Oleh Gede H. Cahyana
Busung lapar melanda sejumlah
distrik di Tambrauw. Di Distrik Kwoor misalnya, yang meninggal minimal 95 orang
pada Februari 2013. Yang sakit di Kampung Baddei 250 orang, di Kampung Jokjoker
210 orang dan 75 orang di Kosefo. Jumlah korbannya diperkirakan meningkat pada
satu bulan terakhir ini. Karena takut pada kejadian itu sejumlah penduduk
pindah ke kampung lainnya dengan menempuh perjalanan satu hari. Yang sakit dan
keluarganya berjalan selama empat hari untuk berobat ke Distrik Sausapor
sekaligus melaporkan kejadian kelaparan itu ke Puskesmas dan pejabat setempat. (www.aman.or.id).
Di manakah lokasi Tambrauw?
Ia adalah kabupaten baru di tepi Samudera Pasifik dan Sausapor, sebuah distrik
tepi pantai dengan ribuan nyiur melambai sebagai ibukota sementara. Kabupaten
yang sekarang dipimpin oleh Bupati Gabriel Asem, S.E., M.Si ini sudah menyusun
rencana tata ruang di Distrik Fef untuk ibukotanya nanti. Sebagai calon
ibukota, Fef berada di daerah yang lebih tinggi daripada Sausapor, di
perbukitan dengan tanah subur yang cocok untuk pertanian dan perkebunan. Kepadatan penduduk di Tambrauw hanya satu orang/ha. Penduduknya berjumlah 14.966 orang, laki-laki 7.426 orang dan perempuan 7.540 orang (tahun 2010). Sausapor adalah distrik yang terbanyak penduduknya, yaitu 3.564 orang atau 23,81% dari total penduduk Tambrauw. Yang tersedikit adalah Distrik Syujak, 802 orang atau 5,36%.
Dibandingkan dengan Kwoor,
Distrik Sausapor jauh lebih lengkap fasilitas kesehatannya, juga aktivitas
ekonominya. Selain kantor bupatinya berada di Sausapor, di distrik ini juga
sudah dibangun Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) sebagai penunjang hidup
higienis. Sausapor juga sudah memiliki Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum (RISPAM). Secara topografis, kabupaten yang namanya diambil dari nama
gunung ini berada pada kisaran 5 s.d 2.500 mdpl (meter di atas permukaan laut).
Berlokasi di “kepala burung” Papua Barat, Sausapor adalah pusat perdagangan dan jasa, pelayanan sosial, pusat transportasi regional, pariwisata, pengolahan pertanian, perkebunan, dan
perikanan. Sausapor berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal.
Bagaimana cara ke Sausapor? Sausapor dapat dicapai dari
Sorong dengan melalui laut. Perlu enam jam pelayaran kapal dalam cuaca normal.
Kapal ini melayani rute Sorong – Sausapor dua kali sepekan. Bisa juga
lewat darat, yaitu dari Sorong menembus hutan perawan dengan jalan tanah dan sirtu
tanpa jembatan di atas sungai-sungai yang dilewati. Artinya, kalau hujan deras
atau banjir, mobil tidak bisa melintasinya alias diam di tempat, menunggu
sampai surut. Dengan menyewa mobil Strada atau Hilux plus sopirnya yang
berpengalaman di medan hutan Tambrauw, waktu tempuh bisa delapan jam. Untuk
waktu tempuh dan medan yang luar biasa off-road itu, ongkos sewanya antara tiga-empat
juta rupiah sekali jalan, bergantung pada tawar menawar dan kondisi
cuaca.
Ketegangan
perjalanan dibayar lunas oleh pemandangan eksotis. Dari jalan di lereng bukit
terhampar lautan luas dengan gulungan ombaknya yang membusa, memecah pasir
pantai. Garis pantai meliuk-liuk, berkelak-kelok dijejeri nyiur lurus tegak dan
miring, bahkan rebah. Dari bebukitan di the
hidden paradise ini,
pandangan bisa tembus langsung ke tengah samudera sementara di kanan adalah
hutan lebat dan di kiri jurang tak terkira dalamnya. Sebagai penumpang,
adrenalin sungguh dipacu ke titik puncak. Seliweran tikus hutan, ular, monyet,
dan babi hutan menjadi pemandangan biasa. Sekali waktu sopir menabrak tikus
hutan dan langsung berteriak gembira, mengambilnya dan akan disate, begitu
katanya.
Kwoor, distrik yang dilanda kelaparan berat itu tidak seberuntung Sausapor.
Pada tahun 2012, jumlah rumah penduduk di Sausapor 500-an unit, dengan luas lantai bangunan 120–200 m2. Kondisinya mulai dari semi permanen hingga permanen. Bangunan semi
permanen berdinding
papan, lantai panggung dari kayu, ketinggian lantai 40 – 50 cm dari permukaan tanah. Atapnya berbahan seng. Bangunan
permanen sudah ada yang berlantai keramik, dinding pasangan bata merah
atau batako, dengan atap seng. Jarak antarrumah
cukup jauh karena kavlingnya besar. Ada satu sumur di dekat rumah wakil bupati yang dibuat oleh PNPM
Mandiri.
Kelaparan atau Kekurangan
Energi Protein (KEP) dan buruknya kesehatan di Kwoor, Tambrauw berkaitan dengan
fasilitas kesehatan. Saat ini ada empat Puskesmas
dan enam Puskesmas pembantu di Sausapor. Untuk kebutuhan sehari-hari, masyarakat umumnya
memanfaatkan air tanah dan air permukaan secara langsung. Pada musim kemarau
mereka kesulitan air sehingga banyak penyakit yang timbul seperti diare,
penyakit kulit. Banyak warga yang membuang hajatnya di kebun atau pekarangan
karena belum memiliki kamar mandi/WC. Setelah IPAM berfungsi diharapkan ada
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Hanya saja, Kwoor belum terjangkau
air bersih ini. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar