Menjadi Musuh Bebuyutan yang Sinergis
Oleh Gede H. Cahyana
Namanya Alteromonas. Ia tinggal di perairan pantai sebuah pulau kecil,
tidak jauh dari ibukota. Sesuai dengan tupoksinya, ia memiliki tugas dan fungsi
khas di dalam kehidupan ekosistem. Di lokasi setempat juga hidup Vibrio harveyi yang tupoksinya juga
khas. Karena sudah turun-temurun, orang bilang sudah musuh bebuyutan, mereka
bersitegang secara berkala. Mirip suku-suku di Nusantara yang kerapkali
bakupanah, bakutombak, atau preman pasar dan parkir yang bakupukul, atau
Brimob-tentara yang bakutembak. Sporadis. Kadang-kadang sadis juga.
Namun sebetulnya, dua koloni bakteri
tersebut tidak seperti perilaku manusia dalam bersaing atau bermusuhan. Mereka
elegan. Jentelmen (gentleman). Alteromonas mampu membuat “senjata” pemusnah massal yang dapat
menghancurkan atau minimal menghambat pertumbuhan dan perkembangan Vibrio harveyi. Begitu pula sebaliknya.
Keduanya punya kekuatan rahasia yang sewaktu-waktu muncul dan mampu menangkal
serbuan musuh. Senjata produksi Alteromonas,
dengan bantuan radarnya, otomatis aktif apabila populasi Vibrio harveyi melebih batas kepatutan. Faktor pembatas ini adalah
bahan baku mesiu berupa C. N. P alias karbohidrat, protein (asam amino) dan
mineral.
Andaikata jumlah tentara Vibrio harveyi melebihi batas kepatutan,
mereka pun makan dengan cara merampas hak makanan milik Alteromonas. Dampaknya, terjadilah paceklik mineral di pihak Alteromonas. Mereka hidup hemat, lebih
tepatnya irit, hingga kelaparan. Akibatnya, lantaran kurang gizi dan mineral, Alteromonas pun menghasilkan protein
cacat. Orang bilang blessing in disguise.
Justru protein cacat inilah yang menjadi senjata pamungkas melawan kedigdayaan Vibrio harveyi.
Pada suatu saat, seandainya Alteromonas curang dan ingin memulai
biang keroknya dalam rusuh massal di ekosistem ini, lantas memproduksi protein
cacat ini tanpa batas dengan nafsu balas dendam dan hendak memusnahkan
kompetitornya, maka air laut asin pun menetralkannya. Racun Alteromonas akan
tersapu ombak dan mengencer (Azhar, T. N, 2007). Reduplah kekuatan senjata itu.
Alam bicara, Sabda Alam, buah karya Ismail Marzuki.
Begitulah kesetimbangan alamiah
yang dinamis, silih berganti di dalam ekosistem masyarakat bakteri. Dapatkah
manusia berkompetisi, bersaing dengan lawan politik, lawan bisnis, dan
lawan-lawan yang sifatnya humanisme lainnya, tetapi hasilnya efek domino yang
menguatkan. Efek berganda yang sinergis?
Sinergis di kalangan guru (selamat
Hari Guru, 25 Nov 2014).
Sinergis di kalangan dosen.
Sinergis di kalangan politisi.
Sinergis di kalangan simpatisan
capres.
Sinergis di rumah
Istri dan suami, anak-anak. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar