• L3
  • Email :
  • Search :

12 Januari 2013

Writing Quadrant, di Mana Posisi Anda sebagai Penulis

Writing Quadrant, di Mana Posisi Anda sebagai Penulis
Oleh Gede H. Cahyana

Pembaca blog ini pasti tahu Cashflow Quadrant-nya Robert T. Kiyosaki. Lewat empat kuadran “intimidatifnya”, Cashflow Quadrant (CQ) telah memanas-manasi orang untuk berbisnis, bukan menjadi pegawai negeri (sipil, polisi, tentara), BUMN, BUMD atau swasta. Minimal berbisnis dalam ujud Self-employed (SE) jika belum mampu menjadi Business Owner (BO). Lambat laun SE mungkin saja berubah menjadi BO dan akhirnya menjadi Investor.

Dikaitkan dengan dunia tulis-menulis, saya pinjam nama-nama kuadran dalam CQ tersebut. Seperti Kiyosaki yang yakin bahwa setiap orang pasti berada pada minimal satu kwadran arus kasnya, saya pun yakin setiap orang yang berkecimpung dalam dunia tulis-menulis minimal bermukim dalam satu Writing Quadrant (WQ). Setiap kuadran dalam Kuadran Kepenulisan itu mampu mencetak penulis sukses, baik secara produktivitas, nilai-manfaat maupun finansial. Produktivitas mengacu pada jumlah tulisan yang dihasilkan; nilai-manfaat berhulu pada nilai guna secara moral; dan finansial berarti uang yang didapat (royalti dan/atau laba).

Sebelum masuk ke WQ ada satu catatan, yaitu dalam tulisan ini tidak dibedakan mana yang author (pengarang) dan mana yang writer (penulis). Keduanya melebur dalam satu kata, yaitu “writer”. Yang pasti, keduanya menuangkan gagasan dalam ujud kata dan kalimat lewat tulisan tangan, mesin tik atau beragam jenis komputer kemudian dirilis di berbagai media, baik cetak maupun elektronik, dilansir secara gratis maupun berbayar, baik dari iklan maupun perklik. Saat ini, dunia (tulis) memang tak seluas daun kelor, tetapi sesempit monitor komputer semacam tablet, phablet, dll.

Berikut adalah komponen kuadran dalam Writing Quadrant.
1. Employee Writer (Penulis Pegawai). Populasi kuadran ini sangat banyak atau kebanyakan orang yang terlibat dalam tulis-menulis berada di kuadran ini. Penghuninya mulai dari sekretaris dan pegawai administratif di kantor-kantor pemerintah dan swasta. Mereka bertugas menulis surat, mengonsep proposal, atau sekadar menuliskan agenda dan notulen rapat. Mereka bekerja sesuai perintah atasannya sehingga tak terlalu banyak kreativitas yang dibutuhkan. Malah sering hanya mengedit dan sesekali mengubah atau menuangkan ide sendiri dalam tulisannya. Orang-orang di kuadran ini digaji atas semua yang ditulisnya. Yang pegawai kantor biasanya dibayar berupa gaji perbulan.

Para editor dan penterjemah di perusahaan penerbitan termasuk kategori ini. Mereka lihai menulis dan mengedit, bahkan pakar di bidangnya, tapi tetap saja mengikuti suruhan atasannya atau timnya. Minimal tak bisa bebas sebebas kata hatinya. Tak banyak kreativitas yang berkembang di sini. Wartawan koran, majalah dan tabloid juga masuk ke kelompok Penulis Pegawai ini tapi mereka relatif lebih kreatif ketimbang yang bekerja sebagai sekretaris, administratif atau editor saja. Semua “jenis” penulis dalam kuadran ini dibayar lantaran menulis sesuatu, baik honor per order maupun gaji perbulan.

2. Self-employed Writer (Penulis Lepas). Penulis artikel di media massa masuk grup ini. Mereka dapat uang atau honor setelah tulisannya dimuat atau setelah tuntas menulis artikel, naskah pidato dan lain-lain, atau kelar menulis naskah buku bagi seorang ghost-writer (penulis tandem). Orang yang membuka jasa tutorial dalam penulisan skripsi, tesis, disertasi dan laporan riset juga menjadi anggota kuadran ini. Honor yang diterimanya paralel dengan jumlah order tulisannya. Makin terkenal sebagai Penulis Lepas makin banyaklah ordernya, bahkan mampu memasang tarif perorder tulisannya. Hanya saja makin tersita pula waktunya karena makin sibuk. Makin banyak uang berarti makin sedikit waktu untuk sekadar jalan-jalan santai. Semua waktunya dikerahkan untuk menulis demi memenuhi kewajiban ordernya. Orang-orang di kelompok ini kebanyakan bekerja sendiri, semuanya dikerjakan sendiri. Mereka sadar, tanpa menulis sama dengan tak punya uang.

3. Business Owner Writer (Penulis Pebisnis). Pengisi kuadran ini menjalani semua lini penulisan, pencetakan, dan penerbitan. Dia termasuk kalangan penulis berjiwa pebisnis. Seratus persen sebagai penulis, juga 100% sebagai pebisnis. Produknya banyak dan variatif seperti artikel, reportase, proposal dan buku-buku bermutu sekaligus mampu menerbitkannya. Yang pasti, dia tidak bekerja sendiri tapi minimal ada satu atau dua orang yang membantunya. Ada orang yang digajinya untuk memperlancar proses penulisan, penerbitan dan penjualan produknya. Hal ini terjadi juga di dunia Facebook dengan Group dan Pages-nya dan di Twitter, semacam film: Republik Twitter itu.

“Kehebatannya”, dia bisa berjalan-jalan ke mana saja sambil terus menulis, lewat surat, fax, atau e-mail dia menyuruh editor dan tim lainnya mewujudkan tulisannya menjadi buku, reportase atau ujud lainnya. Bisnisnya tetap berputar sementara dia melanglang buana. Dia mampu menata tulisannya sekaligus mengelola pegawainya sehingga muncul tulisan, apapun jenis-ujudnya, yang mendatangkan laba buat perusahaan, gaji untuk pegawainya plus royalti bagi dirinya. Luar biasa orang yang duduk di kuadran ini. Dunia kepenulisan menyebutnya self-publisher, yaitu orang-orang yang mampu menulis dengan baik dan mampu pula memutar roda bisnis tulisannya. Hanya saja, dan ini faktanya, tak semua bos penerbitan mampu menulis. Banyak direktur penerbitan hanya berbekal modal mesin cetak atau modal uang saja tanpa mampu menulis. Ribuan buku orang lain dicetak dan/atau diterbitkannya tapi tak satu pun buku karyanya yang mengisi toko buku. Burukkah orang ini? Tentu saja TIDAK! Mereka betul-betul pebisnis dalam arti harfiah dan ini sesuai dengan jiwa entrepreneurship, kepebisnisan, atau kewirausahaan dari sudut pandang Kiyosaki. Dia adalah (calon) orang yang bebas finansial.

4. Investor Writer (Penulis Investor). Inilah tahap akhir dari gradasi kepenulisan jika kita konsisten meminjam makna Cashflow Quadrant-nya Kiyosaki. Kita tak bakal mampu menduduki “singgasana” ini tanpa melewati koadran Penulis Pebisnis dulu. Setelah berada di kuadran ini, orang sudah bisa bersantai-santai keliling daerah, keliling Indonesia, bahkan keliling dunia tanpa bekerja tapi justru bukunyalah yang bekerja untuknya. Dengan belasan atau puluhan buku yang ditulisnya apalagi kalau laris semua, dia sudah menjadi orang yang bebas finansial. “Uang bekerja untuk Anda!” kata Kiyosaki. Tapi di sini, “Buku bekerja untuk Anda!” Semua bukunya terus memberikan royalti setiap bulan, bahkan mungkin sampai ke anak cucunya atau ahli warisnya. Apalagi kalau dia tetap terus menulis, misalnya menuliskan kisah-kisah unik perjalanan wisatanya maka dia bakal kian dikejar saja oleh uang atas penjualan buku-buku khasnya. Dialah suhu-guru para penulis.

Akhir kata, mari menulis, apapun profesi dan sekolah Anda, pastilah bisa menulis. Menulis di Twitter berupa microblogging, silakan. Menulis di Facebook berupa milliblogging, silakan. Menulis macroblogging di blog atau website, silakan.

Alangkah rugi penangkap rusa yang rusanya tidak diikat. Ikatlah ilmu dengan tulisan. Jangan mati sebelum menulis. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar