Al Jabbar, Masjid Anyar Kota Bandung
Bentuk atapnya seperti setumpuk cangkang kerang, masjid yang akan diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada Jumat, 30 Desember 2022 menjadi masjid unik di Kota Bandung, bahkan di Jawa Barat atau di Indonesia. Lokasinya di Kecamatan Gedebage, dekat dengan rel kereta api Bandung-Surabaya, Al Jabbar seolah-olah terapung di air kolam. Tentu saja pondasinya menghujam dalam di bawah tanah, dengan puluhan tiang-tiang pancang, dengan kedalaman sekian puluh meter. Perhitungan struktur berasaskan Aljabar (Al Jabar), Al Gebra: sebuah kitab yang ditulis oleh ahli matematika yang juga penemu angka nol, angka penting dalam binary digit, digunakan luas di dalam komputer dan komputasi, bernama al Khawarizmi, kemudian menjadi istilah algoritma.
Secara topografis, Kecamatan Gedebage (dan Rancasari: dulu Gedebage adalah bagian dari Kec. Rancasari) adalah daerah rendah dan digenangi air hujan pada masa lalu. Bahkan di area pasar Gedebage selalu banjir setiap hujan. Padahal insinyur banyak di Kota Bandung, ada di ITB dan kampus swasta. Apa masalahnya? “Tanyalah pada air yang mengalir, bukan pada rumput yang bergoyang karena rumputnya tenggelam.” Betapa tidak. Sejak 1990-an, daerah ini tumbuh menjadi perumahan dan industri sehingga padat seperti saat ini. RTRW (tata ruang) berubah dan salah peruntukan. Teorinya, daerah rendah atau ranca (rawa) seperti Rancasari dan Gedebage seharusnya sebagai badan air bukan untuk perumahan dan kawasan industri. Tapi sudahlah… jangan dibahas di sini.
Kembali ke... laptop… eh ke masjid. Masjid besar ini mulai dibangun pada Desember 2017 pada masa Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dirancang oleh tim arsitek Ridwan Kamil yang sekarang sebagai Gubernur Jawa Barat. Sebelumnya sebagai Walikota Bandung. Luas masjid dan fasilitasnya plus luas kolam retensi (embung) hampir 26 hektar. Sesuai dengan namanya, masjid ini tampak gagah. Al Jabbar, satu di antara 99 Asmaul Husna artinya Mahagagah, Maha Memaksa. Selain gagah, juga besar dan luas. Daya tampung dalam dan luar (plaza) mencapai 60 ribu jamaah. Sebagai pembanding, stadion GBLA yang juga berada di Gedebage hanya menampung 40 ribu orang.
Menjelang peresmiannya, sejak sebulan terakhir ini ada pembangunan prasarana umum seperti jembatan yang melintasi sungai kecil di dekat rel kereta api. Juga ada pembangunan jembatan yang menghubungkan lokasi masjid dengan perumahan dan daerah perdagangan Summarecon. Karena cepat sekali selesainya maka saya istilahkan dengan SKS: Sistem Kebut Sangkuriang. Termasuk landscaping yang masif di tepi sungai, di tepi jalan yang biasa dijadikan lalu-lintas para pesepeda. Hanya dalam satu bulan, sudah banyak pohon tinggi-tinggi dan perdu yang subur. Tetap waspada, meskipun pohonnya tinggi dan besar, tetapi akarnya masih pendek dan dangkal. Rawan rubuh.
Sejumlah foto terlampir dijepret pada H-1, Kamis, 29 Desember 2022. Satu foto diambil dari sebuah website portal berita detik.com. Tampak kru TV-One sudah bertugas, melaporkan aktivitas sibuk harian dan menyiapkan siaran langsung Damai Indonesiaku. Begitu pula deretan kendaraan memenuhi halaman parkir bahkan penuh berjajar sampai ke jalan yang menuju stadion GBLA. Ada yang menyiapkan fasilitas sanitasi atau MCK mobile, ada yang memasang pompa untuk air bersih, menyiapkan tangki (toren) air dan memasang instalasi listriknya. Hiruk-pikuk.
Sambil lihat-lihat dan mengayuh pedal sepeda, tanpa dinyana, saya bertemu dengan mantan mahasiswa yang sekarang bekerja di bagian infrastruktur Dinas Perumahan dan Permukiman Jawa Barat, namanya Yudhi Raksa yang sedang melaksanakan tugas di lokasi masjid tersebut.