Dosen Ghaib (Tidak) Ada?
Ada empat orang mahasiswa di sebuah prodi di suatu kampus (Amelia, Emir, Maya, Fattah) yang dinyatakan tidak lulus dalam mata kuliah yang diampu Pak Bakti. Sosok Pak Bakti adalah berkaca mata, rambut beruban ikal agak panjang, jalan tertatih-tatih dan bertongkat. Seutas tali tas menggayut di pundak kirinya. Mengenakan setelan jas agak kedodoran, bersepatu hitam. Ia disebut sudah mengajar selama 20 tahun (merujuk disway.id). Pak Bakti disebut sebagai dosen galak, bermisteri, berkemampuan ghaib dan sering memberikan nilai jelek tanpa alasan jelas.
Keempat mahasiswa yang gagal tersebut diwajibkan ikut semester pendek (SP). Pada masa perkuliahan SP tersebut terjadi sesuatu. SP dilaksanakan saat malam. Empat mahasiswa duduk di meja masing-masing dan di depannya duduk Pak Bakti. Namun ada pemberitahuan dari Pak Bakti lewat ponsel ketua kelas bahwa ia tidak bisa hadir mengajar. Lantas…, siapakah sosok yang duduk di depan kelas tersebut? Teror pun dimulai dan menurut cerita yang beredar di internet, ada yang tewas, badannya tertusuk ujung besi kolom bangunan.
Menurut produsernya (Dee Company), inspirasi cerita film DG berasal dari kisah di media sosial Facebook. Bintang filmnya adalah Egy Fedly sebagai Pak Bakti, Endy Arfian sebagai Fattah, Rayn Wijaya sebagai Emir, Ersya Aurelia sebagai Amelia, Annette Edoarda sebagai Maya. Film ini bukan untuk menakut-nakuti mahasiswa tetapi untuk menggambarkan perjuangan mahasiswa dalam meraih nilai baik sebuah matkul. Demikian kata produser dan awak filmnya.
Oke, kita bahas sedikit saja. Dosen di dalam film tersebut tidak tepat disebut killer karena lebih banyak mahasiswanya yang lulus. Sebutan ini rancu karena dari satu kelas yang ikut mata kuliah, yang tidak lulus hanya 4 orang. Andaikata jumlah mahasiswa 40 orang maka hanya 10 persen yang tidak lulus. Ini normal. Wajar, merujuk pada kurva distribusi normal, misalkan nilai E 10%, nilai D 20%, nilai C 40%, nilai B 20%, dan nilai A 10%. Andaikan yang tidak lulus (nilai E dan D) adalah 12 orang dari 40 mahasiswa maka ini juga masih normal. Kesimpulan, Pak Bakti bukan dosen killer.
Disebut juga (di disway.id) bahwa Pak Bakti sudah menjadi dosen selama 20 tahun. Andaikata mulai menjadi dosen pada usia 30 tahun, maka 20 tahun masa kerja berarti usianya baru 50 tahun. Apabila ini acuannya, maka ia termasuk dosen paruh baya. Sebab, pensiun dosen adalah 65 tahun bahkan 70 tahun apabila ilmu dan tenaganya masih dibutuhkan oleh kampus. Melihat video pendeknya, sosok Pak Bakti tampak ringkih, lebih tepat apabila disebut sudah mengabdi 40-45 tahun sebagai dosen (usia sekitar 70-75 tahun) dan sedang sakit TBC, hipertensi, atau penyakit degeneratif lainnya.
Jika demikian, adakah dosen ghaib? Ini dikutip dari KBBI: gaib/ga·ib/ v 1 tidak kelihatan; tersembunyi; tidak nyata: para ilmuwan mencoba meneliti hal-hal yang -- di alam semesta ini; 2 hilang; lenyap: sekalian dewa-dewa itu pun -- lah; 3 tidak diketahui sebab-sebabnya (halnya dan sebagainya): banyak peristiwa -- yang belum diselidiki; menggaib/meng·ga·ib/ v menjadikan diri tidak kelihatan; menghilang; kegaiban/ke·ga·ib·an/ n perihal gaib (rahasia, aneh, dan sebagainya).
Namun demikian, sebagai sebuah tontonan (bukan tuntunan) maka boleh saja deskripsi sosok dosen ghaib seperti dinyatakan oleh produser, sutradara dan crew lainnya. Kalau penasaran, datanglah ke bioskop. Kalau merinding, bagusnya nonton siang hari saja. Kalau takut, bagusnya menjadi pendengar saja atau sekadar membacanya di media massa dan medsos.*
Kelas.. Pa.Gede
BalasHapus