Almarhum Prof. Dr. Iftikar Z. Sutalaksana
Oleh Gede H. Cahyana
Hari Selasa, 12 Februari 2019, ITB kehilangan lagi
seorang gurubesar. Beliau dosen di Teknik Industri. Prof. Dr. Iftikar Z. Sutalaksana. Akhir paruh
kedua 1980-an saya mengambil mata kuliah Psikologi Industri sehingga kenal
dengan mahasiswa jurusan TI. Mereka bilang, “duh… bapak itu ngganteeng sekali!”
Mahasiswa laki dan perempuan sepakat, pada waktu itu, bilang begitu.
Saya pun jadi ingat, satu kota, namanya Roseto. Beliau bercerita tentang cardiac disease. Penyakit ini tumbuh secara geometri di komunitas orang
Italia di Pennsylvania, Amerika Serikat. Ini terjadi karena life behavior, habit dan kebiasaan baru
berupa hidup soliter dan individualis.
Beliau kupas sepenggal ayat: “Wahai nafsu (jiwa) yang tenang, Al-Fajr: 27.
Paparan elaborasi terhadap loncatan teknologi dan kegamangan jiwa manusia pada
era nanoteknologi ini, menjadikan manusia seolah-olah tak beda dengan primata,
menjadi asfala saafiliin: jauh lebih
hina ketimbang hewan (At Tiin: 5). Begitu ujarnya.
Pak Iftikar juga cinta batik. Hampir
sepuluh tahun lalu, koran Pikiran Rakyat menulis tentang
batik. Bagian prolognya bercerita tentang batik yang dikenakan oleh Pak Iftikar ketika mempertahankan disertasinya di Eropa. Tidak
seperti lazimnya semua mahasiswa di Eropa yang berjas, baik bule maupun
nonbule, Pak Iftikar justru minta izin untuk mengenakan
batik ketika ujian disertasinya. Promotornya mengizinkan, lantas..., dekannya
pun akhirnya mengiyakan. Jadilah beliau sebagai orang pertama di Eropa, mungkin
juga di dunia, yang berbatik ketika sidang doktoral. Bahkan, batik bersejarah
itu, masih disimpannya hingga kini.
Semoga almarhum diampuni semua dosa dan kesalahannya
dan mendapatkan tempat yang mulia di sisi-Nya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar