• L3
  • Email :
  • Search :

26 Desember 2013

Racun Laba-Laba, Waspadalah

Racun Laba-Laba, Waspadalah
Oleh Gede H. Cahyana


Laba-laba tampak lemah, kakinya mudah patah. Tapi hati-hati. Ada laba-laba beracun yang sering “memangsa” sapi dan kerbau di Pulau Timor. Bahkan manusia pun pernah menjadi korbannya. Penduduk setempat menyebutnya Rirnau. Yang pasti, semua laba-laba memiliki racun yang digunakan untuk pertahanan diri. “Untungnya” sebagian kecil saja yang berbahaya bagi hewan (ternak) dan manusia. Keuntungan lain, laba-laba membantu kita mengurangi serangga. Sarangnya yang berupa jejaring digunakan sebagai perangkap penangkap mangsa. Korbannya kemudian diinjeksi dengan racun yang berisi neurotoksin (perusak syaraf) sehingga pingsan atau mati.

Laba-laba berbahaya, black widow betina, hidup di luar rumah (kebun, lapangan). Ciri-cirinya: bertubuh kecil, warnanya terang/berkilau dengan garis merah di perutnya (abdomen). Si Janda Hitam (Latrodectus mactans, L. hesperus) ini sering menyerang binatang atau ternak dan orang-orang yang  camping dan berkemah serta tidur di atas rumput. Gejala secara sistemik mulai terasa antara 1 sampai dengan 12 jam setelah gigitan walaupun umumnya hanya butuh waktu 4 jam. Luka sekitar gigitan terasa sangat panas, kram dan kejang, disertai sakit perut.

Bagaimana mekanisme racun tersebut bereaksi dan merusak organ tubuh, belum banyak diketahui. Korban gigitan laba-laba harus segera diperiksakan ke dokter atau rumah sakit. Biasanya penanganan awal yang diberikan adalah dengan profilaksis tetanus, suntikan morfin dan diazepam (valium). Namun demikian, tindakan pencegahan tentu lebih bagus. Caranya, bersihkan sarangnya dan berhati-hati ketika berada di padang rumput, ilalang, dan ladang, terutama di daerah yang menjadi sarang dan pernah terjadi kasus gigitan laba-laba seperti di Timor.


Ada banyak spesies laba-laba, dari yang bersarang di rumah sehingga mengotori kamar sampai yang habitatnya di hutan, gurun dan sabana. Tarantula adalah contoh laba-laba yang penampakan fisiknya membuat “keder” orang yang melihatnya. Tubuhnya besar, berambut dan banyak dipelihara oleh pedagang berlian untuk menakut-nakuti orang yang berniat mencuri. Kualitas racunnya tidak sehebat spesies Si Janda Hitam, hanya menimbulkan reaksi alergi saja. Bahkan ada yang menjadikannya semacam binatang kesayangan layaknya burung atau kucing.

Akhirnya, waspadalah terhadap hewan apapun itu, baik laba-laba, nyamuk, kecoa, lalat, ular dll. Potensi bahayanya selalu ada, sekecil apapun dampaknya. *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar