• L3
  • Email :
  • Search :

11 Desember 2025

Ekoteologi Banjir Sumatera

Ekoteologi Banjir Sumatera

Jumlah orang yang meninggal dan belum ditemukan akibat banjir dan longsor di Sumatera lebih dari 1.000 orang. Ribuan orang terluka fisiknya. Tentu dampak psikisnya juga ada. Kehilangan harta, kematian anggota keluarga bahkan semua anggota inti keluarganya meninggal. Ada desa yang tersapu banjir dan lumpur sehingga tampak seperti hamparan lahan kosong yang ditumbuhi pohon-pohon yang tersisa saja.

Foto: Antara

Banjir yang terjadi di Provinsi D. I. Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat (selanjutnya disebut Banjir Sumatera) mengakibatkan kerusakan masif karena curah hujannya jauh melebihi rata-rata, diikuti oleh angin kencang. Daya dukung lingkungan di daerah tersebut menjadi getas karena pohon-pohon kayu di hutan tidak mampu menahan air sehingga yang terjadi adalah butiran tanah menggembur dan hanyut menjadi lumpur bersama air hujan. Energi potensial dan kinetik yang dimiliki lumpur demikian besar karena mengalir dari elevasi tinggi dan lerengnya curam sehingga massa lumpur mengalami percepatan.

Banjir Sumatera dipicu oleh hujan yang sangat tinggi intensitasnya. Intensitas hujan yang jauh di atas rata-rata ini diakibatkan oleh terbentuknya siklon yang disebut Cyclone Senyar. Kemudian diperparah oleh kondisi hutan yang pohon-pohonnya tidak kuat menahan hantaman miliaran butiran air dari angkasa dan hempasan angin kencang. Diperparah oleh kemiringan dan kelabilan lereng bukit (gunung), dan prasarana drainase dan sungai yang tidak kuat menahan energi aliran lumpur banjir. Akumulasi kondisi tersebut menimbulkan kerusakan katastrofik.

Ekoteologi

Patutlah program ekoteologi yang dirilis oleh Kementerian Agama dijadikan langkah perbaikan kondisi lingkungan di Indonesia. Program tersebut selaras dengan Restorasi Ekosistem (Ecosystem Restoration), yaitu menghidupkan kembali sistem ekologi: hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya dan dengan makhluk tak hidup (abiotik). Restorasi memiliki makna pemulihan, perbaikan, menjadikan seperti sedia kala. Restorasi ekosistem adalah upaya memulihkan kerusakan tempat hidup tumbuhan, hewan, manusia dan saling kebergantungannya menjadi lebih baik (seperti semula).

Ekoteologi melestarikan fungsi vegetasi dan hewan di dalam rantai makanan dan jejaring kehidupan bersama manusia sebagai khalifah. Ekoteologi juga melakukan restorasi lingkungan yang dimulai dari tataruang dengan dua pendekatan, yaitu kultur dan struktur. Kultur mengacu pada tataruang berbasis agama, budaya, adat istiadat. Struktur mengacu pada tataruang yang dikemas oleh pemerintah dan DPR(D) di dalam undang-undang atau peraturan daerah.

Kultur

Terapan ekoteologi dengan tetap memelihara budaya yang baik dalam makna tidak mendekati kemusyrikan. Sebab, kemusyrikan justru berdampak buruk kepada kehidupan manusia di dunia dan juga nanti di akhirat. Menurut Murtiyoso (1994) yang dikutip oleh Johan Iskandar di dalam buku Manusia dan Lingkungan (2014), masyarakat Sunda mengenal tataruang yang dilarang dijadikan permukiman, yaitu lahan sarongge (lahan angker), lemah sahar (tanah sangar), sema (kuburan), catang ronggeng (lahan curam), garenggengan (lahan kering berlumpur), dangdang wariyan (lahan cekung), lemah laki (lahan tandus), kebakan badak (kubangan), hunyur (bukit kecil), pitunahan celeng (habitat babi), kalomberan (comberan), jarian (tempat sampah).

Begitu pula kearifan lokal seperti gunung kaian, yaitu biarkan gunung ditumbuhi oleh pepohonan agar oksigen semakin banyak dan air hujan diresapkan ke dalam tanah untuk cadangan air pada musim kemarau dan mencegah banjir-erosi pada musim hujan. Gawir awian bermakna tanami tebing dengan bambu, bagai aur dengan tebing, agar tidak longsor. Daratan imahan, manfaatkan lahan datar untuk permukiman. Susukan caian, parit dan selokan sebagai penyalur air hujan. Sungai pun dirawat, walungan rawateun, seperti upaya restorasi Citarum sekarang. Legok balongan, lahan cekung (rendah) sebagai kolam retensi atau wetland, bukan permukiman. Jika tidak demikian maka penduduk yang tinggal di daerah cekung akan rutin kena banjir setiap musim hujan.

Selain tataruang menurut kultur, masyarakat Sunda juga mengenal istilah tabu atau pamali. Pamali adalah pantangan bagi setiap orang untuk berbuat buruk kepada lingkungan. Contoh, pamali makan burung yang ngagaludra, yaitu burung yang dua jari kakinya ke depan dan dua ke belakang pada waktu bertengger di ranting pohon, seperti elang dan alap-alap. Burung ini menjaga kesetimbangan ekosistem karena sebagai predator tertinggi di dalam rantai makanan. Apabila burung ini punah maka hama tikus dan bajing semakin banyak di lahan pertanian. Ada hadis juga yang melarang memakan makanan dari hewan yang bertaring atau hewan buas.

Ada juga pamali menebang pohon beringin, kiara, dan teureup. Pamali ini terbukti mampu melindungi berjenis burung, serangga, dan mamalia kecil sehingga berkembang biak. Pohon tersebut pun dapat meresapkan air hujan dan mengeluarkan air sedikit demi sedikit sepanjang tahun yang disebut mata air (cai nyusu). Ekoteologi menuntun dan mendampingi pamali agar tetap di dalam akidah yang lurus.

Tentu saja tafsir atas pamali tersebut tidak bisa dipahami secara harfiah. Perlu dikaitkan dengan adat istiadat, budaya, dan kepercayaan pada masanya. Yang diambil dari pamali adalah spiritnya dalam melestarikan fungsi lingkungan sebagai tempat hidup, sumber makanan, minuman, pekerjaan, dan hubungan sosial kemanusiaan. 

Namun demikian, pada zaman 4.0 ini masyarakat tidak mudah percaya pada pamali. Oleh sebab itu, perlu disandingkan dengan kajian ilmiah dan peraturan pemerintah. Juga dikaitkan dengan ayat-ayat di dalam kitab suci agama perihal kerusakan lingkungan semisal Surat Ar Ruum ayat 41.

Struktur

Ekoteologi lebih bersifat preventif daripada kuratif. Mencegah ketimbang mengobati (restorasi). Perbaikan atau restorasi tidak akan optimal tanpa peran pemerintah dalam hal pelaksanaan, pengawasan dan pendanaan. Memang restorasi bisa saja dilaksanakan oleh ormas, parpol, kampus, bahkan oleh individu seperti Mak Eroh dan para penerima hadiah Kalpataru. Tetapi hasilnya tidak sinambung. Biaya, ilmu dan teknologi, serta keamanan menjadi kendala.

Hanya gerakan resmi pemerintah saja seperti ekoteologi Kemenag yang berpeluang besar pada keberhasilan restorasi. Ada peraturan dan ada penegakan hukum. Sudah banyak ada undang-undang dan peraturan daerah. Sudah banyak kasus hukum disidangkan di pengadilan. Tetapi penegakan hukum lingkungan belum sepenuhnya terwujud. Belum muncul efek jera. Pelanggaran hukum dan kerusakan lingkungan terus terjadi. Banjir Sumatera menjadi hantaman upper-cut yang menimbulkan knock-out (KO).

Pendekatan stuktur berbasis peraturan pemerintah tersebut akan optimal apabila harmonis dengan kultur kearifan lokal seperti slogan mipit kudu amit jeung ngala kudu menta: memungut, meramu, mengubah, memanfaatkan alam harus meminta izin kepada pemerintah berdasarkan hukum positif. Aspek legal yang jujur. Bukan aspek legal yang ugal-ugalan. Selama ini pembangunan (baca: penebangan pepohonan di hutan) kurang menghargai kultur kearifan lokal. Hutan pamali justru oleh pemerintah diberi izin penebangan. Lahan pamali justru dibangun untuk komersial. Akibatnya terjadi rebutan membangun permukiman dan kawasan komersial di lahan kritis. Bahkan sampai ke lahan curam (catang ronggeng), sempadan sungai, empang, dan situ habis dijadikan daratan.

Agar program ekoteologi Kementerian Agama berhasil maka harus ada senyawa antara pendekatan kultur dan struktur sehingga ekosistem bisa diperbaiki sedikit demi sedikit sampai akhirnya pulih atau mencapai batas maksimal yang mampu diperbaiki. Semua ekosistem bisa dipulihkan asalkan optimal dalam memanfaatkan kearifan lokal agamis yang disertai kajian ilmiah dan bersanding harmonis dengan pendekatan struktural yang sesuai dengan prinsip konservasi dan restorasi ekosistem.

Apabila kalangan pemerhati lingkungan, penyelamat  fungsi lingkungan, pembela kelestarian fungsi lingkungan disebut Wahabi Lingkungan, maka berkatalah dengan bangga bahwa kami adalah Wahabi Lingkungan! (Gede H. Cahyana, Teknik Lingkungan UKRI)*

ReadMore »

5 Desember 2025

Banjir Bandang Menjernihkan Air Danau Singkarak

Banjir Bandang Menjernihkan Air Danau Singkarak

Bencana besar akibat banjir bandang dan tanah longsor di Provinsi D. I. Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat  dipicu oleh hujan yang sangat tinggi intensitasnya. Intensitas hujan yang jauh di atas rata-rata ini diakibatkan oleh terbentuknya siklon yang disebut Cyclone Senyar. Kemudian diperparah oleh kondisi hutan, kelabilan lereng, dan prasarana drainase, sengkedan, irigasi, sampah dari manusia dan dari alam sekitarnya. 

Di tengah berita evakuasi yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat, beredar video yang memperlihatkan air Danau Singkarak menjadi jernih daripada biasanya. Fenomena alam tersebut menarik perhatian karena terjadinya tiba-tiba setelah banjir. Sehari-hari sebelum banjir, air Danau Singkarak tidak sejernih pascabanjir bandang. Kekeruhannya bisa diukur dengan alat turbidimeter. Peristiwa ini bisa dijelaskan sebagai berikut.

Danau adalah badan air permukaan seperti sungai, waduk, embung, estuarium, laut. Tetapi air danau lebih jernih dibandingkan dengan air sungai karena sudah terjadi sedimentasi. Penyebab kekeruhan adalah zat padat (solid). Solid dikelompokkan menjadi empat. Tetapi hanya tiga yang dibahas di sini karena berkaitan langsung dengan fenomena penjernihan air danau. 

(1) Coarse solid atau padatan besar/kasar. Apabila airnya relatif diam maka padatan besar/kasar ini mampu mengendap. Tetapi di sungai padatan ini ikut mengalir bersama aliran air sehingga air tampak keruh. Sedangkan di danau hampir semua padatan kasar ini berada di dasar danau kecuali ada golakan air yang turbulen sehingga menimbulkan resuspensi. 

(2) Suspended solid (SS) atau padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi ini melayang-layang di dalam air karena ukuran dan beratnya tidak cukup untuk mengendap ke dasar sungai atau danau. SS ini dapat dipisahkan dari air apabila di dalam air terbentuk flok (chemical flocc). 

(3) Colloidal atau koloid. Padatan ini bermuatan negatif sehingga stabil dan melayang-layang di dalam air danau atau air sungai. Makin banyak koloid di dalam air maka airnya akan keruh dan lama keruhnya atau bahkan hampir tidak bisa dijernihkan dengan cara dibiarkan berbulan-bulan atau bertahun-tahun. 

Koloid adalah padatan yang menjadi sebab utama terjadinya air keruh menjadi jernih. Bisa dikatakan sebagai trigger, pencetus, pemicu proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi. Air hujan yang jatuh di gunung membawa semua material yang dilewatinya. Saking kuatnya energi potensial yang dimiliki air hujan maka butiran air mampu menggemburkan lapisan tanah dan bahkan mengakibatkan longsor. Longsoran ini berisi beragam jenis ion khususnya kation aluminum, kation besi, kation kalsium, magnesium, dan lain-lain. Aliran air yang cepat menyebabkan pengadukan cepat dan kuat. Peristiwa ini mengakibatkan kation-kation tersebut tersebar ke seluruh bagian air. Ini disebut proses koagulasi.

Bersama dengan aliran air ke elevasi tanah yang lebih rendah maka proses kimia berlanjut menjadi flokulasi. Kation aluminum dan besi menghasilkan ukuran butiran flok yang makin besar. Semua koloid berubah menjadi mikroflok saking banyaknya kation yang masuk ke Danau Singkarak. Proses koagulasi dan flokulasi juga terjadi selama air mengalir dari gunung ke arah Danau Singkarak. Proses ini juga masih bisa terjadi di dalam danau karena airnya bergolak. Flok yang terbentuk terus membesar sehingga beratnya mampu melebihi gaya apung dan gerakan aliran air yang mengakibatkan flok mengendap. Karena endapan inilah maka air yang di bagian atas dasar danau atau dasar sungai menjadi jernih.

Fenomena tersebut diperkuat oleh kehadiran kation kalsium atau kapur. Air hujan yang melewati formasi batu kapur (limestone, gamping) dapat menguatkan proses koagulasi-flokulasi karena derajat keasaman-kebasaan (pH) naik. Air banjir kemudian menjadi basa (pH melebihi 7,0). Kalsium juga berperan sebagai koagulan divalen (bivalen) meskipun tidak sekuat koagulan trivalen (alum dan besi). Tahap reaksi yang terjadi diberikan dalam format gambar-gambar (Jpg) di bawah ini.


Demikian fenomena yang mungkin terjadi di alam. Tentu saja proses penjernihan air Danau Singkarak bisa melibatkan beragam kejadian fisika, kimia, biogeokimia, dan biologi. Pendapat ini hanyalah satu di antara beberapa pendapat yang ada.* 
ReadMore »

30 November 2025

Bandar Air Jakarta

Bandar Air Jakarta

Gede H. Cahyana

Dosen Teknik Lingkungan Universitas Kebangsaan RI

Hak asasi manusia atas air khususnya air minum wajib dipenuhi oleh pemerintah. Kewajiban tersebut akan mudah ditunaikan apabila tersedia sumber air baku. Tetapi menjadi sulit dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang tidak memiliki sumber air baku yang memenuhi kriteria kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas.

Jakarta adalah provinsi yang masuk kategori krisis sumber air baku. Merujuk pada informasi dari media massa bahwa 13 sungai, 76 anak sungai dan 108 embung di Jakarta tidak ada yang airnya layak digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum.

Pada saat ini PAM Jaya memperoleh air baku dari waduk Jatiluhur yang airnya dialirkan melalui kanal Tarum Barat atau Kalimalang. PAM Jaya juga membeli air olahan dari BUMD AM Kabupaten Tangerang. Adapun sumber air baku internalnya adalah Sungai Ciliwung. Meskipun tercemar, air Sungai Ciliwung masih digunakan sebagai air baku. Jumlah total air olahan PAM Jaya pada Juni 2025 adalah 22.651 liter per detik (l/d). Proyeksi kebutuhan air minum penduduk Jakarta tahun 2030 adalah 32.950 l/d.

Untuk mencapai 100% pelayanan pada tahun 2030 tersebut PAM Jaya memerlukan tambahan air minum sebesar 10.299 l/d. Tambahan kebutuhan air tersebut akan membesar apabila dihitung juga kehilangan airnya. Asumsi kehilangan air adalah 40% sehingga air baku yang dibutuhkan menjadi 17.165 l/d. Angka ini hampir setara dengan air yang dialirkan dari waduk Jatiluhur sebesar 18.000 l/d. Adakah badan-badan air di Jabodetabek yang mampu memenuhi kebutuhan air tambahan tersebut? Pada saat ini, tidak ada. Tetapi pada masa yang akan datang bisa ada apabila dapat diwujudkan satu dari tiga opsi sumber air baku berikut ini.

Opsi Sumber Air

Kondisi air sungai di Jakarta dan umumnya kota-kota di Indonesia adalah too much, too little, too dirt, too turbid (air berlimpah, sulit air, air bersampah - berlimbah atau air berlumpur). Pada musim hujan kebanjiran dan pada musim kemarau kekeringan.

Dengan analisis sederhana bisa dibuat tiga opsi sumber air untuk Jakarta pada masa depan. Opsi yang paling layak bisa ditetapkan dengan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, treaths) berkaitan dengan aspek sosial, budaya, tenaga kerja, teknologi pengolahan, biaya konstruksi, biaya operasi - pemeliharaan, pembayaran utang dan bunganya, dll.

Opsi pertama adalah sumber air baku berasal dari luar Jakarta seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, Purwakarta dengan cara membuat waduk untuk kepentingan warga setempat dan penduduk Jakarta. Diperlukan kesepakatan dan kesepahaman kerja sama yang saling menguntungkan warga dua pemerintah daerah. Ketersediaan lahan di luar Jakarta masih memungkinkan dan air waduk bisa mengalir secara gravitasi menggunakan kanal atau pipa ke IPAM di Jakarta.

Opsi kedua adalah pembuatan waduk atau embung di beberapa lokasi di Jakarta. Sumber air yang mengisi waduk harus ajeg sepanjang tahun. Sumber utama airnya adalah air hujan sehingga perlu dikampanyekan lagi panen air hujan di rumah, kantor, sekolah, masjid, gereja, pura, taman kelurahan dan daerah komersial. Perlu juga ditambah dengan drainase vertikal misalnya implementasi Ce Teau di lokasi yang memungkinkan.

Tindakan selanjutnya adalah mengurangi debit air limbah kakus yang dibuang langsung ke selokan atau sungai dengan menambah jaringan pipa air limbah (sewerage) dan IPAL. Lima kota administrasi di Jakarta sebaiknya memiliki sewerage dan IPAL. Apabila kualitas efluen air limbah domestik dan industri memenuhi baku mutu maka kualitas air sungai dan waduk bisa dijadikan air baku untuk air minum.

Waduk di beberapa lokasi tersebut akan diikuti oleh desentralisasi SPAM. Biaya konstruksinya lebih mahal tetapi biaya operasi dan pemeliharaan instalasi dan pipanya akan lebih murah. Kesetimbangan tekanan air di daerah pelayanan juga mudah dicapai sehingga semua pelanggan merasakan keadilan pasokan air. Lokasi sebaran SPAM ini berpatokan pada lokasi sumber air baku dan jaringan pipa eksisting agar pipa baru terkoneksi dengan pipa lama. Apabila diperlukan, pipa lama bisa dipotong (ditutup aliran airnya) untuk mengatur debit dan tekanan air. Simulasi ini bisa dilakukan dengan Epanet.

Opsi ketiga adalah opsi pamungkas yang paling mahal biayanya tetapi menuntaskan masalah ketersediaan sumber air, yaitu pembuatan Bandar Air di Teluk Jakarta. Bandar Jakarta adalah lagu yang berkisah tentang pelabuhan di Teluk Jakarta. Selain bermakna pelabuhan, bandar juga bermakna saluran, selokan, atau badan air. Dalam konteks badan air (water body) inilah kata bandar digunakan untuk badan air artifisial di Teluk Jakarta. Opsi ketiga ini sudah ada contohnya, yaitu SPAM Duriangkang di Batam. Tetapi ada bedanya, yaitu potensi pasokan air tawar di Jakarta jauh lebih besar daripada waduk Duriangkang karena meliputi Jabodetabek.

Air laut yang mengisi Bandar Air Jakarta akan menjadi payau karena bercampur dengan air tawar yang mengalir terus menerus. Mekanisme aliran airnya bisa diatur dengan pemasangan pintu-pintu air di lokasi tertentu pada tanggul laut (sea wall). Air laut yang masuk akan bercampur dengan air tawar dan ada saatnya kelebihan air perlu dipompa ke laut. Cara ini bisa berdampak pada kenaikan muka air sungai di Jakarta sehingga perlu pengaturan permukiman di bantaran sungai atau warga direlokasi ke daerah lain. Kapasitas storasi Bandar Air ini sangat besar bergantung pada setting ketinggian pintu airnya. Air limpahan (overflow) bisa mengalir secara gravitasi ke laut atau dipompa menggunakan kincir angin seperti lahan polder di Belanda atau pompa listrik.

Pengolahan dan Distribusi

Opsi Bandar Air akan menimbulkan tantangan berikutnya, yaitu pengolahan air baku yang kualitasnya seperti air limbah dan air payau. Tetapi contohnya sudah ada, yaitu Newater di Singapura. Perlu modifikasi unit proses operasi untuk menghilangkan pencemar dan kadar garamnya. Pengolahan konvensional dilengkapi dengan disinfeksi ganda menggunakan klor dioksida, bukan kaporit, untuk mereduksi zat kimia trihalomethane. Kemudian diolah dengan ozon dan dilengkapi dengan pengolahan by-product ozon, yaitu bromat (zat penyebab kanker). Tahap akhir pengolahannya adalah multistage flash evaporator atau membran sehingga airnya siap diminum.

Selanjutnya adalah mengalirkan air minum menggunakan pipa transmisi ke selatan, barat, dan timur Jakarta. Perlu dibangun beberapa jalur pipa transmisi menuju reservoir utama di zone distribusi. Pengaliran air ke pelanggan bisa secara gravitasi dengan membangun elevated tank di lokasi yang memungkinkan atau dengan pemompaan. Pola desentralisasi ini, sudah disebut di atas, memudahkan pengaturan kesetimbangan tekanan air di lokasi terjauh daerah pelayanan. Deteksi kebocoran dan perbaikan pipa bocor dapat dilakukan pada segmen terbatas sehingga pelanggan lain masih memperoleh air tanpa gangguan.

Disimpulkan bahwa Jakarta masih berpeluang memiliki sumber air baku dengan memilih satu dari tiga opsi tersebut. Opsi yang sumber airnya tak terbatas adalah Bandar Air Jakarta. *

ReadMore »

29 Oktober 2025

Septic Tank Komunal di Jakarta

Septic Tank Komunal di Jakarta

Gede H Cahyana

Dosen Teknik Lingkungan Universitas Kebangsaan RI

Buang air besar sembarang (BABS) masih dilakukan oleh 850 kepala keluarga di DKI Jakarta. Oleh sebab itu, pemerintah Jakarta akan membangun septic tank komunal. Apakah septic tank komunal berbeda dengan septic tank pribadi? Bagaimana ragam cara (teknologi) pembuangan tinja? Faktor apa saja yang berpengaruh pada produksi biogas dari septic tank?

Cara Pembuangan

Sudah ribuan tahun manusia membuang hajat (feses, tinja) dengan caranya masing-masing. Mulai dari cara yang paling sederhana hingga teknologi yang saniter.

Cara pertama disebut trench latrine, yaitu menggali lubang sedalam 30 – 40 cm di permukaan tanah. Tanah galian digunakan kembali untuk mengurug feses. Cara ini masih ada di perdesaan. Juga dilakukan oleh suku nomaden. Cara kedua disebut bored hole latrine, yaitu membuat lubang kecil di tanah berukuran 50 – 60 cm sedalam 1 – 1,5 m. Di bagian atas dibuatkan pijakan dan penutup. Cara ini bersifat sementara, biasanya dibuat di daerah bencana.

Cara ketiga disebut bucket latrine atau pail closet. Feses diwadahi ember kemudian dibuang ke lokasi tertentu atau dijual. Cara ini diterapkan di Edo, Jepang dan sudah dibahas di Majalah Air Minum Edisi Agustus 2025. Praktik ini sekarang digunakan untuk orang sakit. Cara keempat disebut kakus gantung (overhung latrine). Banyak digunakan di perdesaan. Kakus berada di atas kolam, selokan, sungai, atau rawa.

Cara kelima disebut pit privy atau cubluk berdiameter 80 – 120 cm dan kedalaman 2,5 – 5 m. Penggunaan cubluk dihentikan apabila ketinggian lumpurnya 50 cm di bawah permukaan tanah. Cubluk kemudian diurug dengan tanah galian cubluk baru di sebelahnya. Setelah 10 – 12 bulan lumpur bisa digunakan untuk pupuk dan lubangnya digunakan lagi.

Cara keenam disebut aqua privy atau cubluk berair dengan kedalaman 1 – 2,5 m. Dibuat dengan diameter 80 – 120 cm di daerah yang dangkal muka air tanahnya. Cubluk ini selalu terendam air sehingga proses pembusukannya seperti pembuangan feses di sungai.

Cara ketujuh disebut goose-trine, yaitu kloset leher angsa. Dibuat genangan air sebagai perangkap (water seal) yang berfungsi mencegah bau busuk ke luar dan mencegah serangga masuk ke dalam cubluk. Letak cubluk bisa di bawah kloset, bisa juga beberapa meter di sebelahnya. Cara ini banyak dibuat oleh pengembang perumahan.

Cara kedelapan disebut septic tank. Di dalam septic tank terjadi dua proses, yaitu sedimentasi dan pembusukan. Dua fenomena ini bisa terjadi di dalam satu ruang seperti cara ketujuh tersebut. Cara satu ruang lumrah digunakan di Indonesia. Apabila lahannya cukup sebaiknya digunakan dua ruang. Bisa dilengkapi dengan ruang kaporit. Dengan demikian, septic tank yang higienis dan saniter memiliki tiga ruang: sedimentasi, degradasi (digestion) dan disinfeksi.

Septic Tank.

Merujuk pada artikel di MAM Edisi 111, Desember 2004, Septic Tank: Cikal IPAL Anaerob Modern, sejarah pengolahan air limbah anaerob dimulai pada tahun 1860 oleh Louis H. Mouras di Prancis. Pada tahun 1870 dibuat modifikasinya yang disebut Fosse Mouras tank. Namun istilah septic tank dimunculkan oleh Donald Cameron sebagai pemilik hak paten di Inggris pada tahun 1895. Hak patennya di Amerika Serikat diperoleh tahun 1899.

Selanjutnya timbul kontroversi hak paten oleh banyak pencipta modifikasi septic tank. Modifikasi ini berlangsung hingga sekarang tetapi tanpa konflik. Banyak orang membuat septic tank atas informasi dari mulut ke mulut. Tanpa perhitungan, tanpa rumus matematika. Bentuk dan ukuran dibuat berdasarkan kelaziman saja. Tidak mempertimbangkan proses fisika, biologi, dan kimia. Tidak memikirkan dampak zat kimia terhadap mikroba pengolah limbah. Zat kimia tertentu dapat menggagalkan produksi biogas.

Septic tank komunal tidak sekadar memperbesar ukuran septic tank pribadi. Perlu pertimbangan debit rata-rata air limbah, faktor puncak, frekuensi penyedotan lumpur (septage) dan proses biokimia. Crites dan Tchobanoglous (1998) merekomendasikan volume 1.500 – 2.000 gallon untuk tiga – empat kamar (3 – 5 orang) per rumah agar penyisihan BOD, TSS, oil-grease bisa maksimal dan meminimumkan frekuensi penyedotan lumpur.

Untuk septic tank komunal di lokasi padat penduduk (slum area), Crites dan Tchobanoglous mengutip rumus Bounds (1996). Persamaan empiris ini memberikan relasi antara debit rata-rata (Qav, gal/cap.day) dan faktor puncak (FP) seperti ditulis di Tabel 1. Faktor puncak berfungsi sebagai faktor keamanan (safety factor) desain dengan nilai 1,5. Dengan angka tersebut maka volume tangki yang diperlukan bervariasi antara 3,3 – 6,8 kali debit rata-rata (Qav) dan penyedotan lumpurnya setiap 2 – 5 tahun. Konversi dari satuan gallon ke satuan metrik adalah 1 gallon = 3,785 liter. Setelah diperoleh volumenya maka kebutuhan lahannya bisa dihitung.

Ketersediaan lahan berpengaruh pada ukuran dan jumlah septic tank yang dibangun. Apabila lahannya sempit sehingga tidak mungkin membangun satu unit besar maka bisa dibangun beberapa unit kecil dengan total volume yang sama. Bisa juga dibangun di bawah jalan di permukiman padat atau di bawah lapangan voli, basket atau lahan parkir. Lahan adalah masalah utama dalam pembangunan fasilitas umum di DKI Jakarta.

Tabel 1. Persamaan Volume Minimum Septic Tank Komunal

Interval Penyedotan, tahun

Volume, gallon

3

2,8Qav x PF

4

3,2Qav x PF

5

3,65Qav x PF

6

4,0Qav x PF

Sumber: Crites dan Tchobanoglous, 1998

Produksi Biogas

Biogas bisa dimanfaatkan apabila pasokan zat organiknya cukup dan kontinyu. Zat organik berasal dari tinja dan dinyatakan dengan angka BOD. Bappenas menyebutkan bahwa tinja orang Indonesia 125 – 250 gram/orang/hari. Angka lain dirilis oleh Kim Barrett dari Universitas California, yaitu 400 – 500 gram/orang/hari, terdiri atas 70% padat dan 30% air. Zat organik adalah sumber biogas dengan variasi komposisi CHON, CHONS, CHONSP atau C18H19O9N. Dari rumus kimia ini bisa dihitung potensi volume dan nilai kalor biogasnya.

Pembentukan biogas dipengaruhi oleh pH dan temperatur. Optimum pH antara 6,5 – 7,5 dan temperatur antara 20 – 45 derajat Celcius. Faktor penting lainnya adalah konsentrasi nutrien (unsur N dan P) dan kehadiran zat toksik seperti pembersih lantai (karbol, dll). Mikroba pembentuk biogas perlu diberi asupan mineral runut (trace mineral) seperti Fe, Co, Mn, Mo secara periodik. Menurut ahli proses anaerob R. E. Speece, mineral runut tersebut adalah cocktail injection (mineral salwa) yang ampuh dalam proses pengolahan. Fluktuasi debit dan BOD sebaiknya tidak melebihi 50% rata-rata untuk mencegah beban kejut (shock loading).

Keberhasilan septic tank komunal bergantung pada ketepatan desain, BOD, nutrien, mineral runut, pH, temperatur, zat kimia toksik. Produksi biogas dipengaruhi oleh konsorsium empat kelompok bakteri, yaitu hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis, dan metanogenesis. Kegagalan produksi biogas mayoritas terjadi karena kegagalan tahap metanogenesis yang diampu oleh archae methanothrix dan methanosarcina. *

ReadMore »

27 Oktober 2025

Aqua, Gubernur Jawa Barat, dan Sumber Air

Aqua, Gubernur Jawa Barat, dan Sumber Air

Berita kunjungan Gubernur Jawa Barat ke sumber air baku milik perusahaan air minum kemasan (Amik) bermerek Aqua banyak mendapatkan tanggapan. Masyarakat memberikan komentar dari beragama sudut pandang. Cenderung menuduh perusahaan Amik tersebut berbuat tidak benar berkaitan dengan klaimnya sebagai air pegunungan. Untuk meredakan suasana, pihak perusahaan yang diwakili oleh team ahlinya lantas bertemu Gubernur Dedi Mulyadi, merujuk pada video yang beredar.

                                            Sumber foto: Radar Bogor

Sumber Air

Ada tiga sumber air yang bisa dan biasa digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari. Kesatu, air hujan. Kedua, air tanah. Ketiga, air permukaan. Dari penjelasan team Aqua-Danone dapat diketahui bahwa ada tiga sumber air yang digunakan, yaitu air dari mata air sebagai sumber awal, kemudian air dari sumur sedalam 30 m dan dari air di kedalaman 100 m. Semuanya masuk ke dalam kelompok air tanah (ground water).

Gubernur Dedi Mulyadi bertanya, sumber air yang manakah yang paling tinggi (atau terbaik) kualitasnya? Team Aqua tidak menjelaskan secara gamblang to the point. Seharusnya bisa dijawab dengan mudah karena kualitas air baku dari ketiga sumber tersebut pasti sudah ada. Bahkan kualitas sumber air tersebut selayaknya dipantau atau dicek atau dianalisis di laboratorium berakreditasi secara rutin setiap enam bulan. Biayanya murah apalagi bagi perusahaan besar seperti Aqua. Karakteristik fisika, kimia, biologi (bakteriologi) sudah hal lumrah di dalam kualitas air baku. Semua konstituen di dalam tiga kelompok karakteristik tersebut bisa diuji di laboratorium bahkan bisa digunakan test kit yang banyak dijual.

Mengacu pada teknologi pengolahan air minum, sesungguhnya semua sumber air yang disebutkan oleh team Aqua di depan Gubernur Dedi Mulyadi bisa digunakan sebagai sumber air minum kemasan. Semuanya adalah air tanah. Hanya satu syaratnya, yaitu teknologi yang digunakan harus mampu menyisihkan semua konstituen yang melebihi baku mutu air minum. Sebaiknya Pak Gubernur juga mengunjungi Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM)-nya, mengecek jenis unit operasi dan unit proses yang digunakan dan konstituen apa saja yang disisihkan di dalam setiap unit operasi dan proses tersebut.

Perlu ditanyakan juga perihal operasi dan pemeliharaan (O-M) setiap unit operasi dan prosesnya, seperti jenis-jenis filter yang digunakan, ada berapa jenis filternya, setiap jenis ada berapa kali filtrasi, berapa lama waktu pencuciannya, apakah selalu diganti dengan media baru filter misalnya. Sebab, semua material filter memiliki waktu operasi (life time) tertentu (terbatas). Ada saatnya sebuah filter perlu dicuci atau bahkan dibuang, diganti dengan yang baru. Teknologi membran misalnya, apakah menggunakan reverse osmosis atau hanya mikrofiltrasi? Bisa juga ultrafiltrasi atau nanofiltrasi. Perbedaan bahan membran akan menghasilkan air yang berbeda juga kualitasnya.

Pengolahan Air

Semua air di planet Bumi ini bisa dijadikan air minum. Maka, air hujan, bahkan bisa langsung diminum dengan syarat sebagai berikut. Hujan deras yang sudah jatuh sekitar sepuluh menit dapat ditampung airnya, harus langsung ditampung dari langit, tidak yang jatuh di atap rumah (gedung). Apabila mikroplastik tidak mencapai ketinggian awan hujan maka air hujan tersebut sudah layak diminum. Polutan udara seperti mikroplastik, debu, partikulat, gas CO2, SOx. NOx akan ikut jatuh bersama air hujan.

Demikian juga air tanah, baik dari mata air artesis (spring) maupun air sumur bor dari akifer tertekan (confined aquifer). Apabila daerah tangsap (tangkap dan resap) di gunung, bukit atau pegunungan & perbukitan dalam kondisi baik, berhutan lebat tanpa ada ladang dan sawah maka airnya akan berkualitas baik. Tetapi akan buruk kualitas air bakunya apabila sudah ada aktivitas atau budidaya seperti pertanian, perkebunan, peternakan. Terlebih lagi sudah ada permukiman, akan bertambah buruk kualitas airnya. Ini sebabnya, pemerintah harus melindungi, tidak boleh alih fungsi lahan hutan di perbukitan, pegunungan karena lokasi tersebut adalah sumber air penduduk.

Merujuk pada pertemuan antara Gubernur Dedi Mulyadi dan team Aqua maka dapat disimpulkan bahwa iklan yang disebarkan ke masyarakat oleh Aqua tidak sama 100% dengan kondisi sumber air yang mereka iklankan. Aqua sebaiknya mengubah kalimat yang diterakan di kemasan airnya. Mungkin hal serupa terjadi juga pada air minum kemasan (Amik) dari merek-merek lainnya. Ada ratusan merek air minum kemasan, khususnya kemasan kecil (cup, isinya 200 – 300 ml). Belum lagi air minum kemasan ulang (Amiku) atau yang biasa disebut depot air isi ulang. Depot air minum isi ulang jauh lebih banyak bermasalah, berkaitan dengan teknologi yang digunakan dan O-M yang berpengaruh pada kualitas air olahannya. Sepatutnya semua depot memeriksakan kualitas air baku dan air olahannya setiap enam bulan sekali.

Sungguh, kunjungan Gubernur Dedi Mulyadi patut diapresiasi. Namun yang lebih penting lagi adalah tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh semua perusahaan Amik dan juga Amiku agar air yang diminum oleh masyarakat tidak menimbulkan dampak buruk pada kesehatannya. Tanpa tindak lanjut, hanya sebatas sidak dan pertemuan klarifikasi saja, tanpa perbaikan, maka momentum itu menjadi sia-sia tanpa manfaat. Hanya sekadar berita yang ramai saja.

Air Limbah

Air limbah pun sesungguhnya bisa diolah menjadi air minum. Hanya saja, ada aspek fikih dan aspek perasaan manusia yang menolak penggunaan air limbah sebagai air minum. Namun patut diketahui bahwa air sungai yang digunakan sebagai air baku oleh PDAM (BUMD AM) ada yang sudah bercampur dengan air limbah. Penduduk Bandung yang membuang air limbah kakus ke sungai akan mengalir menuju waduk Saguling, lalu ke Cirata, kemudian ke Jatiluhur. Begitu juga air limbah penduduk di tepi semua sungai yang lain, akan mengalir menuju Jatiluhur. Air waduk ini sekitar 18.000 liter per detik dialirkan ke selokan, yaitu Kalimalang menuju pengolahan air milik PAM Jaya, Jakarta.

Air PDAM (BUMD AM) dapat dijadikan air seperti merek Aqua tersebut dengan cara pengolahan menggunakan teknologi membran. Hanya saja, tidak semua orang mau minum air olahan yang seperti ini. Padahal kualitasnya sama dengan air minum yang berasal dari air hujan yang langsung ditampung dari angkasa, sama juga dengan air minum olahan merek Aqua yang airnya berasal dari sumur bor 100 m atau dari mata air artesis (spring). Newater di Singapura adalah IPAM yang mengolah campuran air tawar - air limbah yang diolah menjadi air minum. Kalau mereka bisa, tentu orang Indonesia juga, sepatutnyalah, bisa.

Informasi tentang pengolahan air lainnya tersedia di folder folder di blog spot Gede H. Cahyana.*

ReadMore »

24 Agustus 2025

Sertifikat K3, KPK, dan Sertifikasi

Sertifikat K3, KPK, dan Sertifikasi

Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Tenaga Kerja) Immanuel Ebenezer Gerungan ditangkap oleh KPK. Kasus yang membelitnya berkaitan dengan biaya sertifikasi K3. Biaya resminya adalah Rp275.000 menjadi sekitar Rp6.000.000. Ini biaya untuk satu sertifikat. Menurut berita, pemerasan atau pemalakan tersebut sudah berlangsung sejak tahun 2019.


Sekarang memang zaman sertifikat dan sertifikasi. Di Kementerian Pendidikan Tinggi dan Saintek dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah juga ada sertifikasi. Dosen sebagai contoh. Kewajiban dosen memiliki sertifikat sudah dimulai pada tahun 2008. Guru juga perlu sertifikat. Ada PLPG atau sekarang PPG misalnya. Proses mendapatkan sertifikat itu berliku. Sejumlah prasyarat wajib dilalui dan membutuhkan biaya. Misalnya, pelatihan Pekerti dan Applied Approach, kemampuan akademik, dan pelatihan lainnya.

Sertifikat lainnya adalah sertifikat untuk bekerja sebagai tenaga ahli. Di Kementerian Pekerjaan Umum misalnya. Sebagai contoh adalah SKA: sertifikat keahlian asosiasi. Sarjana teknik yang akan bekerja di bidang tertentu wajib memiliki sertifikat. Di sini dicontohkan sarjana teknik lingkungan. Ada SKA Ahli Teknik Lingkungan, ada SKA Ahli Teknik Sanitasi dan Limbah. Ada SKA Ahli Teknik Air Minum. Sesungguhnya pembagian SKA Teknik Lingkungan menjadi tiga seperti tersebut perlu dipertimbangkan lagi. Sebab, semua mahasiswa Teknik Lingkungan pasti belajar tentang air minum, sanitasi dan limbah. Belum dipisahkan secara tegas di masa kuliah.

Hal tersebut berbeda dengan sarjana teknik sipil. Pemisahan sudah sejak awal dilakukan pada waktu kuliah. Misalnya, ada mahasiswa yang cenderung pada keahlian sumber daya air, ada yang berminat pada keahlian struktur, geoteknik, dll. Seorang lulusan sumber daya air menjadi ahli di bidang SDA ini. Yang lulusan struktur juga ahli di bidangnya. Demikian juga di Teknik Mesin. Sejak awal ada pemisahan secara eksplisit misalnya ahli metalurgi, ahli mesin produksi, ahli pesawat, dll.

Begitu juga orang yang bekerja di laboratorium. Seseorang perlu memiliki sertifikat tertentu untuk bekerja di subbidang tertentu di sebuah laboratorium. Orang ini tidak bisa pindah ke subbidang lainnya meskipun berada di dalam laboratorium yang sama. Agar bisa pindah di subbidang lainnya maka harus memiliki sertifikat. Banyak sertifikat. Artinya, harus mengeluarkan biaya lagi untuk mendapatkan sertifikatnya.

Tentu saja sertifikat itu penting, sangat penting, karena menjadi tolok ukur kemampuan bekerja. Minimal memiliki pengetahuan di bidangnya. Memiliki keterampilan (skill). Ini diperlukan agar memenuhi kaidah the right people on the right place (job). Demi kesehatan dan keselamatan kerja. Seperti halnya ijazah. Semua orang yang ingin bekerja di bidang tertentu di Indonesia umumnya wajib memiliki ijazah. Ijazah ini juga sejenis sertifikat.

Bagaimana agar sertifikasi tersebut tepat sasaran, tepat guna, berdaya guna dan berhasil guna? Hendaklah pihak berwenang/pemerintah dan asosiasi profesi menahan diri dari perbuatan mengada-adakan ragam-ragam sertifikasi demi potensi penghasilan (uang) dari para calon tenaga kerja. Apabila sebuah keilmuan bisa dilaksanakan oleh satu SKA saja maka tidak perlu dipaksakan dibuat dua atau lebih SKA.

Sebagai contoh, sebuah pekerjaan IPLT misalnya, sepatutnya orang yang hanya memiliki SKA Teknik Lingkungan diperbolehkan ikut tender. Tidak harus yang hanya memiliki SKA Sanitasi dan Limbah. Karena sesungguhnya sarjana Teknik Lingkungan secara umum pasti memiliki ilmu dan pengetahun tentang sanitasi, limbah, dan air minum. Betapa berat biayanya bagi sarjana Teknik Lingkungan yang bekerja di konsultan karena harus memiliki tiga SKA dan harus diperpanjang lagi dan membayar lagi setiap lima tahun. Per satu SKA mencapai 3,5 juta rupiah. Harganya berbeda, apakah Ahli Muda, Ahli Madya, Ahli Utama.

Begitu juga di kementerian lainnya dan bidang-bidang lainnya yang jumlahnya ratusan jenis sertifikasi. Memang negara mendapatkan income sebagai sumber APBN tetapi hendaklah tidak memberatkan rakyatnya. Bukankah negara ini didirikan oleh rakyat, diperjuangkan oleh rakyat, direbut dari penjajah Belanda, Inggris, Portugis, Jepang.

Mari kita saling menyayangi antara anak bangsa, sesama bangsa Indonesia. Hindari exploitation de l'homme par l'homme. *

ReadMore »

23 Agustus 2025

Pengelolaan Air Limbah Domestik Tantangan dan Peluang

Pengelolaan Air Limbah Domestik: Tantangan dan Peluang

Oleh Gede H. Cahyana

Dosen Teknik Lingkungan Universitas Kebangsaan RI

Kapasitas sedia (idle capacity) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Indonesia adalah 89%. Kapasitas sedia Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik adalah 51%. Data tersebut merujuk pada program hibah sanitasi 2023 Kementerian PPN/Bappenas. Dengan kata lain, hanya 11% kapasitas IPLT dan 49% kapasitas IPAL domestik yang sudah dimanfaatkan.

Data lain menyatakan bahwa akses sanitasi layak pada akhir 2023 adalah 82,36% (Bappenas, 2024). Sedangkan akses sanitasi aman 10,25% (BPS, 2024). Target RPJMN sanitasi layak tahun 2030 adalah 100% dan sanitasi aman 53,7%. Disebut aman (safely managed) apabila sudah menggunakan alat plambing kloset leher angsa, tangki septik yang rutin disedot kemudian diolah di IPLT atau kloset yang bersambung ke pipa riol menuju IPAL.

Analisis data kapasitas sedia IPLT dan IPAL dengan akses sanitasi aman menyimpulkan bahwa persentase riil sanitasi aman sesungguhnya lebih kecil daripada 10,25%. Besarnya kapasitas sedia menjadi indikasi bahwa sedikit sekali rumah (gedung) yang menyedot tangki septiknya untuk diolah di IPLT. Atau periode riil penyedotannya jauh lebih lama daripada periode desainnya. Juga sedikit rumah (gedung) yang menyalurkan air limbahnya ke riol untuk diolah di IPAL. Kedua kondisi tersebut adalah tantangan untuk meningkatkan persentase layanan sanitasi aman.

Tantangan

Kapasitas sedia yang besar dan akses sanitasi aman yang kecil berkaitan dengan sejumlah sebab seperti kecermatan desain, karakteristik sosial, budaya, ekonomi masyarakat. Sebab-musabab ini adalah tantangan untuk dioptimalkan.

Sebab pertama, metode proyeksi jumlah penduduk tidak absah (valid) pada waktu mendesain IPLT atau IPAL. Hal ini terjadi karena variasi pertambahan jumlah penduduk duapuluh tahun terakhir tidak menghasilkan metode proyeksi yang tepat. Alternatif metode di antaranya adalah aritmetika, geometri, eksponensial, logaritmik, least square, decreasing rate of increase, logistic.

Sebab kedua, hanya sedikit tambahan pelanggan baru yang berhasil diraih. Masyarakat tidak berminat berlangganan koneksi air limbah karena merasa lebih murah menggunakan tangki septik. Masyarakat juga tidak rutin menyedot tangki septiknya sehingga mengurangi ritasi truk tinja ke IPLT. Juga karena masih ada rumah yang menggunakan pipa “bazoka” untuk membuang air limbah klosetnya ke sungai atau selokan.

Sebab ketiga, zone pelanggan potensial air limbah perpipaan sedikit sehingga tidak menguntungkan apabila dibangun jaringan riol. Zone potensial ini adalah kawasan perdagangan, perkantoran, wisata, hotel, dan perumahan (mewah). Bisa juga karena pelanggan potensial tersebar berjauhan sehingga pipa riolnya menjadi panjang dan mahal. Akibatnya, banyak pelanggan potensial tidak bisa dilayani.

Sebab keempat, pembangunan perumahan, perdagangan, perkantoran tidak selaras dengan RTRW dan tidak memperhatikan topografi. Lokasi IPAL haruslah di elevasi rendah di dekat sungai sedangkan lokasi IPLT bisa lebih fleksibel. Sebuah kota bisa memiliki lebih dari satu IPLT dan IPAL. Daerah yang relatif datar membutuhkan banyak pompa sehingga biaya pembangunan, operasional dan pemeliharaannya menjadi lebih mahal.

Sebab kelima, biaya pembangunan prasarana dan sarana air limbah domestik jauh lebih mahal dibandingkan dengan air minum per kapasitas yang sama. Selain pipa riolnya yang besar juga perlu bangunan seperti manhole, drop manhole, ventilator, terminal clean out, siphonage (sifon), bak gelontor, dll. Sebagai contoh, jembatan pipa air limbah harus diubah menjadi sifon apabila melintasi sungai atau rel kereta api.

Selain kapasitas aspek penting lainnya adalah kualitas air limbah. Kualitas memerlukan unit proses dan operasi yang tepat terutama untuk mengolah air limbah yang banyak berisi zat kimia untuk bebersih kamar mandi dan kloset. Mayoritas IPAL lebih fokus pada reduksi senyawa karbon yang diukur dengan angka BOD atau COD. Sedangkan pencemar nitrogen dan fosfat belum menjadi perhatian untuk diolah secara khusus.

Di tengah beratnya tantangan membangun dan mengelola air limbah domestik tentu ada peluang pemanfaatan hasil olahan IPLT dan IPAL.

Peluang

Dua singkatan IPLT dan IPAL menunjukkan bahwa ada dua jenis air limbah domestik. Acuannya adalah MCK (mandi, cuci, kakus). Air limbah mandi, wudhu, cuci tangan, piring, baju, beras dan sayur disebut air bekas-guna (grey water). Air limbah kakus dan air seni (urin atau air kencing) disebut air kotor (black water). Kedua jenis air limbah tersebut adalah peluang ekonomi.

Peluang bisa diperoleh dari tantangan dengan cara mempelajari ilmu, teknologi, dan pengalaman negara lain. Praktik mengubah limbah menjadi bernilai tambah sudah dilakukan. Waste for one is added value for another. Limbah kakus misalnya, merujuk pada buku Guidelines for the safe use of wastewater and excreta in agriculture and aquaculture, ditulis oleh Duncan Mara dan Sandy Cairncross (WHO, 1989) dapat dijadikan pupuk pertanian dan kolam ikan.

Pada masa Edo di Jepang (1600–1868) limbah kakus didaur ulang untuk pupuk padi dan sayur. Merujuk pada Night Soil in Edo: Ingenious Recycling of Human Waste oleh Eisuke Ishikawa (1998) ada 3K, yaitu kusai, kitanai, kitsui: stinky, dirty, severe atau bau, kotor, parah/berat yang menantang penduduk Edo. Jumlah penduduk Edo pada akhir abad ke-18 antara 1–1,2 juta orang. Setiap orang membuang 600 liter tinja/tahun sehingga menjadi 600.000 – 700.000 kiloliter/tahun atau setara dengan 70.000 truk berkapasitas 10 ton. Jual beli tinja di Edo berlangsung hingga akhir Perang Dunia II. Demikian juga di China, India, Meksiko, Tunisia, Guatemala, Amerika Serikat, dan Jerman.

Fakta tersebut sebagai informasi bahwa tinja sudah lama dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan, perikanan. Identifikasi masalah yang muncul adalah penyakit akibat bakteri dan cacing. Infeksi patogen bisa dikurangi apabila yang digunakan adalah lumpur olahan IPLT atau IPAL. Artinya, cara lama di Edo diubah dengan cara baru yang lebih higienis dan saniter.

Sepatutnya setiap kabupaten/kota memiliki IPLT dan IPAL dan menyiapkan organisasi pengelolanya. Sekarang ada 13,4% pemerintah daerah yang sudah memiliki lembaga layanan air limbah domestik dalam bentuk UPTD, PD atau BUMD. Yang sudah memiliki operator adalah DKI Jakarta, Kota Bandung, Kota Surakarta, Kota Denpasar dan kabupaten/kota lainnya. Sebagai contoh praktik baik adalah Perumda Paljaya di DKI Jakarta.

Paljaya rutin menambah peluang pendapatannya. Daerah layanannya diperluas ke kawasan perdagangan dan perkantoran. Paljaya sudah memiliki jaringan pipa riol dan IPAL Krukut dan Setiabudi. Paljaya juga menambah peluang pasarnya ke kawasan wisata Ancol. Dengan pelanggan hampir 500 tenant, Ancol bisa menjadi sumber pendapatan. IPAL Ancol khusus mengolah air limbah dari semua penyewa (tenant) dengan kapasitas 4.000 m3/hari. Praktik tersebut bisa diikuti oleh daerah lain dengan menyasar perdagangan, perkantoran dan daerah wisata.

Akhir kata, air dan sanitasi (sampah dan air limbah) adalah hak asasi manusia. Tidak hanya sebagai kewajiban, pemerintah daerah juga bisa memperoleh pupuk dari olahan IPLT dan IPAL. Sudah waktunya mengubah tantangan air limbah menjadi peluang ekonomi. Apakah pemerintah pusat dan daerah berminat menciptakan wirausaha sanitasi dan menaikkan citra lumpur olahan IPLT dan IPAL?

ReadMore »

8 Agustus 2025

Ambalat Daulat Rakyat

Ambalat Daulat Rakyat

Luasnya kurang lebih 15.235 km persegi. Letaknya di Laut Sulawesi. Beririsan dengan Sabah, Malaysia dan Indonesia (Kalimantan Timur). Lokasi ini memiliki sumber minyak dan gas bumi yang layak dan menguntungkan apabila ditambang. Dijual atau digunakan untuk rakyat Indonesia. 

Ambalat mencuat lagi. Berikut adalah tulisan yang terbit di koran Pikiran Rakyat. 

ReadMore »

26 Juli 2025

Tips Menulis Latar Belakang

Tips Menulis Latar Belakang

Menulis karya ilmiah semisal Tugas Akhir (TA) atau apapun istilahnya di berbagai perguruan tinggi tentu bermaksud dibaca oleh orang lain, selain untuk menyelesaikan kuliah. Pembacanya biasanya memiliki minat yang sama atau hampir sama dengan tema TA lantaran sedang menulis laporan ilmiah yang memerlukan rujukan penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu, penulisan TA harus informatif, mampu memberikan informasi kepada pembacanya dengan bahasa yang lugas, kalimat efektif, bermakna tunggal (tidak makna ganda, tidak multitafsir) dan sesuai dengan ejaan yang betul (Ejaan Yang Disempurnakan, EYD). Agar semua bagian karya ilmiah dibaca maka karya ilmiah harus menarik atau memberikan kontribusi khas untuk ilmu dan keperluan masyarakat sehingga dibaca beberapa kali agar semakin paham. 

Latar Belakang

Subbab ini berisi dinamika pikiran peneliti. Beragam pendapat, pertanyaan ada di dalam benaknya setelah membaca artikel (makalah) ilmiah atau ilmiah populer. Atau setelah melihat kejadian seperti pencemaran air sumur, bukit erosi dan longsor, tumpukan sampah plastik, keramik kotor karena air tanah meskipun sudah ada filter air, lumpur aktif mengolah air limbah pabrik minyak goreng, asap knalpot diolah dengan zat tertentu, dll. Dinamika pikiran tersebut lantas menimbulkan niat atau keinginan untuk melaksanakan penelitian. Ingin mencari jawaban atau solusi atas kejadian-kejadian tersebut. Hasil penelitian diharapkan bisa memberikan manfaat untuk ilmu dan manfaat praktis bagi masyarakat.

Peneliti harus yakin bahwa fenomena tersebut adalah masalah aktual dan relevan. Agar tahu bahwa masalah tersebut masih aktual maka peneliti harus membaca banyak artikel ilmiah dengan tema yang serupa atau sama. Aktual berarti belum usang (obsolete) karena ada hal-hal yang belum terjawab meskipun sudah banyak diteliti. Aktual dan relevan diperlukan karena harus ada manfaat ilmiah (teoretis) dan manfaat praktis yang dihasilkan. Namun demikian, boleh saja mengulang penelitian orang lain untuk membuktikan sesuatu yang dianggap tidak jelas, meragukan, ingin membuktikan sendiri, dll yang biasa disebut replikasi (replicate).

Bagaimana cara menuliskan dinamika pikiran tersebut di dalam Latar Belakang? Cara bertutur boleh berbeda. Setiap orang punya cara khas masing-masing. Tetapi konten yang perlu ditulis adalah sama, dijelaskan di bawah ini.

Di paragraf pertama Latar Belakang tulislah masalah utama (problem issue) yang menimbulkan minat untuk menelitinya. Tulislah bahwa tema penelitian tersebut sudah bermanfaat untuk masyarakat dan masih aktual. Bisa dengan cara mengutip manfaat dari artikel penelitian orang lain. Kutiplah misalnya lima artikel (makalah) penelitian orang lain yang berisi manfaat hasil penelitian dengan tema tersebut. Terutama bermanfaat untuk masyarakat karena sudah luas digunakan. Ini ditulis di paragraf pertama secara kronologis (urutan waktu) agar pembaca memiliki minat untuk membacanya lebih lanjut. Eye catching. Meskipun sudah luas diteliti dan digunakan, tulis juga bahwa masih ada hal-hal atau masalah lain yang perlu diteliti untuk menambah khazanah ilmu dan mudah-mudahan bermanfaat bagi masyarakat. Catatan, semua kutipan harus diparafrase, ditulis dengan kalimat sendiri. Tidak boleh copy-paste secara verbatim.

Bisa juga ditulis perihal kondisi terkini persampahan, penyediaan air minum (PAM) atau air limbah di sebuah kecamatan. Acuannya adalah laporan BPS atau Bappenas. Bisa juga dari peraturan Menteri PUPR, Menteri Kesehatan, atau peraturan daerah, dll. Begitu juga kondisi sanitasi, bisa bersumber dari laporan resmi pemerintah atau dari kutipan di koran yang melaporkan kondisi air minum atau sanitasi tersebut. Atau adanya bencana alam yang membutuhkan alat-alat filter portable yang mudah dipindah-pindahkan tetapi perlu diteliti media apa yang paling tepat digunakan, murah dan mudah dibuat.

Di paragraf selanjutnya, berkaitan dengan aktual dan relevan maka tulislah kutipan-kutipan dari penelitian yang bertema sama. Bisa dari dalam negeri, bagusnya lagi ada dari artikel berbahasa Inggris seperti yang terbit di jurnal yang diakui di seluruh dunia (misalnya sudah dindeks oleh Scopus, WoS). Tahun terbitnya juga perlu diperhatikan. Apakah tiga tahun terakhir atau lebih. Kalau tidak ada artikelnya, boleh lima tahun terakhir atau sepuluh atau tiga puluh tahun terakhir. Kalau tidak ada, berarti penelitian yang dilaksanakan ini berpeluang menjadi penelitian baru dengan temuan baru (novelty). Meskipun, ini menurut orang bijak bestari, tidak ada yang baru 100% di kolong langit ini. Semuanya berasal dari temuan-temuan sebelumnya yang berubah sedikit demi sedikit selama ribuan tahun.

Paragraf selanjutnya adalah tulisan tentang “masih ada masalah” yang perlu diteliti. Meskipun sudah banyak penelitian di dalam tema yang sama, selalu ada saja celah untuk meneliti aspek lainnya. Misalnya, penelitian tentang slow sand filter, sudah banyak jenis media filter yang diteliti: pasir silika, pasir laut, pasir sungai, pasir urug, antrasit, garnet, pelet plastik, dll. Apabila peneliti dapat menemukan media yang belum diteliti, baik media alami maupun sintetis, ini juga masih bisa dijadikan penelitian baru. Ada kebaruan (novelty). Demikian juga variasi ketinggian media, diameter media, diameter alat filter (variasi berat atau volume media), variasi kecepatan, variasi pH, temperatur, dll. Usahakan masalah-masalah yang masih ada dan akan diteliti ini ditulis di Latar Belakang dan akan dibuatkan kalimat per-tanya-an di subbab Rumusan Masalah dan kalimat per-nyata-an di subbab Tujuan Penelitian.

Setelah menuliskan sejumlah masalah tersebut maka tulislah apa yang akan dilakukan. Apa agenda penelitiannya. Misalnya, metode apa yang akan digunakan untuk memperoleh solusi atas masalah tersebut. Ditulis satu atau dua kalimat saja. Lengkapnya ditulis di bab Metodologi di laporan TA atau di Alat - Bahan dan Metode (Materials and Methods) di artikel jurnal ilmiah. Tulisan di TA lebih lengkap (perinci) daripada di jurnal ilmiah. Oleh sebab itu, laporan TA yang akan diubah menjadi artikel ilmiah harus dirombak mengikuti struktur artikel (makalah) ilmiah. Berbeda lagi apabila TA ditulis untuk pembaca majalah atau koran atau media online, formatnya berbeda. Bisa saja menulis untuk masyarakat awam (umum) ini lebih sulit karena tulisan harus renyah dibaca (artikel ilmiah populer) dan hanya 800 kata. Dewan redaksi majalah atau koran memiliki tatacara seleksinya, mana yang layak diterbitkan mana yang tidak.

Untuk menegaskan lagi pentingnya atau manfaat penelitian, boleh ditulis dalam satu kalimat saja tentang manfaat penelitian bagi masyarakat di akhir Latar Belakang. *

Tulisan tentang Latar Belakang TA atau artikel ilmiah bisa juga dibaca di beberapa link ini. 

https://gedehace.blogspot.com/2025/07/tips-menulis-latar-belakang.html

Menulis Laporan Tugas Akhir Teknik Lingkungan Universitas Kebangsaan | AirLimbahKu

Sekilas Cara Menulis Tugas Akhir | AirLimbahKu


ReadMore »