Oleh Gede H. Cahyana
Kata orang, politik ini kotor.
Sebetulnya bukan politiknya yang kotor, melainkan orang-orangnya. Politisinya.
Politikusnya. Mereka inilah yang sikap dan perilakunya seperti tikus. Politik
bisa bersih kalau berada pada orang-orang yang bersih hatinya. Bersih sikap dan
perilakunya. Ia juga harus berilmu mumpuni khususnya di bidang tertentu yang
menjadi fokus pengabdiannya. Yang ahli hukum, cocok masuk ke komisi hukum. Yang
pakar pendidikan, bergulatlah di komisi pendidikan. Begitu juga bidang ilmu
lainnya.
Politisi itu seperti dalang. Dalang
yang mahir memainkan lalakonnya, seperti Asep Sunandar Sunarya (alm). Namun ia
tetap dalam koridor kebenaran. Baik dan benar. Dalam “nanggap” epos Bharatayudha
misalnya, ia harus memenangkan Pandawa sebagai manifestasi kebenaran. Tidak
boleh ia mengubah, apalagi disetir oleh orang dan kalangan tertentu untuk
melakonkan dan memenangkan lakon buruk. Jika demikian perilakunya, politisi ini bukan lagi
dalang melainkan wayang. Wayang senantiasa digoyang dan dimainkan gerak
hidupnya. Politisi yang seperti wayang ini akan disetir oleh orang-orang kotor
di belakang layar demi keuntungan diri, partai dan pemodalnya. Juga, demi
anasir asing yang mendukungnya. Yang rugi rakyat juga. Arang habis, besi
binasa. Setelah memilih, tak dapat apa-apa.
Oleh sebab itu, mari kita pilih
dalang yang bersih, bukan wayang. *
(Kemarin Asep Sunandar Sunarya, dalang kawakan Indonesia, meninggal dan tadi dimakamkan di Jelekong, Baleendah, Kab. Bandung. Semoga diberi rahmat dan ampunan oleh Sang Mahakasih).
(Kemarin Asep Sunandar Sunarya, dalang kawakan Indonesia, meninggal dan tadi dimakamkan di Jelekong, Baleendah, Kab. Bandung. Semoga diberi rahmat dan ampunan oleh Sang Mahakasih).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar