Puasa dan Sakit Jiwa Menurut Al
Qur’an
Oleh Gede H. Cahyana
Bisakah puasa menjadi obat sakit jiwa, yaitu penyakit yang dipicu oleh kemajuan ilmu dan
teknologi yang salah dalam pemanfaatannya? Menurut Dr. Achmad Mubarok dalam buku Jiwa Dalam
Al Qur’an, sebuah disertasi doktor terbitan Paramadina, ada sejumlah gangguan
jiwa yang diakibatkannya.
1. Cemas. Rasa ini muncul karena
kehilangan makna hidup. Secara fitri kita punya kebutuhan akan makna hidup yang
hanya bisa dimiliki oleh pejuang yang menyumbangkan sesuatu untuk orang lain.
Orang-orang cemas biasanya mengikuti trend
dan tuntutan sosial yang belum tentu benar. Sesekali saja dia merasakan
kenikmatan sekejap yang palsu. Akibatnya terjadilah gangguan jiwa. Puasa Ramadhan diharapkan menjadi kawah
Candradimuka bagi insan-insan cemas.
2. Sepi. Ini muncul karena
hubungan silaturahim tidak tulus lagi tetapi memakai topeng-topeng sosial yang palsu
sehingga hubungan menjadi gersang, mengidap rasa sepi yang kronis padahal
berada di keramaian. Tidak
bisa menikmati senyum orang lain sebab dianggap topeng belaka seperti ketika
dia tersenyum kepada orang lain. Pujian dipandangnya sebagai basa-basi belaka.
3. Bosan. Ini akibat rasa cemas
dan sepi yang berkepanjangan. Hidupnya tak bergairah. Jiwanya kosong, mirip
orang yang bermobil mewah tapi jiwanya becak; HP-nya Android tapi memakai bahasa isyarat tangan. Makan makanan
merek luar negeri tapi wawasan gizinya rendah.
Harta, tahta, dan jabatannya tinggi tapi jiwanya
hampa. Semua atribut, simbol, gelar, baju, sepatu, dasi, mobil, cincin, arloji,
rumah, dan banyak lagi yang lain tampak modern namun pikirannya tidak menguasai
ilmu-teknologi. Di pentas nikmat sekejap, sampai di rumah dia cemas dan sepi
kembali. Lantaran bosan inilah dia masuk ke lingkaran narkoba, bunuh diri,
racun diri atau gantung diri.
4. Perilaku menyimpang. Kalau
rasa cemas, sepi dan bosannya terus menggayut, maka dia mudah melakukan
perilaku buruk tanpa sadar seperti merampok padahal dia tak butuh uang,
memperkosa tanpa tahu siapa yang diperkosa, membunuh tanpa ada sebab kenapa
harus membunuh sehingga hidupnya menjadi semrawut.
5. Psikosomatik. Empat hal di
atas jika terus terjadi dapat menyebabkan sakit fisik, sakit lantaran faktor
jiwa dan sosial. Menjadi psikosomatik yang dalam bahasa Arab disebut nafs jasadiyah atau nafs biolojiyah. Yang sakit jiwanya, tetapi dalam ujud sakit fisik. Makanya tak heran dia
selalu mengeluh jantungnya berdeba-debar tanpa sebab, merasa lemah, tak enak
badan atau tidak bisa konsentrasi dan sakit maag
(tukak lambung).
Oleh sebab itu, yang ingin sehat
jiwa dan raga tentu saja, hendaklah mencari harta halal untuk disedekahkan.
Gunakan untuk kemaslahatan
orang lain. Saat puasa Ramadhan
ini ada peluang jiwa kotor itu masih
bisa disucikan dengan riyadhah al nafs atau tazkiyah
al nafs seperti infak (zakat, zakat fitrah), shalat, kesucian seksual
rumah tangga, dan bergaul yang santun secara lisan dan perbuatan.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar