• L3
  • Email :
  • Search :

20 Mei 2014

Inilah Bibit, Bebet, Bobot Prabowo Subianto

Inilah Bibit, Bebet, Bobot Prabowo Subianto
Oleh Gede H. Cahyana

Seperti memilih suami/istri, memilih presiden dan wakilnya haruslah hati-hati. Gunakan pertimbangan hati nurani dan pikiran jernih. Hilangkan sikap membabi-buta, ikut-ikutan, dan asal pilih. Presiden/wapres dapat mengubah nasib kita menjadi makin baik atau kian buruk. Semisal, harga BBM, elpiji (LPG) bergantung pada kebijakan pemerintah. Begitu juga undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri, dan lain lain, baik berkaitan dengan politik, ekonomi, sosial, agama, budaya, pertahanan maupun keamanan kita sebagai WNI.

Lantas, apa saja yang mesti dipertimbangkan dalam memilih presiden dan wapres? Ada kriteria yang bisa digunakan untuk menyeleksi layak-tidaknya seseorang dipilih menjadi presiden/wapres. Satu di antaranya ialah B3: Bibit, Bebet, Bobot. Mari kita gunakan B3 ini untuk capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Bibit
Lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951, Prabowo adalah anak Dr. Soemitro Djojohadikusumo, seorang profesor ekonomi di FE UI, Jakarta. Adapun Soemitro adalah anak dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo. Pada masa pramerdeka, Margono berinteraksi intensif dengan Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tjtipto Mangoenkoesoemo dan bergerak sejak lama di basis ekonomi rakyat, yaitu koperasi. Ia pun mendirikan Bank Negara Indonesia, yang kini dikenal dengan nama BNI 46. Setelah proklamasi, ia menjabat sebagai ketua DPA (Dewan Pertimbangan Agung) pada masa Soekarno-Hatta. Usianya 51 tahun saat itu, diusulkan oleh tokoh Pasundan, R. Otto Iskandardinata (Margono D, hal 159). 

Sebagai pakar ekonomi, Dr. Soemitro kerapkali memberikan masukan dan kritik kepada Soeharto pada masa Orde Baru. Kisah hidupnya sudah banyak dibahas di media massa cetak dan online. Di bidang lingkungan, sejak 1970-an Soemitro Djojohadikusumo mewanti-wanti potensi polusi di Indonesia. Begawan ekonomi penulis Science, Resources, and Development ini pada tahun 1977 telah memperingatkan pemerintahan Soeharto bahwa akan terjadi booming dan blooming teknologi yang dapat menjadi bumerang bagi manusia kalau tidak arif dalam menyikapinya. Mantan menteri ini menyatakan bahwa harus ada teknologi yang protektif (protective technology) atas lingkungan. Idenya itu dipublikasikan sebelum rezim Orde Baru merilis Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup pada tahun 1978.

Bebet
Bisa diartikan sebagai status sosial ekonomi seseorang. Hal ini langsung tak langsung berkaitan dengan Bibit, garis keturunan. Orang yang kuat sosial ekonominya tentu lebih disukai daripada sebaliknya. Dengan kekuatan ekonomi, perbuatan baik dan benar seperti membangun sekolah, rumah sakit (hospital), rumah sehat, rumah ibadah, panti asuhan, panti jompo, mengembangkan pasar rakyat, membantu nelayan dan petani, memberikan beasiswa baik kepada siswa maupun mahasiswa (S1, S2, S3), dll dapat dilaksanakan. Dalam darah Prabowo mengalir spirit pejuang negara dari kakek dan ayahnya - bahkan hingga ke zaman Raden Tumenggung Banyak Wide, pada masa Pangeran Diponegoro - menjadi pengusaha dan sekaligus prajurit Sapta Marga. Itu sebabnya, ia menjadi nasionalis murni, cinta negara Republik Indonesia.

Bobot
Bobot adalah personalitas seseorang, kapasitas dan kapabilitasnya. Prabowo, karir militernya bagus, sangat bagus, bahkan. Jika dianalogikan dengan dunia akademis, ia mencapai jabatan fungsional profesor dalam usia muda. Ia pensiunan Letnan Jenderal. Karir kepemimpinannya mulai dari komandan peleton hingga Komandan Jenderal Kopassus. Gaya kepemimpinannya yang lugas-tegas, sorot matanya yang tajam dan fisiknya yang atletis pada masa itu, mengantarnya menjadi komandan di jajaran ABRI/TNI. Berikut adalah senarai pengalamannya menjadi pemimpin atau komandan di ABRI/TNI (Sumber: http://id.wikipedia.org).

Tahun
Jabatan
1976
Komandan Peleton Para Komando Grup-1 Kopassandha.
1977
Komandan Kompi Para Komando Grup-1 Kopassandha.
1983 - 1985
Wakil Komandan Detasemen-81 Kopassus
1985-1987
Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad
1987-1991
Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad
1991-1993
Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad
1993-1994
Komandan Grup-3 Pusat Pendidikan Pasukan Khusus
1994
Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus
1995-1996
Komandan Komando Pasukan Khusus
1996-1998
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus
1998
Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat
1998
Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI
Sumber: id.wikipedia.org

Kalangan TNI (ABRI) paham, jenjang karir di militer sangat ketat, membentuk piramid. Garis komando pun tegas. Atasan memberikan perintah, bawahan melaksanakannya. Tanggung jawab ada pada atasan dan pelaksana tugas. Disiplin. Ini serupa dengan kondisi di pesantren. Santri taat pada ustaznya, asatiz taat pada kyainya. Kyai taat pada kyai sebelumnya. Santri, ustaz, kyai taat pada Allah. Evolusi karir di militer yang demikian ketat itu menjadi pilar utama pengalaman Prabowo Subianto menjadi pemimpin. Hanya di militer saja yang tegas dalam jenjang karir dan tampak jelas dalam garis komandonya.

Karir militernya dilengkapi oleh aktivitasnya sebagai pengusaha. Ia memimpin sejumlah perusahaan, baik di dalam maupun di luar negeri. CEO perusahaan menjadi seni tersendiri, yang berbeda dengan seni memimpin di militer. Pemimpin militer ditambah dengan pemimpin di sipil (perusahaan) ikut memperkuat pikiran dan batinnya. Dunia pendidikan pun dilakoninya, meneruskan amanat ayahnya Dr. Soemitro Djojohadikusumo pendiri Yayasan Pendidikan Kebangsaan yang mengelola Universitas Kebangsaan. Inilah wujud nyata keluarga besar Soemitro dalam memajukan pendidikan rakyat Indonesia, terutama di kelas sosial ekonomi menengah – bawah.

Kemarin, Senin, 19 Mei 2014, bertempat di Rumah Polonia, Prabowo dan Hatta Rajasa, dihadiri oleh elite Gerindra, PAN, PKS, PPP, PBB, dan Golkar mendeklarasikan dirinya sebagai calon presiden dan calon wakil presiden periode 2014 – 2019. Semoga cita-cita duet ini terwujud, yaitu menjadi presiden dan wakil presiden yang mampu maningkatkan taraf hidup rakyat, seperti petani, nelayan, buruh, PNS, TNI-POLRI, pegawai swasta, pedagang, dll. Saatnya Indonesia menjadi, tidak saja Macan Asia, tetapi juga Singa Asia. Bangkit, semoga bangkit, Nusantara tercinta, dan selamat memperingati Hari Kebangkitan Nasional. *

Daftar Kepustakaan
1. Margono D, Kenang-Kenangan dari Tiga Zaman, Satu Kisah Kekeluargaan Tertulis, diterjemahkan dari bahasa Belanda oleh Drs. Muhammad Radjab, PT Indira, Jakarta.
2. Gambar/foto, hasil dari Google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar