Inilah Bibit,
Bebet, Bobot Prabowo Subianto
Oleh Gede H. Cahyana
Seperti memilih suami/istri, memilih presiden dan
wakilnya haruslah hati-hati. Gunakan pertimbangan hati nurani dan pikiran
jernih. Hilangkan sikap membabi-buta, ikut-ikutan, dan asal pilih. Presiden/wapres
dapat mengubah nasib kita menjadi makin baik atau kian buruk. Semisal, harga
BBM, elpiji (LPG) bergantung pada kebijakan pemerintah. Begitu juga
undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri, dan lain lain, baik
berkaitan dengan politik, ekonomi, sosial, agama, budaya, pertahanan maupun
keamanan kita sebagai WNI.
Lantas, apa saja yang mesti dipertimbangkan dalam
memilih presiden dan wapres? Ada kriteria yang bisa digunakan untuk menyeleksi layak-tidaknya
seseorang dipilih menjadi presiden/wapres. Satu di antaranya ialah B3: Bibit,
Bebet, Bobot. Mari kita gunakan B3 ini untuk capres dari Partai Gerindra,
Prabowo Subianto.
Bibit
Lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951, Prabowo adalah
anak Dr. Soemitro Djojohadikusumo, seorang profesor ekonomi di FE UI, Jakarta. Adapun
Soemitro adalah anak dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo. Pada masa
pramerdeka, Margono berinteraksi intensif dengan Soekarno, Hatta, Sjahrir,
Tjtipto Mangoenkoesoemo dan bergerak sejak lama di basis ekonomi rakyat, yaitu koperasi.
Ia pun mendirikan Bank Negara Indonesia, yang kini dikenal dengan nama BNI 46. Setelah proklamasi, ia menjabat sebagai ketua DPA (Dewan
Pertimbangan Agung) pada masa Soekarno-Hatta. Usianya 51 tahun saat itu, diusulkan oleh tokoh Pasundan, R. Otto Iskandardinata (Margono D, hal 159).
Sebagai pakar ekonomi, Dr. Soemitro kerapkali memberikan
masukan dan kritik kepada Soeharto pada masa Orde Baru. Kisah hidupnya sudah
banyak dibahas di media massa cetak dan online.
Di bidang lingkungan, sejak 1970-an Soemitro
Djojohadikusumo mewanti-wanti potensi
polusi di Indonesia. Begawan ekonomi penulis Science,
Resources, and Development ini pada tahun 1977 telah
memperingatkan pemerintahan Soeharto bahwa
akan terjadi booming dan blooming teknologi yang dapat menjadi
bumerang bagi manusia kalau tidak arif dalam menyikapinya. Mantan menteri ini
menyatakan bahwa harus ada teknologi yang protektif (protective technology) atas lingkungan. Idenya itu dipublikasikan
sebelum rezim Orde Baru merilis Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup pada tahun 1978.
Bebet
Bisa diartikan sebagai status sosial ekonomi
seseorang. Hal ini langsung tak langsung berkaitan dengan Bibit, garis
keturunan. Orang yang kuat sosial ekonominya tentu lebih disukai daripada
sebaliknya. Dengan kekuatan ekonomi, perbuatan baik dan benar seperti membangun
sekolah, rumah sakit (hospital), rumah
sehat, rumah ibadah, panti asuhan, panti jompo, mengembangkan pasar rakyat, membantu nelayan
dan petani, memberikan beasiswa baik kepada siswa maupun mahasiswa (S1, S2,
S3), dll dapat dilaksanakan. Dalam darah Prabowo mengalir spirit pejuang negara
dari kakek dan ayahnya - bahkan hingga ke zaman Raden Tumenggung Banyak Wide, pada masa Pangeran Diponegoro - menjadi pengusaha dan sekaligus prajurit Sapta Marga.
Itu sebabnya, ia menjadi nasionalis murni, cinta negara Republik Indonesia.
Bobot
Bobot adalah personalitas seseorang, kapasitas dan
kapabilitasnya. Prabowo, karir militernya bagus, sangat bagus, bahkan. Jika
dianalogikan dengan dunia akademis, ia mencapai jabatan fungsional profesor
dalam usia muda. Ia pensiunan Letnan Jenderal. Karir kepemimpinannya mulai dari
komandan peleton hingga Komandan Jenderal Kopassus. Gaya kepemimpinannya yang
lugas-tegas, sorot matanya yang tajam dan fisiknya yang atletis pada masa itu,
mengantarnya menjadi komandan di jajaran ABRI/TNI. Berikut adalah senarai pengalamannya
menjadi pemimpin atau komandan di ABRI/TNI (Sumber: http://id.wikipedia.org).
Tahun
|
Jabatan
|
1976
|
Komandan Peleton Para Komando Grup-1 Kopassandha.
|
1977
|
Komandan Kompi Para Komando Grup-1 Kopassandha.
|
1983 - 1985
|
Wakil Komandan Detasemen-81 Kopassus
|
1985-1987
|
Wakil Komandan
Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad
|
1987-1991
|
Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad
|
1991-1993
|
Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17
Kostrad
|
1993-1994
|
Komandan Grup-3 Pusat Pendidikan Pasukan Khusus
|
1994
|
Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus
|
1995-1996
|
Komandan Komando Pasukan Khusus
|
1996-1998
|
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus
|
1998
|
Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan
Darat
|
1998
|
Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI
|
Sumber: id.wikipedia.org
Kalangan TNI (ABRI) paham, jenjang karir di militer sangat ketat, membentuk piramid. Garis komando pun tegas. Atasan memberikan perintah, bawahan melaksanakannya. Tanggung jawab ada pada atasan dan pelaksana tugas. Disiplin. Ini serupa dengan kondisi di pesantren. Santri taat pada ustaznya, asatiz taat pada kyainya. Kyai taat pada kyai sebelumnya. Santri, ustaz, kyai taat pada Allah. Evolusi karir di militer yang demikian ketat itu menjadi pilar utama pengalaman Prabowo Subianto menjadi pemimpin. Hanya di militer saja yang tegas dalam jenjang karir dan tampak jelas dalam garis komandonya.
Karir militernya dilengkapi oleh aktivitasnya sebagai
pengusaha. Ia memimpin sejumlah perusahaan, baik di dalam maupun di luar
negeri. CEO perusahaan menjadi seni tersendiri, yang berbeda dengan seni
memimpin di militer. Pemimpin militer ditambah dengan pemimpin di sipil
(perusahaan) ikut memperkuat pikiran dan batinnya. Dunia pendidikan pun
dilakoninya, meneruskan amanat ayahnya Dr. Soemitro Djojohadikusumo pendiri Yayasan
Pendidikan Kebangsaan yang mengelola Universitas Kebangsaan. Inilah wujud nyata
keluarga besar Soemitro dalam memajukan pendidikan rakyat Indonesia, terutama
di kelas sosial ekonomi menengah – bawah.
Kemarin, Senin, 19 Mei 2014, bertempat di Rumah
Polonia, Prabowo dan Hatta Rajasa, dihadiri oleh elite Gerindra, PAN, PKS, PPP,
PBB, dan Golkar mendeklarasikan dirinya sebagai calon presiden dan calon wakil
presiden periode 2014 – 2019. Semoga cita-cita duet ini terwujud, yaitu menjadi
presiden dan wakil presiden yang mampu maningkatkan taraf hidup rakyat, seperti
petani, nelayan, buruh, PNS, TNI-POLRI, pegawai swasta, pedagang, dll. Saatnya Indonesia menjadi, tidak saja Macan Asia, tetapi juga Singa Asia. Bangkit, semoga bangkit, Nusantara tercinta, dan selamat memperingati Hari Kebangkitan Nasional. *
Daftar Kepustakaan
1. Margono D, Kenang-Kenangan dari Tiga Zaman, Satu Kisah Kekeluargaan Tertulis, diterjemahkan
dari bahasa Belanda oleh Drs. Muhammad Radjab, PT Indira, Jakarta.
2. Gambar/foto, hasil dari Google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar