• L3
  • Email :
  • Search :

31 Agustus 2024

Angin Segar di Rancakole

Sebulan sudah mahasiswa UKRI melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Rancakole, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Kegiatan atau program kerja terlaksana silih berganti selama sebulan. Mulai dari pembinaan murid sekolah, anak pesantren, hingga kegiatan pemuda Karang Taruna Rancakole. Ibu-ibu yang tergabung di dalam tim penggerak PKK terdiri atas tujuh orang yang sigap dan semangat ikut kegiatan. Mayoritas ibu-ibu muda, semangat ikut acara termasuk pada waktu acara penutupan, datang lebih awal dengan seragam khasnya. 


Bapak-bapak ketua RW, ada 20 RW juga demikian semangat. Tampak sudah kenal dekat dengan mahasiswa. Saling sapa dan akrab dalam sebulan bersama di desa melaksanakan kegiatan yang diprogramkan oleh desa dan yang diprogramkan oleh mahasiswa. Kegiatan jajaru (jalantah jadi rupiah) memperoleh perhatian ibu-ibu rumah tangga. Kegiatan yang perlu dilanjutkan ini mendapat respons menarik dari warga. Daripada dibuang, jalantah bisa dikumpulkan kemudian diberikan kepada pengepul untuk selanjutnya diserahkan ke pihak pengolahnya. Warga hanya perlu menyiapkan jalantah di dalam botol.

Begitu pula kegiatan social engineering yang fokusya adalah pencegahan penipuan di dunia maya. Mahasiswa memberikan penyuluhan kepada aparatur desa dan warga desa tentang potensi penipuan di dunia maya. Dijelaskan perihal phising (pengelabuan), link URL yang samar, info memperoleh hadiah, baiting (umpan), dll. Warga memberikan tanggapan dan pertanyaan sehingga suasana menjadi ramai. Acara Sidarling (siap sadar lingkungan) juga seru. Temanya adalah pembuatan kompos dengan metode Takakura. Mahasiswa memberikan contoh dan demo proses penyiapan sampah rumah tangga, proses pembuatan alat Takakura serta proses pengomposannya. Ini perlu pelatihan yang lebih intensif agar dapat diterapkan dengan benar oleh warga. 


Mahasiswa tidak selalu berkutat di desa, tetapi pada waktu luang pergi ke objek wisata terdekat. Ada Rancakole Water Park yang lokasinya dekat dengan kantor desa. Karcis masuk didiskon untuk mahasiswa yang KKN. Mahasiswa juga pergi ke curug empat lapis di Pacet, dekat dari lokasi KKN. Beberapa mahasiswa sempat ke kampus di Bandung untuk suatu keperluan tetapi mayoritas berada di desa. Kecuali beberapa mahasiswa kelas karyawan yang tidak bisa sepenuhnya tinggal di lokasi. Mahasiswa juga diberikan fasilitas rumah gratis oleh Bapak Kepada Desa Rancakole. Air dan listrik juga gratis. Hanya makan saja yang biaya masing-masing mahasiswa dengan cara masak nasi dan sayur bergiliran. Pasar atau warung juga ada di desa. Makan bersama dan ngaliwet pun dilakukan dengan lauk-pauk yang menggugah selera.

Bapak kepala desa memberikan perhatian yang positif kepada mahasiswa KKN. Sambutan hangat Kades dan Sekdes juga menyenangkan. Dengan leadership-nya, Pak Kades bisa menghadirkan lengkap para ketua RW, kepala dusun dan tim penggerak PKK serta karang taruna. Hal ini mempermudah bauran antara mahasiswa dengan pemuda setempat yang juga ada yang menjadi mahasiswa di kampus lain. Lembaga pendidikan berkembang baik di Rancakole. Ada sekolah Muhammadiyah, ada pesantren NU, ada sekolah Persatuan Islam, ada SDN, SMPN, ada sejumlah yayasan pendidikan. Sebagai contoh, Pondok Pesantren Bina Umat, berlokasi dekat di bagian atas kantor desa, adalah pesantren yang sedang membangun unit gedung berlantai tiga.

Pembangunan jalan desa juga terus dilakukan, diperbaiki dengan beton. Karena berlokasi di bukit-bukit, dengan jalan berkelok dan naik turun, maka beton bertulang menjadi solusi dalam pembuatan jalan. Namun demikian, belum ada pembangunan air bersih perpipaan. PDAM atau BUMD AM belum masuk ke desa. Masyarakat memperoleh air untuk memasak dan MCK dari air tanah dan mata air. Pemerintah daerah (bupati) perlu memberikan perhatian kepada desa-desa yang belum memperoleh layanan PDAM atau BUMD AM dengan mengalokasikan anggaran untuk peningkatan kesehatan masyarakat dengan meningkatkan kualitas air minum dan sanitasi.


Di tengah musim kemarau bulan Agustus, angin berhembus cukup kencang pada siang hari menuju sore. Pada malam dan terutama pagi sebelum dan sesudah Shubuh temperatur cukup dingin. Namun menjelang siang, angin yang melewati perbukitan Bandung Selatan memberikan kesegaran oksigen bagi mahasiswa UKRI, masyarakat desa, dan aparatur desanya. Semoga demikian.*

Link Pembukaan KKN di Rancakole

ReadMore »

7 Agustus 2024

Dosen Ghaib (Tidak) Ada?

Dosen Ghaib (Tidak) Ada?

Ada empat orang mahasiswa di sebuah prodi di suatu kampus (Amelia, Emir, Maya, Fattah) yang dinyatakan tidak lulus dalam mata kuliah yang diampu Pak Bakti. Sosok Pak Bakti adalah berkaca mata, rambut beruban ikal agak panjang, jalan tertatih-tatih dan bertongkat. Seutas tali tas menggayut di pundak kirinya. Mengenakan setelan jas agak kedodoran, bersepatu hitam. Ia disebut sudah mengajar selama 20 tahun (merujuk disway.id). Pak Bakti disebut sebagai dosen galak, bermisteri, berkemampuan ghaib dan sering memberikan nilai jelek tanpa alasan jelas.

Sumber: RRI.co.id, 2024

Keempat mahasiswa yang gagal tersebut diwajibkan ikut semester pendek (SP). Pada masa perkuliahan SP tersebut terjadi sesuatu. SP dilaksanakan saat malam. Empat mahasiswa duduk di meja masing-masing dan di depannya duduk Pak Bakti. Namun ada pemberitahuan dari Pak Bakti lewat ponsel ketua kelas bahwa ia tidak bisa hadir mengajar. Lantas…, siapakah sosok yang duduk di depan kelas tersebut? Teror pun dimulai dan menurut cerita yang beredar di internet, ada yang tewas, badannya tertusuk ujung besi kolom bangunan.

Menurut produsernya (Dee Company), inspirasi cerita film DG berasal dari kisah di media sosial Facebook. Bintang filmnya adalah Egy Fedly sebagai Pak Bakti, Endy Arfian sebagai Fattah, Rayn Wijaya sebagai Emir, Ersya Aurelia sebagai Amelia, Annette Edoarda sebagai Maya. Film ini bukan untuk menakut-nakuti mahasiswa tetapi untuk menggambarkan perjuangan mahasiswa dalam meraih nilai baik sebuah matkul. Demikian kata produser dan awak filmnya.

Oke, kita bahas sedikit saja. Dosen di dalam film tersebut tidak tepat disebut killer karena lebih banyak mahasiswanya yang lulus. Sebutan ini rancu karena dari satu kelas yang ikut mata kuliah, yang tidak lulus hanya 4 orang. Andaikata jumlah mahasiswa 40 orang maka hanya 10 persen yang tidak lulus. Ini normal. Wajar, merujuk pada kurva distribusi normal, misalkan nilai E 10%, nilai D 20%, nilai C 40%, nilai B 20%, dan nilai A 10%. Andaikan yang tidak lulus (nilai E dan D) adalah 12 orang dari 40 mahasiswa maka ini juga masih normal. Kesimpulan, Pak Bakti bukan dosen killer.

Disebut juga (di disway.id) bahwa Pak Bakti sudah menjadi dosen selama 20 tahun. Andaikata mulai menjadi dosen pada usia 30 tahun, maka 20 tahun masa kerja berarti usianya baru 50 tahun. Apabila ini acuannya, maka ia termasuk dosen paruh baya. Sebab, pensiun dosen adalah 65 tahun bahkan 70 tahun apabila ilmu dan tenaganya masih dibutuhkan oleh kampus. Melihat video pendeknya, sosok Pak Bakti tampak ringkih, lebih tepat apabila disebut sudah mengabdi 40-45 tahun sebagai dosen (usia sekitar 70-75 tahun) dan sedang sakit TBC, hipertensi, atau penyakit degeneratif lainnya.

Jika demikian, adakah dosen ghaib? Ini dikutip dari KBBI: gaib/ga·ib/ v 1 tidak kelihatan; tersembunyi; tidak nyata: para ilmuwan mencoba meneliti hal-hal yang -- di alam semesta ini; 2 hilang; lenyap: sekalian dewa-dewa itu pun -- lah; 3 tidak diketahui sebab-sebabnya (halnya dan sebagainya): banyak peristiwa -- yang belum diselidiki; menggaib/meng·ga·ib/ v menjadikan diri tidak kelihatan; menghilang; kegaiban/ke·ga·ib·an/ n perihal gaib (rahasia, aneh, dan sebagainya).

Namun demikian, sebagai sebuah tontonan (bukan tuntunan) maka boleh saja deskripsi sosok dosen ghaib seperti dinyatakan oleh produser, sutradara dan crew lainnya. Kalau penasaran, datanglah ke bioskop. Kalau merinding, bagusnya nonton siang hari saja. Kalau takut, bagusnya menjadi pendengar saja atau sekadar membacanya di media massa dan medsos.*

ReadMore »

6 Agustus 2024

KKN 2024 di Rancakole Kabupaten Bandung

KKN 2024 di Rancakole, Kab. Bandung

Jarak Desa Rancakole, jika diperkirakan dari pusat Kota Bandung, kurang lebih 30 km. Berada di perbukitan selatan Bandung raya (great Bandung basin), Rancakole berhawa sejuk relatif terhadap Bandung kota yang sekarang sudah lebih panas dibandingkan dengan dekade 1980-an. Secara administratif Rancakole berada di Kecamatan Arjasari, satu di antara 31 kecamatan di Kabupaten Bandung, berlokasi di kaki Gunung Malabar. Jalan menuju desa tersebut sudah beraspal dengan lebar antara 4-6 meter, naik-turun dan berkelok. Mayoritas pemandangan berwarna hijau berupa sawah, kebun, dan hutan. Sungai induk di sekitarnya adalah Sungai Citarum dan Cisangkuy, dua sungai yang menjadi sumber air PDAM (BUMD AM) Kabupaten dan Kota Bandung.

Ada dua kelompok mahasiswa UKRI yang KKN di Rancakole. Setiap kelompok beranggotakan 13 orang dan sudah berada di lokasi pada akhir Juli 2024 dan akan berakhir pada 31 Agustus 2024. Satu kelompok terdiri atas berbagai prodi sehingga bisa melaksanakan beragam kegiatan sesuai dengan interes masing-masing mahasiswa dan latar prodinya atau melaksanakan program desa yang sudah direncanakan oleh kepala desa dan aparaturnya. Karena berada pada bulan Agustus maka kegiatan HUT kemerdekaan RI menjadi tonggak penting dalam aktivitas mahasiswa.

Kantor desa sebagai pusat pemerintahan desa memiliki lahan yang cukup luas. Selain ruang-ruang untuk aparatur desa juga tersedia ruang serbaguna yang bisa digunakan untuk pertemuan warga, rapat, dan olah raga bulutangkis, tenis meja dan senam. Demikian juga sekolah, ada beberapa sekolah dasar negeri dan ada madrasah atau pesantren yang berafiliasi ke ormas Persatuan Islam (Persis) dan Muhammadiyah. Fasilitas rumah ibadah yang tampak banyak adalah masjid, di pinggir jalan desa, baik ukuran kecil maupun yang cukup luas (masjid jami’).


Rencana kegiatan mahasiswa di antaranya adalah memberikan ilmu, pengetahuan tentang tatacara pemanfaatan minyak jelantah (minyak goreng yang sudah digunakan berkali-kali,
used cooking oil) menjadi sumber rupiah. Upaya sosialisasi akan digelar menjelang dan pada HUT RI. Intinya, masyarakat diajak mengumpulkan minyak jelantah, tidak dibuang, apalagi digunakan berkali-kali – terus menerus (misalnya oleh pedagang gorengan) karena dapat merugikan kesehatan manusia. Noovoleum menjadi salah satu yang bisa dituju dalam pengumpulan jelantah dengan melibatkan karang taruna desa dan organisasi kepemudaan serta ibu-ibu tim penggerak PKK.

Rencana kegiatan yang juga bermanfaat adalah pembuatan pupuk kompos. Karena sekitar 75% lahan desa adalah daerah pertanian dan perkebunan maka proses pembuatan kompos menjadi layak karena bisa digunakan untuk pupuk tanaman sayur, minimal di pekarangan rumah warga desa. Bahan baku sisa sayur, daun, dan tanaman sisa panen di sekitarnya tersedia bahkan berlimpah. Proses pembuatan komposter dan proses pemanfaatan sampah sisa makanan sampai menjadi pupuk diberikan oleh mahasiswa. Sejumlah teknologi sederhana pengomposan bisa dijadikan contoh dan praktik pemupukannya bisa dilaksanakan dengan memupuk tanaman cabe, bayam, tomat, dll dalam skala rumah tangga. 

Bapak Kepala Desa Rancakole menyambut baik ide mahasiswa dan berharap agar kegiatan ini bisa segera terlaksana. Ibu-ibu tim penggerak PKK dan sejumlah ketua RW juga hadir dalam acara penyambutan secara resmi mahasiswa KKN oleh kepala desa yang dihadiri juga oleh sekretaris desa. Protokoler acara yang berlangsung di ruang serbaguna atau GOR Desa Rancakole ini dilaksanakan oleh mahasiswa, dimulai dengan pembacaan ayat suci al Qur’an, sambutan ketua kelompok, sambutan kepala desa, sambutan dosen pembimbing, dan doa.*

ReadMore »