• L3
  • Email :
  • Search :

29 Februari 2020

Pengkaderan Menyiapkan Pemimpin Air Masa Depan

Pengkaderan: Menyiapkan Pemimpin Air Masa Depan[1]
Oleh Gede H. Cahyana
Pemerhati PDAM, dosen Teknik Lingkungan Universitas Kebangsaan

“Organisasi yang terus berkembang senantiasa memiliki kader pada setiap masa dan pengkaderan di setiap tingkat manajemennya.”  [Catatan: tidak digunakan kata bentukan kaderisasi karena sufiks –isasi tidak ada dalam bahasa Indonesia]
---
Piramid PDAM
Peningkatan (improvement) dan perbaikan (repair, reparasi) PDAM dapat dilaksanakan simultan dalam wujud Piramid PDAM. Dasar piramid berupa segiempat yang sudut-sudutnya menjadi pilar PDAM: P (Pegawai), D (Desain), A (Area servis), dan M (Manajemen). Lantai dasarnya disusun oleh empat sektor, yaitu PAM swasta, amik (air minum kemasan), amiku (air minum kemasan ulang atau dikenal dengan istilah: air isi ulang), dan sektor kemitraan antara PDAM dan swasta. Lalu empat sisinya mewakili Trilogi AIR, terdiri atas A: Aman (secara kualitas), I : Isi (kuantitas, volume), dan R : Rutin (kontinyuitas, ajeg). Sisi satunya lagi ialah T: Tarif. Puncaknya adalah K: konsumen atau pelanggan. Adapun lingkungan terdiri atas pemerintah (pusat-daerah) dan DPR/DPRD (Cahyana, G. H, 2004).
Pilar yang berkaitan dengan kepemimpinan adalah M (Manajemen) yang menurut kamus bisa dimaknai sebagai direksi, pemimpin, atau pengelolaan. Pilar keempat ini bisa dikatakan sebagai pilar pengelolaan, pengaturan atau penatalaksanaan yang bertujuan mengatur sesuatu (orang dan barang) agar sesuai dengan peraturannya. Aturan itulah rambu-rambunya agar semua strata pemimpin (manajemen, direksi) tidak tersesat dalam mengelola perusahaan dan sumber daya insaninya.

Karakteristik Pemimpin
Kepemimpinan ialah mempengaruhi dan mengarahkan sumber daya manusia agar melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam organisasi (khususnya manajemen). Hubungan antara kepemimpinan dan manajemen ialah: (1) kepemimpinan berfokus pada visi misi organisasi untuk peningkatan kualitas organisasi sedangkan manajemen menjadi pelaksana visi misi; (2) Pemimpin selalu kreatif berimajinasi untuk memperoleh solusi sedangkan manajemen sebagai pelaksana semua ketetapan dan peraturan / standar untuk menuju solusi tersebut (Pusbin KPK, Kem. PU, 2013).

Kemampuan mengarahkan, mempengaruhi, kreatif, imajinatif, dan solutif itu berkaitan dengan karakteristik pemimpin. Pemimpin sebaiknya sehat fisik, sehat panca indra, sehat psikis, kuat fisik dan psikis (mental) dan memiliki gestur yang baik. Pemimpin sepatutnya berilmu, berpendidikan di bidang yang ia pimpin dalam organisasi. Untuk kebutuhan formal, minimal ia adalah sarjana. Misalnya, ini hanyalah contoh, Direktur Teknik PDAM layaklah orang yang paham hal-ihwal teknologi air minum. Jabatan ini sebaiknya (tidak harus) diemban oleh orang yang berlatar Teknik Lingkungan. Saya pun setuju pada prinsip “serahkan pekerjaan kepada ahlinya, bukan jurusannya”. Namun demikian, jika dibandingkan dengan jurusan (program studi) lainnya, alumni Teknik Lingkungan tentu lebih banyak mencicipi asam-garam ilmu dan teknologi ke-TL-an daripada orang dari jurusan lain. Kompetensi legal formalnya di situ. Ia mahir di situ.

Apabila sisi pandangnya adalah nonformal maka tentu semua orang bisa menjadi pejabat dan tidak terlalu peduli pada latar belakang jurusannya. Asalkan mampu, boleh saja duduk di jabatan itu. Tetapi yang seperti ini biasanya di jabatan politis. Berpatokan pada pola pikir ini maka job Direktur Keuangan pun hendaklah diamanahkan kepada orang yang berlatar studi ekonomi, manajemen, akuntansi ataupun yang dekat dengan itu. Begitu pula job yang lainnya, di segmen ilmu masing-masing. Selain itu tentu saja harus berinsting kepemimpinan, berkemampuan manajerial, dan berjejak-moral (track record) yang bersih (amanah) dan adil kepada semua pejabat dan stafnya. Danah Zohar dan Ian Marshall menyebutnya the servant-leader, pemimpin pengabdi (Cahyana, G. H, 2007). Ia mengabdi untuk memajukan institusinya, mengabdi untuk menyiapkan penggantinya yang jauh lebih baik daripada dirinya, dan mengabdi memberikan layanan kepada pelanggannya.

Ada ibarat atau pemisalan bahwa organisasi itu seperti kapal. Pemimpin tertingginya adalah nakhoda. Dibantu oleh banyak pemimpin di bagian masing-masing agar kapal bisa berlayar menuju arah yang ditetapkan sebelum berangkat. Arah inilah visi. Sedangkan muatan berupa orang dan barang adalah misi yang harus berhasil dibawa ke tujuan. Nakhoda wajib mampu meyakinkan awak kapal dan penumpangnya agar punya satu tujuan. Jangan sampai terjadi seperti kisah penumpang yang melubangi kapal (perahu) karena merasa bahwa bagian dia adalah hak dia dan bisa diperlakukan seenak dirinya. Dalam organisasi tidak boleh seperti ini. Maka, kalau ada yang seperti ini, pemimpin harus percaya diri dan tegas kepada semua orang di dalam kapal tersebut. Pemimpin tahu masalah yang dihadapi organisasinya dan punya opsi solusinya. Dengan ilmu dan pengalamannya ia bisa memberikan perintah (komando) dan menetapkan arah kapal ke tujuannya berlabuh.

Pendidikan dan Pelatihan
Sumber ilmu dan pengalaman itu banyak. Pendidikan formal yang bergelar sarjana di kampus adalah satu di antaranya. Pendidikan untuk memperoleh tambahan ilmu seperti di PDAM, bisa diperoleh di Diklat Manajemen Air Minum Berbasis Kompetensi di Perpamsi. Ilmu juga bisa diperoleh di akademi dengan gelar diploma (ahli madya) atau pelatihan dan jenis-jenis workshop lainnya, baik yang bersertifikat maupun yang tidak. Pengalaman adalah pelatihan tanpa sertifikat. Oleh sebab itu, semua insan PDAM yang berkarir mulai dari bawah pasti memiliki pengalaman dan ilmu, misal dari operator IPAM, dalam waktu dua puluh tahun atau dua puluh lima tahun bisa menjadi direktur yang fasih dan paham seluk-beluk PDAM. Ini seperti seorang anggota TNI yang mulai dari pangkat sersan lalu berhasil menjadi brigadir jenderal.

Agar lebih murah dan mudah, Perpamsi dan PDAM bisa memanfaatkan internet. Hampir seluruh insan PDAM memiliki ponsel yang bisa mengakses website Perpamsi. Perpamsi bisa melaksanakan pelatihan dengan basis e-learning atau Pendidikan Jarak Jauh. Jarak transportasi ke Jakarta dan waktu belajar tidak menjadi kendala lagi. Aspek teori lebih mudah disebarkan dan dipelajari secara mandiri. Perpamsi bisa mengajak akademisi untuk menuliskan modul teoretis, modul praktis, dan modul contoh-contoh soal dan kasus-kasus (case study) di sistem transmisi, produksi, dan distribusi. Termasuk tutorial perawatan pompa, generator set, instrumentasi dan peralatan instalasi lainnya. Apalagi untuk masa depan, generasi muda (milenial) saat inilah yang akan memimpin PDAM di masa depan ketika zaman sudah sangat internet-minded.

Kegiatan bersamaan yang bisa ditempuh ialah In-house training. Bisa dipadukan antara e-learning tersebut dengan In-house training. Momentum pelatihan yang tatap muka itu digunakan untuk menanyakan semua materi dalam modul e-learning yang belum jelas. Tatap muka juga dimanfaatkan sebagai praktik di bengkel atau di laboratorium atau praktik tatacara perawatan dan perbaikan instrumentasi dan peralatan instalasinya. Bisa juga dibentuk balai-balai pelatihan di setiap provinsi untuk mendukung praktikum di dalam setiap modul (e-book) yang ada di website Perpamsi. Ini tentu jangka panjang. Untuk jangka pendeknya, tiga tahun ke depan, pelatihan bisa dilaksanakan oleh Perpamsi dan/atau oleh Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi di Bekasi.

Sebagai penutup, ada pertanyaan, siapakah yang menjadi motor penggerak pengkaderan di perusahaan daerah? Di perusahaan keluarga tentu saja orang tua atau pendiri perusahaan yang mengkader anak-anaknya. Di PDAM, siapakah? Logikanya, yang di atas harus membina yang di bawah. Bukan membinasakan karena dianggap calon pesaing. Ini tidak boleh terjadi. Tetapi “gesekan” seperti itu memang terjadi di banyak instansi. Sebaiknya kita mencontoh, meskipun tidak sempurna, pada pola pengkaderan di TNI. Ada pemimpin di setiap tingkat jabatan. Hanya berbeda satu tingkat pangkat sudah begitu hormat dan taat pada perintah atasannya. Atasannya ini pun hormat dan taat kepada yang di atasnya lagi. Sebaliknya, atasan ini pun, seperti kata Danah Zohar - Ian Marshall, berusaha menjadi pemimpin yang mengabdi bagi bawahannya. *
---
Daftar Pustaka
1. Cahyana, G. H. PDAM Bangkrut? Awas Perang Air, Sahara Golden Press, ISBN 979-98596-0-3, 2004.
2. Cahyana, G. H. Spiritual PDAM, Majalah Air Minum, Edisi 147 (Desember), hlm. 48 – 50. ISSN 0126-2785, 2007.
3. Modul Pelatihan Quantity Surveyor, Pusbin KPK Kementerian PU, 2013.


[1] Disampaikan pada Indonesia Water Forum, 8 November 2019, JI EXPO Kemayoran, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar