Prabowo,
Pendidikan, dan Islam
Lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951, Prabowo adalah
anak Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo, Guru Besar ekonomi di FE UI, Jakarta. Soemitro
adalah anak Raden Mas Margono Djojohadikusumo. Pada masa pramerdeka, Margono berinteraksi
intensif dengan Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tjtipto Mangoenkoesoemo dan bergerak
sejak lama di basis ekonomi rakyat, yaitu koperasi. Ia mendirikan Bank Negara
Indonesia yang kini dikenal dengan nama BNI 46. Setelah menjadi anggota BPUPKI,
ia menjabat sebagai ketua pertama DPAS (Dewan Pertimbangan Agung Sementara) pada
masa Soekarno - Hatta. ( Sumber: Margono D, Kenang-Kenangan dari Tiga Zaman, Satu Kisah Kekeluargaan Tertulis,
diterjemahkan dari bahasa Belanda oleh Drs. Muhammad Radjab, PT Indira,
Jakarta).
Prof. Soemitro adalah pendiri Yayasan Pendidikan
Kebangsaan (YPK) pada tahun 1991 yang mengelola Universitas Kebangsaan (d/h
ITA). Sebagai wujud peduli pendidikan, khususnya untuk keluarga lemah ekonomi,
anak yatim (dan/atau piatu), dan tidak mampu, Prabowo melanjutkan estafet kepemimpinan ayahnya. Selain
fakultas teknik (arsitektur, lingkungan, mesin, elektro, informatika, sistem
informasi, industri), komunikasi, didirikan juga fakultas sastra, yaitu Prodi
Sastra Inggris dan Sastra Arab. Untuk melanjutkan wasiat ayahnya, didirikan
juga ekonomi, manajemen.
Dalam kesempatan bertemu dengan Wakil Ketua DPR RI Fadli
Zon yang juga anak didik Prabowo, Waketum Gerindra ini mengusulkan untuk
meluaskan lagi peran Universitas Kebangsaan. Selain Sastra Arab, diusulkan
didirikan Islamic Studies, yang waktu pertemuan di ruang wakil ketua DPR di
Senayan itu dirujuk ke McGill University, Kanada. Beasiswa juga diberikan
kepada mahasiswa Sastra Arab itu, selain kepada mahasiswa di semua prodi lainnya.
Selain mahasiswa dari Jambi, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat, beasiswa pun
banyak diberikan kepada pemuda-pemudi dari NTT, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Sejak 1991 ketika masih menjadi perwira menengah di TNI
AD hingga sekarang (2018), Prabowo adalah pengurus dan kemudian menjadi ketua
YPK. Dalam kunjungannya ke kampus, ia berkeliling menyalami dosen dan karyawan. Waktu itu masih muda, disebut sebagai the rising star. Dewan Pembina (Penyantun) waktu awal itu adalah Prof. Soemitro, Pak
Hashim, Prof. Zuhal, Dr. Achmad Sumaryono (almarhum, beliau menghentikan kegiatan kalau adzan terdengar untuk shalat di masjid kampus: al Ittihad dan sebagai narahubung dengan Pak Prabowo), dan Farid Prawiranegara. Farid adalah anak Presiden / Ketua
Pemerintahan Darurat RI (PDRI) Mr. Sjafruddin Prawiranegara, yang setelah
reformasi bersama dengan Prof. Yusril Ihza Mahendra ikut dalam pendirian PBB
(Partai Bulan Bintang) (Sumber: Wikipedia, 10-11-2018).
Prabowo dikenal sebagai sosok peduli pada petani,
nelayan, buruh, olahraga, pendidikan tinggi. Olahraga pencak silat mencapai
prestasi tinggi pada Asian Games 2018 adalah berkat sokongan sebagian dana dan pola
kepelatihan yang diterapkan oleh orang kepercayaannya. Sejak 2004, puluhan mahasiswa Universitas Kebangsaan menjadi juara silat di berbagai level kompetisi. Begitu juga pendidikan.
Keluarganya terdidik, bahkan sejak abad ke-18. Prabowo mewarisi kecerdasan
kakek dan ayahnya, fasih berbahasa asing. Ia lahap membaca buku, terutama buku
tokoh-tokoh dunia, buku sejarah, humaniora. Ia cinta bangsa, negara bangsa.
Yayasan yang didirikan ayahnya pun bernama Yayasan Pendidikan Kebangsaan. Eksistensi
kampus Universitas Kebangsaan RI adalah fakta tentang peran Prabowo dalam
pendidikan tinggi bidang sains, teknologi, humaniora.
Bagaimana dengan perhatiannya pada pendidikan Islam? Satu prodi yang ada di Universitas Kebangsaan, selain Sastra Inggris, adalah Sastra / Bahasa Arab yang berkaitan dengan Islam dan ke-Islam-an. Dalam rancangan kampus UKRI masa depan, masjid kampus menjadi perhatian utama dan diletakkan di bagian depan. Prabowo sudah mengamalkan spirit Islam, yaitu iqra (bacalah) dan qalam (tulislah) di pendidikan tinggi. Ia berkawan karib dengan ulama, kyai, ustadz dari berbagai pondok pesantren sebagai wujud keberpihakannya kepada Islam dan kaum muslimin/mah. Dalam pada itu, ia pun nasionalis sejati, baik lewat sejarah pengabdiannya di TNI AD dalam tugas di medan tempur dan antiteror, dan sikapnya yang mengayomi semua pemeluk agama yang diakui di Indonesia. Iman, ilmu, dan amal mewarnai sosok Prabowo dalam hidup sehari-harinya, dalam batas sebagai manusia biasa yang juga punya kekurangan.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar