• L3
  • Email :
  • Search :

1 April 2013

Kelaparan di Tambrauw, The Hidden Paradise


Oleh Gede H. Cahyana


Busung lapar melanda sejumlah distrik di Tambrauw. Di Distrik Kwoor misalnya, yang meninggal minimal 95 orang pada Februari 2013. Yang sakit di Kampung Baddei 250 orang, di Kampung Jokjoker 210 orang dan 75 orang di Kosefo. Jumlah korbannya diperkirakan meningkat pada satu bulan terakhir ini. Karena takut pada kejadian itu sejumlah penduduk pindah ke kampung lainnya dengan menempuh perjalanan satu hari. Yang sakit dan keluarganya berjalan selama empat hari untuk berobat ke Distrik Sausapor sekaligus melaporkan kejadian kelaparan itu ke Puskesmas dan pejabat setempat. (www.aman.or.id).

Di manakah lokasi Tambrauw? Ia adalah kabupaten baru di tepi Samudera Pasifik dan Sausapor, sebuah distrik tepi pantai dengan ribuan nyiur melambai sebagai ibukota sementara. Kabupaten yang sekarang dipimpin oleh Bupati Gabriel Asem, S.E., M.Si ini sudah menyusun rencana tata ruang di Distrik Fef untuk ibukotanya nanti. Sebagai calon ibukota, Fef berada di daerah yang lebih tinggi daripada Sausapor, di perbukitan dengan tanah subur yang cocok untuk pertanian dan perkebunan. Kepadatan penduduk di Tambrauw hanya satu orang/ha. Penduduknya berjumlah 14.966 orang, laki-laki 7.426 orang dan perempuan 7.540 orang (tahun 2010). Sausapor adalah distrik yang terbanyak penduduknya, yaitu 3.564 orang atau 23,81% dari total penduduk Tambrauw. Yang tersedikit adalah Distrik Syujak802 orang atau 5,36%

Dibandingkan dengan Kwoor, Distrik Sausapor jauh lebih lengkap fasilitas kesehatannya, juga aktivitas ekonominya. Selain kantor bupatinya berada di Sausapor, di distrik ini juga sudah dibangun Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) sebagai penunjang hidup higienis. Sausapor juga sudah memiliki Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM). Secara topografis, kabupaten yang namanya diambil dari nama gunung ini berada pada kisaran 5 s.d 2.500 mdpl (meter di atas permukaan laut). Berlokasi di “kepala burung” Papua Barat, Sausapor adalah pusat perdagangan dan jasa, pelayanan sosial, pusat transportasi regional, pariwisata, pengolahan pertanian, perkebunan, dan perikanan. Sausapor berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal.

Bagaimana cara ke Sausapor? Sausapor dapat dicapai dari Sorong dengan melalui laut. Perlu enam jam pelayaran kapal dalam cuaca normal. Kapal ini melayani rute Sorong – Sausapor  dua kali sepekan. Bisa juga lewat darat, yaitu dari Sorong menembus hutan perawan dengan jalan tanah dan sirtu tanpa jembatan di atas sungai-sungai yang dilewati. Artinya, kalau hujan deras atau banjir, mobil tidak bisa melintasinya alias diam di tempat, menunggu sampai surut. Dengan menyewa mobil Strada atau Hilux plus sopirnya yang berpengalaman di medan hutan Tambrauw, waktu tempuh bisa delapan jam. Untuk waktu tempuh dan medan yang luar biasa off-road itu, ongkos sewanya antara tiga-empat juta rupiah sekali jalan, bergantung pada tawar menawar dan kondisi cuaca. 

Ketegangan perjalanan dibayar lunas oleh pemandangan eksotis. Dari jalan di lereng bukit terhampar lautan luas dengan gulungan ombaknya yang membusa, memecah pasir pantai. Garis pantai meliuk-liuk, berkelak-kelok dijejeri nyiur lurus tegak dan miring, bahkan rebah. Dari bebukitan di the hidden paradise ini, pandangan bisa tembus langsung ke tengah samudera sementara di kanan adalah hutan lebat dan di kiri jurang tak terkira dalamnya. Sebagai penumpang, adrenalin sungguh dipacu ke titik puncak. Seliweran tikus hutan, ular, monyet, dan babi hutan menjadi pemandangan biasa. Sekali waktu sopir menabrak tikus hutan dan langsung berteriak gembira, mengambilnya dan akan disate, begitu katanya. 

Kwoor, distrik yang dilanda kelaparan berat itu tidak seberuntung Sausapor. Pada tahun 2012, jumlah rumah penduduk di Sausapor 500-an unit, dengan luas lantai bangunan 120–200 m2. Kondisinya mulai dari semi permanen hingga permanen. Bangunan semi permanen berdinding papan, lantai panggung dari kayu, ketinggian lantai 40  50 cm dari permukaan tanah. Atapnya berbahan seng. Bangunan permanen sudah ada yang berlantai keramik, dinding pasangan bata merah atau batako, dengan atap seng. Jarak antarrumah cukup jauh karena kavlingnya besar. Ada satu sumur di dekat rumah wakil bupati yang dibuat oleh PNPM Mandiri.

Kelaparan atau Kekurangan Energi Protein (KEP) dan buruknya kesehatan di Kwoor, Tambrauw berkaitan dengan fasilitas kesehatan. Saat ini ada empat Puskesmas dan enam Puskesmas pembantu di Sausapor. Untuk kebutuhan sehari-hari, masyarakat umumnya memanfaatkan air tanah dan air permukaan secara langsung. Pada musim kemarau mereka kesulitan air sehingga banyak penyakit yang timbul seperti diare, penyakit kulit. Banyak warga yang membuang hajatnya di kebun atau pekarangan karena belum memiliki kamar mandi/WC. Setelah IPAM berfungsi diharapkan ada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Hanya saja, Kwoor belum terjangkau air bersih ini. *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar