KKN 2024 di Rancakole,
Kab. Bandung
Jarak Desa Rancakole, jika diperkirakan dari pusat Kota Bandung, kurang lebih 30 km. Berada di perbukitan selatan Bandung raya (great
Bandung basin), Rancakole berhawa sejuk relatif terhadap Bandung kota yang
sekarang sudah lebih panas dibandingkan dengan dekade 1980-an. Secara
administratif Rancakole berada di Kecamatan Arjasari, satu di antara 31
kecamatan di Kabupaten Bandung, berlokasi di kaki Gunung Malabar. Jalan menuju
desa tersebut sudah beraspal dengan lebar antara 4-6 meter, naik-turun dan
berkelok. Mayoritas pemandangan berwarna hijau berupa sawah, kebun, dan hutan. Sungai
induk di sekitarnya adalah Sungai Citarum dan Cisangkuy, dua sungai yang
menjadi sumber air PDAM (BUMD AM) Kabupaten dan Kota Bandung.
Ada dua kelompok
mahasiswa UKRI yang KKN di Rancakole. Setiap kelompok beranggotakan 13 orang dan
sudah berada di lokasi pada akhir Juli 2024 dan akan berakhir pada 31 Agustus
2024. Satu kelompok terdiri atas berbagai prodi sehingga bisa melaksanakan
beragam kegiatan sesuai dengan interes masing-masing mahasiswa dan latar
prodinya atau melaksanakan program desa yang sudah direncanakan oleh kepala
desa dan aparaturnya. Karena berada pada bulan Agustus maka kegiatan HUT
kemerdekaan RI menjadi tonggak penting dalam aktivitas mahasiswa.
Kantor desa sebagai pusat
pemerintahan desa memiliki lahan yang cukup luas. Selain ruang-ruang untuk
aparatur desa juga tersedia ruang serbaguna yang bisa digunakan untuk pertemuan
warga, rapat, dan olah raga bulutangkis, tenis meja dan senam. Demikian juga
sekolah, ada beberapa sekolah dasar negeri dan ada madrasah atau pesantren yang
berafiliasi ke ormas Persatuan Islam (Persis) dan Muhammadiyah. Fasilitas rumah
ibadah yang tampak banyak adalah masjid, di pinggir jalan desa, baik ukuran
kecil maupun yang cukup luas (masjid jami’).
Rencana kegiatan mahasiswa
di antaranya adalah memberikan ilmu, pengetahuan tentang tatacara pemanfaatan
minyak jelantah (minyak goreng yang sudah digunakan berkali-kali, used
cooking oil) menjadi sumber rupiah. Upaya sosialisasi akan digelar menjelang
dan pada HUT RI. Intinya, masyarakat diajak mengumpulkan minyak jelantah, tidak
dibuang, apalagi digunakan berkali-kali – terus menerus (misalnya oleh pedagang
gorengan) karena dapat merugikan kesehatan manusia. Noovoleum menjadi salah
satu yang bisa dituju dalam pengumpulan jelantah dengan melibatkan karang
taruna desa dan organisasi kepemudaan serta ibu-ibu tim penggerak PKK.
Rencana kegiatan yang
juga bermanfaat adalah pembuatan pupuk kompos. Karena sekitar 75% lahan desa
adalah daerah pertanian dan perkebunan maka proses pembuatan kompos menjadi
layak karena bisa digunakan untuk pupuk tanaman sayur, minimal di pekarangan
rumah warga desa. Bahan baku sisa sayur, daun, dan tanaman sisa panen di
sekitarnya tersedia bahkan berlimpah. Proses pembuatan komposter dan proses
pemanfaatan sampah sisa makanan sampai menjadi pupuk diberikan oleh mahasiswa. Sejumlah
teknologi sederhana pengomposan bisa dijadikan contoh dan praktik pemupukannya
bisa dilaksanakan dengan memupuk tanaman cabe, bayam, tomat, dll dalam skala
rumah tangga.
Bapak Kepala Desa
Rancakole menyambut baik ide mahasiswa dan berharap agar kegiatan ini bisa
segera terlaksana. Ibu-ibu tim penggerak PKK dan sejumlah ketua RW juga hadir dalam
acara penyambutan secara resmi mahasiswa KKN oleh kepala desa yang dihadiri
juga oleh sekretaris desa. Protokoler acara yang berlangsung di ruang serbaguna
atau GOR Desa Rancakole ini dilaksanakan oleh mahasiswa, dimulai dengan pembacaan
ayat suci al Qur’an, sambutan ketua kelompok, sambutan kepala desa, sambutan
dosen pembimbing, dan doa.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar