Polusi Udara dari
Sarimukti
Oleh Gede H. Cahyana
Pengamat Lingkungan
Universitas Kebangsaan RI
Setelah lomgsor, kini TPA
Sarimukti terbakar. Ada tiga jenis pencemar udara yang berkaitan dengan TPA
Sarimukti. Yang pertama adalah pencemar rutin. TPA yang menampung sampah dari
empat kabupaten dan kota di cekungan Bandung ini setiap detik melepaskan
pencemar udara. Jutaan ton pencemar udara seperti karbondioksida, metana,
belerang dan nitrogen oksida dilepaskan ke udara Bandung setiap tahun. TPA
sampah adalah “pabrik” gas rumah kaca yang mampu mengalahkan gas rumah kaca
yang dilepaskan penduduk Jakarta.
Yang kedua adalah polusi
udara karena kebakaran TPA Sarimukti. Gas yang dilepaskan ke udara tidak hanya
berjenis formaldehida, asam sianida, asam sulfida, nitrogen oksida tetapi juga
berisi abu dengan uap logam berat,
dioksin, furan dan jelaga yang kaya asam klorida dan fluorida. Abu ini mudah masuk ke paru-paru karena berukuran 1 – 2 mikron. Abu ini juga berisi timbal, merkuri, kadmium yang berasal dari sampah
wadah cat, kaleng, baterei, aluminum,
seng. Asap
bakaran sampah dapat memperburuk komplikasi pernapasan bagi penderita asma dan
sakit paru lainnya.
Yang ketiga adalah polusi
dari tumpukan sampah di bak sampah warga dan TPS. Bisa dipastikan akan terjadi
lagi lautan sampah di Bandung raya. Ratusan truk yang sudah antri masuk ke TPA
Sarimukti terpaksa kembali ke pool-nya sambil membawa sampah. Pada saat
bersamaan sampah terus bertambah di bak sampah warga, pasar, perkantoran, industri
kecil dan menengah. Kegiatan ekonomi terus berlanjut sambil terus menimbulkan
sampah setiap hari. Bak sampah dan TPS akan berubah seolah-olah seperti TPA.
Semua gas pencemar udara
yang terjadi rutin setiap hari di TPA akan terjadi juga di bak-bak sampah warga
dan di TPS. Bak sampah kecil seluas setengah meter persegi di rumah warga seolah-olah
berubah menjadi lahan TPA. Apabila ada satu juta bak sampah maka luasnya
menjadi 500 ribu meter persegi atau 50 hektar. Belum lagi ditambah sampah di
semua TPS dan lahan kosong tepi jalan yang dijadikan tempat liar (ilegal)
pembuangan sampah.
Sebab kebakaran
Informasi yang beredar, penyebab
kebakaran adalah puntung rokok. Bisa betul, bisa juga salah. Sebab lainnya adalah
ceceran bahan bakar dari truk sampah dan alat-alat berat. Juga bisa karena
panas matahari yang menimpa benda yang mudah terbakar atau karena terjadi efek
suryakanta (luv), yaitu lensa cembung yang memfokuskan cahaya matahari
ke sampah kering sehingga terbakar. Timbunan gas metana di dalam sel sampah
juga bisa memantik api. Bisa juga akibat sambaran petir, tetapi ini terjadi
kalau akan hujan saja. Pantikan api yang kecil saja, apabila ditiup angin maka
apinya cepat membesar. Boleh jadi ada lagi sebab-sebab lainnya.
Sebab-sebab kebakaran
tersebut akan membedakan cara penanggulangan dan rehabilitasinya. Puntung rokok
atau efek suryakanta biasanya menyebabkan kebakaran di permukaan sampah.
Kebakaran jenis ini bisa ditanggulangi dengan menyemprotkan air secara
terus-menerus dari mobil pemadam kebakaran atau menggunakan foam (busa) dan
senyawa kimia yang ditaburkan dari pesawat atau helikopter seperti pemadaman
kebakaran hutan yang sedang terjadi di Hawaii dan Kanada.
Yang kedua adalah
kebakaran bawah permukaan TPA. Ini sulit dipadamkan karena serupa dengan
kebakaran di lahan gambut seperti di Kalimantan. Api akan selalu muncul semasih
proses pembentukan gas metana terus berlangsung. Kebakakaran bawah permukaan
ini berdampak buruk pada sistem pelapisan dasar TPA (geotextile dan geomembrane)
dan sistem drainase air lindinya. Rehabilitasinya sulit dan mahal. Itu
sebabnya, mencegah kebakaran lebih mudah dan murah daripada memadamkan
kebakaran. Pencegahan itu dimulai sejak awal pembuatan TPA dengan memasang
sistem pelapis dasar, sistem drainase lindi dan sistem ventilasi gas metana.
Opsi solusi
Kebakaran sampah lebih
sulit ditanggulangi dalam kondisi cuaca panas dan angin kencang. Semasih ada
sampah kering maka api akan tersulut dan membesar. Api akan mati setelah massa
sampah habis terbakar menjadi abu. Oleh sebab itu, api harus dilokalkan,
dicegah jangan sampai meluas secara horizontal. Namun bisa juga terjadi, api
justru menjalar vertikal ke sel sampah di bagian bawah, terutama karena ada gas
metana. Gas yang mudah terbakar ini bisa memantik ledakan dan melemparkan semua
material timbunan seperti batu, berangkal, kerikil, pasir, kaca.
Solusinya adalah dengan mengurangi
aliran oksigen ke sel-sel sampah dengan cara menutup permukaan sampah dengan
tanah dan menutup pipa ventilasi yang terhubung dengan sistem drainase lindi. Dengan
mengerahkan buldoser dan excavator, penjalaran api bisa dihambat dengan membuat
gunungan tanah atau sampah basah. Dalam jarak 500 meter dari lokasi kebakaran,
gunungan tanah bisa dibuat untuk menghambat laju kebakaran. Untuk pencegahan, blok-blok
sampah bisa dibangun sebagai pemisah dengan sampah kering. Perlu dibuatkan ventilasi
agar gas metana tidak terkumpul tetapi mengalir ke atmosfer atau dibakar
menjadi energi listrik.
Solusi jangka pendeknya,
alihkan sampah di Kota Bandung dan sekitarnya ke lokasi sementara. Setiap
kecamatan diupayakan memiliki lokasi penampungan sementara sampah selama
darurat kebakaran. Upayakan semua karyawan TPA dan pemulung dilarang merokok di
TPA. Lengkapi TPA dengan teknologi pemadaman kebakaran. Solusi jangka panjangnya
adalah sinkronisasi kerja antara regulator dan operator pengelola sampah dengan
masyarakat agar prinsip 3R (reuse, reduce, recycle) bisa terlaksana. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar