Sehat Menurut WHO dan Puasa
Oleh Gede H. Cahyana
WHO (World Health Organization)
menyatakan bahwa sehat adalah state of complete physical, mental, and social
well-being, not merely the absence of disease or infirmity. Sehat adalah keadaan sejahtera sempurna jasmani,
ruhani, dan sosial, tak hanya tanpa adanya penyakit atau kelemahan saja.
Maka, ada tiga syarat sehat, yaitu sehat jasmani, sehat ruhani, dan sehat sosial. Andaikata ada orang yang sangat kuat-sehat fisiknya, rajin shalat dan saum Ramadhan plus saum sunnah dilaksanakannya, umroh - hajinya berulang - ulang, tetapi tidak peduli pada orang-orang fakir, miskin terutama perihal pendidikan dan pembekalannya agar mereka bisa mandiri, maka dia belum disebut orang sehat. Dia masih “sakit” secara sosial
Maka, ada tiga syarat sehat, yaitu sehat jasmani, sehat ruhani, dan sehat sosial. Andaikata ada orang yang sangat kuat-sehat fisiknya, rajin shalat dan saum Ramadhan plus saum sunnah dilaksanakannya, umroh - hajinya berulang - ulang, tetapi tidak peduli pada orang-orang fakir, miskin terutama perihal pendidikan dan pembekalannya agar mereka bisa mandiri, maka dia belum disebut orang sehat. Dia masih “sakit” secara sosial
Seorang Hujjatul Islam, Imam Al Ghazali, mengelompokkan
puasa (shaum) menjadi tiga tingkat.
Yang pertama, saum umum (awam), yaitu puasa yang sekadar menahan lapar, haus/dahaga dan syahwat. Beliau
menandaskan, tingkat ini yang
terbanyak dilakukan oleh kaum
muslimin.
Yang kedua, shaum khusus,
yaitu puasa yang memuasakan
mata, telinga, lisan dan anggota tubuh lainnya.
Yang ketiga ialah shaum khusus al khusus, selain melaksanakan dua level shaum di atas, hatinya pun ikut puasa dari segala sesuatu selain Allah dan
semua yang dilakukannya lillahi ta’ala.
Logikanya, kalau kita puasa dalam taraf kesatu saja, yaitu puasa orang awam
seharusnya inflasi bisa jauh
berkurang pada saat Ramadhan karena berhemat. Tapi nyatanya kita jauh lebih
boros lantaran segala makanan dibeli, setiap hari membuat kolak, kacang ijo,
asinan, atau sirup.
Baju pun terus ditumpuk, bertambah menjelang lebaran. Di satu sisi memang menghidupkan roda ekonomi tetapi di lain sisi ikut menaikkan harga sembako dan tidak turun lagi pascalebaran.
Ketosis, Singset Sehat Karena Puasa
Baju pun terus ditumpuk, bertambah menjelang lebaran. Di satu sisi memang menghidupkan roda ekonomi tetapi di lain sisi ikut menaikkan harga sembako dan tidak turun lagi pascalebaran.
Ketosis, Singset Sehat Karena Puasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar