Gaza, Palestina, dan DK PBB
Sejauh ini,
Palestina (Gaza) selalu dirugikan oleh pemegang Hak Veto di Dewan Keamanan PBB,
terutama oleh Amerika Serikat. Negara yang disetir Yahudi ini bagai ular
berkepala dua, munafik. Demokrasi yang dielu-elukannya adalah demorasi
yang crazy sehingga gila pula para pejabatnya. Lagi pula, AS begitu gentar
melihat keberanian kaum muslim dalam bom-bom syahidnya sehingga mereka berupaya
membunuhi anak-anak dan wanita pelahir anak-anak. Bom pembasmi yang
berasal dari AS itu digunakan oleh Israel secara membabi buta.
Hal serupa pernah
terjadi pada peristiwa Shabra-Satila. Ribuan wanita dan anak-anak tewas
terpanggang panasnya bom. Memang, sejumlah negara mengutuk pemboman itu, tapi
sekadar mengutuk saja. Atau, boleh jadi mereka pura-pura mengutuk untuk
menabiri senyum gembiranya melihat kehancuran kaum muslim. Lembaga dunia yang
bertujuan mengamankan dunia dari mala petaka buatan manusia semacam perang,
sesuai semangat Liga Bangsa-Bangsa pada awalnya dulu, hanyalah macan ompong.
Justru mereka gentar dan takut berat terhadap gerak-kembang Islam sehingga diam
saja. Jangankan PBB yang notabene adalah AS dan Israel yang memang islamofobi,
negara-negara anggota OKI saja bergeming (tidak bergerak), diam seribu basa. Sekadar
dukungan moral saja tidak ada. Berbeda dengan rakyatnya di tataran akar rumput,
mereka merasa satu tubuh dan marah lantas bertekad turut berjihad di sana. Tapi
sayang, jumlahnya tidak banyak. Kebanyakan dari Suriah dan Iran. Bahkan pernah
terjadi, muslimin Indonesia yang hendak berjihad di sana justru ditakut-takuti
dan dihalangi oleh pemerintah Indonesia.
Kini, setelah lebih dari 200 orang tewas di Gaza, negara-negara
yang pejabatnya pembenci Islam, penganut islamofobi “seolah-olah” mengutuk
perbuatan perikehewanan Israel di sana. Mesir versi As Sisi juga begitu. Seolah-olah. Ada drama satu babak yang mereka
lakonkan sekarang. Drama-drama ini bisa mereka mainkan berkali-kali sesuai
situasi dan kondisi yang mereka alami. Kepura-puraan itu sangat kentara lewat
silat lidahnya di media massa. Taktik mereka adalah menyerang terus ketika
masih di atas angin dan langsung minta gencatan senjata ketika sudah tersudut
dan terpepet. Inilah taktik usang mereka, sama persis dengan moyang mereka,
yaitu kaum Yahudi pada masa Nabi Muhammad SAW. Dengan kata lain, kaum Yahudi
itu bangsa penakut. Tentara Israel itu sangat penakut, sama seperti AS yang
beraninya hanya main keroyokan di Afghanistan dan Irak.
Yahudi adalah
pendatang di Palestina. Karena serakah, Yahudi yang menggelandang itu lalu merebut jengkal demi jengkal tanah Palestina dan mengklaimnya
sebagai bangsa yang berhak atas tanah itu. Atas kekuatan ekonomi yang mereka
susun, mereka lantas mampu menyetir AS dkk. Bahkan boikot dan veto AS di DK PBB
pun sebetulnya atas usul lobby Yahudi. Namun demikian, peristiwa seperti ini
sebetulnya bukanlah hal baru. Sebab, veto dan boikot ekonomi yang dialami
Palestina pun pernah dialami oleh nabi terakhir kita. Malah gempuran kaum
kafirin Quraisy begitu membabi buta termasuk ketika mengintimidasi para sahabat
Muhammad bin Abdullah. Kelaparan, siksa pedih dan intrik begitu dekat dengan
kaum muslim pada masa nabi. Hal senada terjadi pada masa sekarang di berbagai
pelosok bumi: di Irak, di Afghanistan, di Filipina, di Thailand dan di Afrika,
selain di Palestina dan Libanon. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar