Oleh Gede H. Cahyana
Pembaca blog ini pasti tahu Cashflow Quadrant-nya Robert T. Kiyosaki.
Lewat empat kuadran
“intimidatifnya”, Cashflow Quadrant (CQ) telah
memanas-manasi orang untuk berbisnis, bukan menjadi pegawai negeri (sipil,
polisi, tentara), BUMN, BUMD atau swasta. Minimal berbisnis dalam ujud Self-employed (SE) jika belum mampu
menjadi Business Owner (BO). Lambat
laun SE mungkin saja berubah menjadi BO dan akhirnya menjadi Investor.
Dikaitkan dengan dunia tulis-menulis, saya pinjam
nama-nama kuadran dalam
CQ tersebut. Seperti
Kiyosaki yang yakin bahwa setiap orang
pasti berada pada minimal satu kwadran arus kasnya, saya pun yakin setiap orang
yang berkecimpung dalam dunia tulis-menulis minimal bermukim dalam satu Writing Quadrant (WQ). Setiap kuadran dalam Kuadran Kepenulisan itu mampu mencetak
penulis sukses, baik secara produktivitas, nilai-manfaat maupun finansial.
Produktivitas mengacu pada jumlah tulisan yang dihasilkan; nilai-manfaat
berhulu pada nilai guna secara moral; dan finansial berarti uang yang didapat
(royalti dan/atau laba).
Sebelum masuk ke WQ
ada satu catatan, yaitu dalam
tulisan ini tidak dibedakan
mana yang author (pengarang) dan mana
yang writer (penulis). Keduanya melebur
dalam satu kata, yaitu “writer”. Yang
pasti, keduanya menuangkan gagasan dalam ujud kata dan kalimat lewat tulisan
tangan, mesin tik atau beragam
jenis komputer kemudian
dirilis di berbagai media, baik cetak maupun elektronik, dilansir secara gratis
maupun berbayar, baik dari iklan maupun perklik. Saat ini, dunia (tulis)
memang tak seluas daun kelor, tetapi sesempit monitor komputer semacam tablet,
phablet, dll.
Berikut adalah
komponen kuadran dalam Writing
Quadrant.
1. Employee
Writer (Penulis Pegawai). Populasi kuadran ini sangat banyak atau kebanyakan orang yang
terlibat dalam tulis-menulis berada di kuadran ini.
Penghuninya mulai dari sekretaris dan pegawai administratif di kantor-kantor
pemerintah dan swasta. Mereka bertugas menulis surat, mengonsep proposal, atau
sekadar menuliskan agenda dan notulen rapat. Mereka bekerja sesuai perintah
atasannya sehingga tak terlalu banyak kreativitas yang dibutuhkan. Malah sering
hanya mengedit dan sesekali mengubah atau menuangkan ide sendiri dalam tulisannya.
Orang-orang di kuadran ini
digaji atas semua yang ditulisnya. Yang pegawai kantor biasanya dibayar berupa
gaji perbulan.
Para editor dan
penterjemah di perusahaan penerbitan termasuk kategori ini. Mereka lihai
menulis dan mengedit, bahkan pakar di bidangnya, tapi tetap saja mengikuti
suruhan atasannya atau timnya. Minimal tak bisa bebas sebebas kata hatinya. Tak
banyak kreativitas yang berkembang di sini. Wartawan koran, majalah dan tabloid
juga masuk ke kelompok Penulis Pegawai ini tapi mereka relatif lebih kreatif
ketimbang yang bekerja sebagai sekretaris, administratif atau editor saja. Semua
“jenis” penulis dalam kuadran ini dibayar
lantaran menulis sesuatu, baik honor per order maupun gaji perbulan.
2. Self-employed
Writer (Penulis Lepas). Penulis artikel di media massa masuk grup ini.
Mereka dapat uang atau honor setelah tulisannya dimuat atau setelah tuntas
menulis artikel, naskah pidato dan lain-lain, atau kelar menulis naskah buku
bagi seorang ghost-writer (penulis
tandem). Orang yang membuka jasa tutorial dalam penulisan skripsi, tesis, disertasi
dan laporan riset juga menjadi anggota kuadran ini. Honor
yang diterimanya paralel dengan jumlah order tulisannya. Makin terkenal sebagai
Penulis Lepas makin banyaklah ordernya, bahkan mampu memasang tarif perorder
tulisannya. Hanya saja makin tersita pula waktunya karena makin sibuk. Makin
banyak uang berarti makin sedikit waktu untuk sekadar jalan-jalan santai. Semua
waktunya dikerahkan untuk menulis demi memenuhi kewajiban ordernya. Orang-orang
di kelompok ini kebanyakan bekerja sendiri, semuanya dikerjakan sendiri. Mereka
sadar, tanpa menulis sama dengan tak punya uang.
3. Business
Owner Writer (Penulis Pebisnis). Pengisi kuadran ini menjalani semua lini
penulisan, pencetakan, dan penerbitan. Dia termasuk kalangan penulis berjiwa
pebisnis. Seratus persen sebagai penulis, juga 100% sebagai pebisnis. Produknya
banyak dan variatif seperti artikel, reportase, proposal dan buku-buku bermutu
sekaligus mampu menerbitkannya. Yang pasti, dia
tidak bekerja sendiri tapi minimal ada satu atau dua orang yang membantunya. Ada
orang yang digajinya untuk memperlancar proses penulisan, penerbitan dan
penjualan produknya. Hal ini
terjadi juga di dunia Facebook dengan Group dan Pages-nya dan di Twitter,
semacam film: Republik Twitter itu.
“Kehebatannya”, dia
bisa berjalan-jalan ke mana saja sambil terus menulis, lewat surat, fax, atau
e-mail dia menyuruh editor dan tim lainnya mewujudkan tulisannya menjadi buku,
reportase atau ujud lainnya. Bisnisnya tetap berputar sementara dia melanglang
buana. Dia mampu menata tulisannya sekaligus mengelola pegawainya sehingga
muncul tulisan, apapun jenis-ujudnya, yang mendatangkan laba buat perusahaan,
gaji untuk pegawainya plus royalti bagi dirinya. Luar biasa orang yang duduk di
kuadran ini. Dunia
kepenulisan menyebutnya self-publisher,
yaitu orang-orang yang mampu menulis dengan baik dan mampu pula memutar roda
bisnis tulisannya. Hanya saja, dan ini faktanya, tak semua bos penerbitan mampu
menulis. Banyak direktur penerbitan hanya berbekal modal mesin cetak atau modal
uang saja tanpa mampu menulis. Ribuan buku orang lain dicetak dan/atau
diterbitkannya tapi tak satu pun buku karyanya yang mengisi toko buku. Burukkah
orang ini? Tentu saja TIDAK! Mereka betul-betul pebisnis dalam arti harfiah dan
ini sesuai dengan jiwa entrepreneurship,
kepebisnisan, atau kewirausahaan dari sudut pandang Kiyosaki. Dia adalah
(calon) orang yang bebas finansial.
4. Investor
Writer (Penulis Investor). Inilah tahap akhir dari gradasi kepenulisan jika
kita konsisten meminjam makna Cashflow
Quadrant-nya Kiyosaki. Kita tak bakal mampu menduduki “singgasana” ini
tanpa melewati koadran
Penulis Pebisnis dulu. Setelah berada di kuadran ini,
orang sudah bisa bersantai-santai keliling daerah, keliling Indonesia, bahkan
keliling dunia tanpa bekerja tapi justru bukunyalah yang bekerja untuknya.
Dengan belasan atau puluhan buku yang ditulisnya apalagi kalau laris semua, dia
sudah menjadi orang yang bebas finansial. “Uang bekerja untuk Anda!” kata
Kiyosaki. Tapi di sini, “Buku bekerja untuk Anda!” Semua bukunya terus memberikan
royalti setiap bulan, bahkan mungkin sampai ke anak cucunya atau ahli warisnya.
Apalagi kalau dia tetap terus menulis, misalnya menuliskan kisah-kisah unik
perjalanan wisatanya maka dia bakal kian dikejar saja oleh uang atas penjualan
buku-buku khasnya. Dialah suhu-guru para penulis.
Akhir kata, mari menulis, apapun profesi
dan sekolah Anda, pastilah bisa menulis. Menulis di Twitter berupa microblogging,
silakan. Menulis di Facebook berupa milliblogging, silakan. Menulis macroblogging di blog atau website,
silakan.
Alangkah rugi
penangkap rusa yang rusanya tidak diikat. Ikatlah ilmu dengan tulisan. Jangan
mati sebelum menulis. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar