak memperolehnya, berbukalah dengan air. Sesungguhnya air itu suci.” (Catatan: Silakan pembaca mengecek hadis yang berkaitan dengan ini, terutama isi/matan hadis dan periwayatannya). Dapat disimpulkan, kurma adalah makanan utama untuk buka puasa. Tiga buah kurma sudah cukup lalu minumlah air secukupnya. Kurma yang dimaksud di sini adalah kurma asli yang tidak terlalu manis rasanya, bukan kurma yang dilumuri gula atau manisan kurma.

Bagaimana kalau tidak ada kurma asli, bukan manisan kurma? Untuk kasus ini, yang penting, hindari makan dan minum mak-min yang manis-manis. Apalagi kalau pemanisnya adalah pemanis buatan semacam sakarin dan sejenisnya, ini jauh lebih bahaya daripada gula (pasir). Namun demikian, khusus gula aren, ada pendapat yang membolehkan dalam batas wajar, tidak berlebihan. Gula kelapa juga diperbolehkan. Dulu guru olah raga saya di SMA menyuruh kami (saya dan teman-teman) mengulum gula aren/kelapa selama olah raga untuk sumber energi. Teman-teman yang berasal dari Pupuan (Tabanan bagian Utara, daerah yang berbukit-bukit, naik-turun berjalan kaki) juga sering berbekal gula ini (Di Bali disebut Gule Bali. Bukan gule/gulai dalam gule kambing. Bacanya gule, e pepet).

Akhir kata, mumpung Ramadhan baru berlalu 25%, mari kita hindari berbuka dengan mak-min kaya gula alias manis-manis. Berbukalah dengan kurma asli atau air. Bisa juga dengan madu asli dicampur dengan jeruk nipis dan air. Segarnya tidak kalah dengan es sirup. Sssrrruup…, segar dan sehat. *

1 komentar:

  1. Setahu saya dan kata orang-orang, baik berbuka dengan yang manis untuk mengganti kalori yang hilang seharian. kalau sahur justru minum air putih dan bahan makanan dari sari gandum utuh agar tidak cepat lapar karena proses pembakarannya yang butuh waktu.

    BalasHapus